Usai menguburkan mayat pendekar, mereka kembali ke desa.“Itu mereka!”Baru saja memasuki desa, sekumpulan warga berlarian mendekati Songrui dan lainnya.BUKH!“Para pendekar!”“Tolong bantu kami!”Seorang wanita tua bertekuk lutut di depan Songrui dengan mata berkaca-kaca.“Nek, berdirilah dulu!” Songrui sontak memapah perempuan tua di depannya. Namun usahanya sia-sia, beberapa warga juga melakukan hal yang sama.“Kami telah kehilangan putra-putra kami dalam waktu yang singkat!”Semua warga memohon agar Songrui dan lainnya mencari keberadaan pemuda-pemuda di desa yang telah menghilang tanpa jejak.Bahkan baru-baru ini anak semata wayang dari seorang nenek hilang di dalam rumah.Keadaan ini semakin mengkhawatirkan semua warga sebab kabut hitam bukan hanya beraksi di luar melainkan di dalam rumah.“Semuanya! Tolong berdiri dulu. Kami tentu saja akan berusaha mencari semua pemuda yang hilang dan menemukan pelakunya!”Setelah menenangkan para rakyat, Songrui dan lainnya menemui kepala de
Songrui tersenyum kecil lalu berucap, “kalau begitu, aku juga ingin lihat seperti apa kemampuanmu!”BYUUR!Dengan cepat ia melompat ke dalam air.Merasa semua orang mungkin telah berada di daratan akhirnya Songrui melepaskan diri dari sosok hitam itu.Namun tak menyangka, kabut hitam mengejar Songrui di dalam air.Meski tidak diserang tapi Songrui justru kesulitan berenang sebab kedua pergelangan kakinya telah dicengkeram kabut hitam.Susah payah Songrui melepaskan cengkeraman itu akhirnya ia lolos juga.Namun belum lama ia berenang untuk mencapai permukaan air, sekali lagi kedua kakinya ditarik hingga menyebabkan ia harus kembali ke bawah.Lama bergelut dengan bayangan hitam, Songrui tak bisa bertahan lagi.Oksigen di dalam tubuh mulai menipis!Ia mencoba peruntungannya dengan memunculkan pedang pusaka.Tak menyangka air tak dapat memadamkan kobaran api di pedang pusaka.Dengan cepat Songrui melayangkan pedang pusaka hingga memotong kabut hitam yang mencengkeram kakinya.
Suasana yang tadinya dipenuhi sorak-sorai penonton kini menjadi hening!“A-ada apa dengannya?”Semua orang terperangah melihat adegan di arena pertarungan. Mereka kebingungan dengan apa yang terjadi pada lawan Songrui.Hanya dalam satu kali layangan pedang telah membuat lawan terjatuh ke lantai arena dengan menekuk lututnya.“Sudah berakhir!” ucap Songrui memandang ke bawah.“Kau akan cacat seumur hidup jika memaksakan dirimu!”Peringatan dari Songrui sepertinya dipahami sang lawan saat mengetahui apa yang terjadi pada dirinya.Serangan yang diberikan Songrui memang terlihat biasa-biasa saja, tapi jika hal itu terjadi pada seseorang yang mengandalkan kecepatan maka akan berdampak besar.“BAIK!”“Aku kalah!”Mendengar pengakuan kalah dari lawan, Songrui mengulurkan tangannya.“Aku tidak butuh bantuanmu!” lelaki itu merespon acuh sambil berdiri perlahan tak mau meladeni Songrui.Nyatanya bukan bantuan yang disodorkan Songrui melainkan sebuah benda yang ada di telapak tangannya.“Obat in
Lelaki bertopeng melemparkan sebuah benda yang akhirnya berhasil ditangkap oleh Songrui.“Dengan token ini, kau bisa keluar masuk di pasar gelapku. Dan tentu saja, apa yang kau inginkan bisa kau dapatkan di wilayah kekuasaanku!”Sebuah token yang terbuat dari kayu berwarna hitam berada dalam genggaman Songrui.“Mengenai informasi yang kau inginkan, aku sudah berusaha semampunya untuk mencari tahu.”Masalah hilangnya para pendekar memang ada hubungannya dengan sosok di dalam kabut hitam yang diceritakan Songrui.Namun ada hal besar di balik semua itu. Sosok kabut hitam yang dilihat oleh Songrui berhubungan dengan seseorang di dalam istana.Songrui tertegun mendengar kalimat terakhir!“Apa Tuan punya petunjuk lain tentang seseorang di dalam istana itu?”Pertanyaan Songrui tak dijawab. Lelaki itu bergerak cepat seperti kilat dan berdiri di depan Songrui dengan jarak sangat dekat. Kedua bola matanya memperhatikan wajah Songrui.“Kenapa kau begitu tertarik dengan masalah ini?”“Siapa kau s
Selesai berbincang dengan pedagang tua Songrui memutuskan keluar dari wilayah pasar gelap.Dengan token pemberian lelaki bertopeng kedua pengawal di pintu gerbang merespon cepat membuka portal penghubung.SLING!Begitu melewati bulatan cahaya besar Songrui keluar dari batang pohon yang ada di bukit.“Kedua Kakak, semoga kalian baik-baik saja.”Ditatapnya jauh ke depan.Pintu keluar pasar gelap ternyata berada jauh dari desa yang ia kunjungi.Songrui bergegas menuruni bukit menemui kedua murid yang masih berada di desa.******“KAMI MENUNTUT KEADILAN!”“KEMBALIKAN ANAK-ANAK KAMI!”Segerombolan rakyat berkumpul di depan pintu gerbang sambil berteriak dan memaksa masuk ke dalam.“SURUH KEPALA DESA KELUAR!”“KAMI MENGINGINKAN PENJELASAN DAN KEADILAN!”Sayang sekali para rakyat yang memaksa masuk justru didorong beberapa pengawal yang bertugas di depan gerbang.Tak tahan melihat para rakyat diperlakukan secara kasar, akhirnya Songrui mendekati kerumunan.“BERHENTI!”Suara lantang Songrui m
Waktu yang diberikan guru agung—Bo Bingwen tertinggal seminggu. Songrui dan pendekar lainnya memutuskan kembali ke ibukota untuk melaporkan apa yang telah mereka temukan di dalam desa.Dalam perjalanan mereka dihadang oleh segerombolan pria berjubah hitam yang muncul dalam kabut hitam.Pertarungan sengit terjadi hingga menyebabkan kedua pendekar lainnya terluka.Sayangnya Songrui sendiri tak bisa menolong ketiga pendekar yang terluka karena di saat yang sama Haoyun dan murid pertama membutuhkan bantuannya.“Kak Haoyun!”“Kakak pertama!”WUSH!SYUUT!SYUUT!Dua buah pedang pusaka melayang cepat ke dua arah!TLING!Hampir saja layangan pedang mengenai tubuh Haoyun dan murid pertama yang saat itu tersungkur di tanah.Dengan cepat tangannya bergerak mengendalikan kedua pedang dan menyerang balik hingga kedua penyerang terlempar jauh.“Kak Haoyun, Kakak pertama, kalian baik-baik saja?”“Terima kasih, Adik Xiongrui.”Sementara Songrui membantu kedua murid berdiri, gerombolan pria berjubah h
Meski telah diperintahkan Haoyun untuk mengabaikannya, tapi Songrui tak mau lagi kehilangan seseorang yang ia kasihi.Memanfaatkan kesempatan saat semua orang sibuk dengan keselamatan masing-masing, Songrui menggunakan energinya untuk mendorong salah satu batu pijakkan hingga mendekati Haoyun.“Melompatlah!” pekik Songrui cemas.TAP!BRUKH!Untung saja Haoyun bergerak cepat melompat ke batu pijakkan yang didorong Songrui.Meski begitu perjalanan masih harus berlanjut sebab batu-batu pijakkan di belakang mereka tetap berjatuhan.Songrui meminta kedua murid mengikuti langkah kakinya hingga mereka bertiga berhasil menyeberang.Semua pendekar yang telah sampai ke bukit pertama dijemput oleh seorang murid. Mereka dibawa hingga sampai ke depan pintu gerbang yang tertutup energi pembatas.“Para pendekar, silakan!” ucap murid Yuancheng sambil mengarahkan telapak tangannya ke samping tepat ke arah sebuah pilar yang berlukiskan pola abstrak.“Apa maksudnya ini?!”“Bukankah Guru Agung telah meng
Seluruh tubuh Songrui bergetar!Dirasakannya ribuan jarum memaksa masuk melalui pori-pori kulit.Seperti kata murid senior sebelumnya, semakin besar kebencian seseorang di dalam hati maka efek sungai pemurnian akan semakin kuat.Bayangan kebencian di dalam hati Songrui satu persatu muncul dalam pikirannya.“Menjijikkan!”“Manusia tak tahu balas budi sepertimu pantas mati!”Masa lalu kelam kembali mengingatkannya.Guru?KRRK!Kertakkan gigi terdengar!Kali ini rasa sakit di hati melebihi tusukkan ribuan jarum dan sayatan ribuan pedang!Bagaimana aku bisa melupakanmu, Guru?Sementara orang yang membunuhmu masih hidup!“UHUK!”Songrui terbatuk menyemburkan darah segar dari mulut.“Dik Xiongrui! Sadarlah!”“Dik Xiongrui!”Begitu membuka mata hanya Haoyun dan murid pertama yang menemaninya di dalam kolam. Sedangkan murid baru lainnya telah berhasil melewati efek dari kolam pemurnian.Murid senior yang menjadi penanggung jawab pun tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu Songrui menyelesaik
“Xiongrui?”“Kali ini trik apalagi yang kau gunakan?”Di tengah keheningan, Songrui menjawab dengan suara lantang.“Aku ingin bernegosiasi denganmu!”“Ha ha ha!”“Cih!” pangeran meludah ke samping dengan wajah remeh, “negosiasi katamu?”“Dengan kemampuan pasukanku kau bahkan tak mampu mengalahkanku, Xiongrui!”Songrui terdiam, memberikan jeda bagi pangeran untuk tersenyum hingga situasi menjadi hening.“Sepertinya ingatan pangeran begitu buruk….”Songrui melanjutkan dengan mengeluarkan pedang penghakiman.“Kalau begitu, anggap saja aku tidak pernah mengatakannya!” lanjutnya santai lalu bersiap mengayunkan pedang.“Baik!” sosor pangeran.Songrui diajaknya mendekat.Di tengah-tengah kerumunan, beberapa prajurit dengan cepat menyediakan tempat duduk lengkap dengan meja yang di atasnya tersedia cangkir dan kendi.Iapun turun dari tunggangan dan dengan berani menerima ajakkan itu.“Aku bisa membantu pangeran kedua belas untuk mendapatkan keinginanmu!”Tawaran Songrui diacuhkan. Pangeran ba
Entah sudah berapa lama ia berdiri di sana—memandang lautan semut hitam di kejauhan, hingga kedatangan murid pertama dan Haoyun mengalihkan pandangannya.“Apa yang kau pikirkan, Xiongrui?”Songrui menarik napas panjang.“Tidak ada, Kak.”Melihat ekspresi Songrui, murid pertama segera menarik lengannya dan menekankan jari di nadi pergelangan tangan.Usai melepaskan pergelangan tangan Songrui, murid pertama berucap, “Xiongrui, kamu mungkin bisa melawan takdirmu, tapi kamu tak bisa melawan apa yang seharusnya ditakdirkan terjadi.”“Dik Xiongrui, aku sudah mendengarnya dari Kakak pertama,” sambung Haoyun memandang dalam, “jangan khawatir, kamu memiliki kami berdua. Ikuti saja apa kata hatimu yang menurutmu benar.”Melihat Haoyun, Songrui teringat akan bayangan burung legendaris.“Kak Haoyun, kalian berdua menyembunyikan sesuatu dariku?”Kedua kakaknya terdiam sejenak.“Setiap manusia dilahirkan ke dunia dengan tugasnya masing-masing. Akupun yakin dengan latar belakang kalian berdua pasti m
Kreeek!Baru saja mendengar Xiongrui berucap, pintu gerbang benteng segera terbuka!“Dik Xiongrui!” seru Haoyun berlari keluar dari pintu gerbang.“Dik Xiongrui, Kakak pertama kau?….” Haoyun menatap ke arah murid pertama, “kenapa bisa begini?”“Jangan pedulikan aku, cepat bawa kami masuk!” sela murid pertama mengalihkan situasi.Begitu masuk ke dalam benteng, Haoyun segera membawa mereka menemui jenderal.Namun di depan ruang peristirahatan, mereka dicegat.Pengawal pribadi jenderal keluar dan meminta Songrui dan kedua kakaknya untuk segera menemui jenderal.Sedangkan yang lain menunggu di luar.Begitu masuk ke dalam ruangan, jenderal yang tadinya terbaring segera dipapah pengawal pribadi, duduk di tempat tidurnya.“Pendekar Xiongrui, lama tidak berjumpa! Syukurlah ... kami punya harapan untuk mempertahankan benteng perbatasan!” ucap jenderal tersenyum penuh semangat.“Jenderal, kakakku adalah seorang tabib, biarkan dia memeriksa keadaanmu dulu,” sambung Songrui melirik ke arah murid p
“Pangeran kedua belas kembali menyerang!”“Syukurlah aku bertemu dengan Tuan pendekar, tolonglah kami Tuan!”Songrui menoleh ke arah para guru, ia tahu bahwa perguruan Yuancheng tidak akan mengambil risiko bergabung dalam masalah kerajaan. Tapi karena hal ini berhubungan dengan pangeran kedua belas Songruipun menjelaskan secara singkat.“Pangeran kedua belas memiliki pasukan tak terkalahkan yang sangat persis dengan pasukan yang dikendalikan oleh jiwa jahat.”Semua guru saling melemparkan pandangan satu sama lain.Meski di awal mereka sempat berbisik merundingkan sesuatu, tapi pada akhirnya mereka setuju untuk membantu.“Karena hal ini telah berhubungan dengan jiwa jahat, maka perguruan Yuancheng lebih tak boleh membiarkannya!”Perjalanan dilanjutkan kembali menuju ke benteng perbatasan.Namun belum lama menempuh perjalanan, sekian banyak orang yang terluka terkulai lemah.Mereka yang terluka meminta agar ditinggalkan karena hanya menambah beban, tapi Songrui tidak setuju akan hal itu.
“Tidak apa-apa, Kak. Sebentar lagi akan pulih.”Sayangnya perkataan Songrui dibantah murid pertama dengan tegas hingga Songrui terbungkam.DEG!Ia kembali mengingat perkataan Bingwen yang tidak selesai.Setiap kata yang terngiang di telinganya membuat perasaan Songrui semakin cemas jika apa yang ia pikirkan ternyata benar.“Kak, apa tidak ada cara lain untuk menyembuhkannya?” tanya Songrui dengan tatapan kosong.“Pedang yang melukaimu telah diolesi racun milik jiwa jahat!”Sorot mata murid pertama menatap dalam mata Songrui sambil memegang pundaknya.“Xiongrui, aku tidak akan membiarkan kau dimanfaatkan oleh jiwa jahat itu!”Perkataan murid pertama membangkitkan harapan Songrui.Sambil menahan sakit ia tersenyum kecil, “apa Kakak sudah punya solusinya?”Murid pertama terdiam sejenak. Perlahan ia bergerak duduk bersila di depan Songrui.“Masalah sudah seperti ini, mau atau tidak aku tetap harus melakukannya!” tutur murid pertama lalu bersiap melakukan ritual.Kedua tangan murid pertama
“Gu-guru! Bu-bukan aku—”“Kau membunuh guru, Wang Songrui!”Sepasang mata yang berkaca-kaca itu teralihkan ketika melihat bayangan wajah orang lain muncul dari belakang kepala sang guru.Bo Bingwen menatap Songrui dengan senyum puas.Tsk!Lagi tubuh sang guru didorong kuat oleh Bo Bingwen hingga menembus tubuh sendiri.Di saat yang sama sosok bayangan hitam menggunakan kesempatan itu keluar dari dalam tubuh guru Liu Yaoshan dan berhasil melarikan diri.“Aku sudah membantumu melakukan apa yang tak sanggup kau lakukan,” ucap Bingwen dengan suara pelan.“Songrui, bagaimanapun kau sama denganku!”“Tanganmu juga telah tercemar! Kau telah melukai tubuh guru!”“Ha ha ha!”Sreet!Pedang penghakiman ditarik kembali.Bedukh!“Guru!” seru Songrui merangkul tubuh sang guru yang baru terjatuh ke tanah.Sayangnya waktu sangat singkat.Tubuh sang guru menghilang bagai debu dalam rangkulan Songrui.Guru!“Guru!”Teriakkan Songrui pecah memanggil-manggil gurunya.Sepasang mata menyedihkan meratap di ud
“Ternyata biksu tua bodoh itu masih belum menyerah!”“Setelah ketiga muridnya yang sama bodoh dengannya gagal melenyapkanku, ia malah memilihmu?!”DEG!Songrui tertegun.Sekilas ia mengingat pertempuran besar yang diperlihatkan ketiga guru padanya.Ternyata saat itu yang dilawan ketiga guru adalah jiwa jahat yang masuk di tubuh fana guru Liu Yaoshan.Tapi apa maksud dari perkataannya?Jiwa jahat melanjutkan pembicaraannya ketika melihat Songrui hanya terdiam.Setelah pertempuran dahsyat itu ia tidak lenyap, melainkan sisa jiwanya berkeliaran mencari sebuah tempat untuk mempertahankan kehidupan kecilnya.Tak menyangka ia tertangkap oleh guru Liu Yaoshan dan berakhir disegel di dalam ruang kesunyian.Setelah sekian lama mencari cara untuk terbebas, ia akhirnya menemukan sebuah jalan.Aura kebencian yang sangat besar di dalam tubuh Bo Bingwen menarik perhatiannya.Hanya dengan memanfaatkan kebencian di hati Bo Bingwen, rencananya baru berhasil.“Kau!” sela Bo Bingwen dengan wajah geram se
Syuut!Entah serangan yang muncul dari arah mana melukai lengan Songrui.“Songrui!”“Terimalah nasibmu!”Syuut!Tsk!Ujung pedang tajam menembus tubuh Songrui dari belakang!“Setelah masuk di dalam sini, kau tidak akan bisa keluar kecuali mati!”Luka tusukkan di tubuhnya mengingatkan kembali perkataan murid pertama.Ia berupaya menggunakan pedang penghakiman.Menebaskan ke dinding pusaran berkali-kali.Namun hal itu justru membuatnya merasakan keanehan pada telapak tangan yang memegang gagang pedang.“Akh!” ia meringis kesakitan setelah menyimpan pedang penghakiman.Kenapa bisa begini?Apa yang terjadi?Songrui terdiam menatap telapak tangannya yang terluka seperti baru saja terbakar.“Tidak ada gunanya, Songrui!”Suara Bingwen terdengar.“Pedang penghakiman, tidak akan berguna bagimu!”Songrui terdiam mendengar perkataan Bingwen.Ia menyadari bahwa hal aneh yang terjadi pasti ada hubungannya dengan Bingwen.Syuut!Sebilah pedang keluar dari dinding pusaran energi dengan cepat.Namun b
Krezzz!Peluh di dahi perlahan membeku!Beriring hawa dingin mengalir keluar dari lengan.Energi api dan es kini berada di telapak tangan Songrui.Secara serentak ia menghantamkannya ke atas.Buuum!Dinding energi penyerapan hancur!Senyuman kecil terukir di bibir.Ia berhasil menghancurkan dinding energi penyerapan.“Tidak mungkin!” tutur Bingwen membulatkan kedua matanya seolah tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.Ekspresi yang sama juga dialami oleh para guru saat menyaksikan tindakan Songrui.“Kekuatan seperti ini….”“Hanya seorang dewa yang bisa memilikinya!” tutur guru Yan memandang takjub.Sosok Songrui yang memunggungi para guru memancarkan dua energi berlawanan dari tubuhnya.Dalam keheningan Songrui tersenyum puas melihat ke arah Bingwen yang terpaku menatapnya.Jika bukan karena terdesak akan situasi ia tidak dapat memahami kemampuan diri sendiri.Penderitaannya di masa lalu untuk mendapatkan kembali kehidupan tidaklah sia-sia.“Bo Bingwen, apa kau mengakui semua d