Aku bisa datang karena sesuatu hal, tetapi aku bisa pergi bagaimana tugas dan kehendak ku juga.
* * *
Malam itu Wira menuruti apa yang diperintahkan Naya dan Aiza melalui telepon, mereka bilang untuk membacakan beberapa doa pada air dan menyiramkannya di sekitar rumah. Makhluk kiriman memang paling sulit diusir, sebelum tugasnya selesai dan si pemilik memberi imbalan. Maka dari itu sebelum kedua kakak beradik itu datang, si gondrong hanya bisa melakukan sebisanya. Lagian kenapa juga kepekaan batinnya malah meningkat begini, matanya mungkin tidak bisa melihat mereka tapi tubuhnya bisa merasakan kehadirannya. Apalagi Wira tidak pernah menyangka bahwa hantu-hantu itu, bisa menggerakkan benda di sekitar mereka. Mungkin tidak terlalu besar, tapi untuk mereka yang punya trauma atau mudah panik dan ketakutan. Gangguan mereka sangat bisa mengenai mental, bahkan membawa mimpi buruk.
Wira masih terjaga di pukul satu malam, walau ia sudah m
Gadis ini tak dapat dipahami, seeorang yang datang lalu pergi menurut kehendaknya sendiri.* * *Seperti yang digambarkan Mas Gahara, rambut panjang silver, kulit putih pucat, mata berhiris merah muda. Sosok yang beberapa kali datang mengunjungiku di dunia nyata, kini hadir tepat di depan mataku. Senyumannya yang membuat hati dan ingatanku tak bisa lupa, kehadiranya yang selalu misterius selalu membuat tanya yang tak pernah usai. "Kapan aku bisa bertemu dengannya lagi?""Sekarang aku ada di depan mu, Aiza. Silahkan singkirkan pikiran itu.""Kau... membaca pikiran ku?""Hm..., lebih tepatnya... itu seperti menggema di dunia ini. Mungkin?" Wanita bernama Niskala itu tersenyum, seolah sedang membuat lelucon dan ia berhasil membuatku terjebak disana. "Kau mungkin bertanya-tanya, bagaimana aku bisa tau keberadaan mu, bahkan ketika kita pertama kali bertemu untuk pertama kalinya kau bisa melih
Aku tidak menyangka akan separah ini, bahkan hubungan ini belum genap satu bulan.* * *"Lu gila!" Aiza menggebrag meja kantin, untung saja tempat itu belum diisi anak-anak karena mereka duduk di sana pada jam pelajaran kosong pagi hari. "Lu harusnya bisa tahan emosi, Ra!""Lu yakin, di saat seperti itu lu bisa tahan emosi?""Haa, itu yang di inginkan setan buat hubungan kalian!""Entah itu emang karena setan, atau Eiliyah sendiri yang memang gak bisa berubah Za!"Fuc*! Aiza ingin mengumpat rasanya, sobatnya ini memang keras kepala dan juga sembrono. Padahal dia sudah bilang untuk sedikit bersabar soal ini, aura di sekitarnya berubah menyebalkan."Gua datang karena lu bilang, sering diganggu hantu. Persis kata Naya, ini semua karena ada murid lu yang gak suka sama hubungan kalian.""Oh bulshit! Gua gak peduli sekarang, apa ini kare
Ketika dua dunia ini bertabrakan, ada sebuah jalan yang terbuka, dan itu sungguh sangat tidak baik adanya.* * *Tepat setelah mereka pulang dari liburan di rumah kakek, Naya lekas menghubungi Eiliyah kembali. Walau sebelumnya mereka sempat bertukar pesan, dan menanyakan keadaan masing-masing. Naya sudah berusaha sebisanya dari rumah kakek, untuk memproteksi Eiliyah karena gadis itu sadar bahwa yang mendatangi rumah Eiliyah bukan makhluk sembarangan.Kakek juga sepertinya sadar dengan gerak gerik dan perilaku Nayanika, yang nampak sering kelelahan. Beliau bahkan menyuruh gadis itu untuk lebih memperbanyak zikir, dan memperhatikan keadaan sekitarnya."Jangan terlalu mengikutinya Naya.. kau harus memperkuat iman mu kembali." Pesan kakeknya sebelum ia pergi, sebelumnya Kak Gahara juga sudah mewanti-wanti. Kalau ia melakukan sesuatu, jangan sampai ia melakukannya sendiri, setidaknya Aiza bisa membantu dan melindunginy
Tak banyak orang yang memiliki kemampuan seperti kami, tapi tak sedikit orang juga yang kadang menyalah gunakan kekuatannya untuk hal tak baik.* * *Gadis di hadapanku mengatakan aku mengganggunya, bahkan ia pun mengetahui apa yang dilakukan Naya di rumah Eiliyah sana. Ia masih membacakan sesuatu dibibirnya, rupanya gadis itu juga sambil mengontrol hingga ke rumah Eiliyah sana. Namun Aiza juga tidak bisa menganggapnya hanya gadis SMA biasa, buktinya wajah gadis itu berubah menjadi bukan wajah yang baru saja tersenyum pada Wira sobatnya."Hentikan! Kalau tidak, kau sendiri yang akan kewalahan." Aiza masih menenangkan diri, sebelum ia menyadari sosok tinggi besar dengan mata merah itu nampaknya marah padanya."Bukankah kau yang sedang merasa ketakutan, Aiza?" Gadis itu bahkan tidak formal menyebut namanya dengan sopan."Hm, ketakutan? Ya, mungkin sedikit. Kalau saja gadis kecil sepertimu tidak
Ketika dunia itu menarik mereka, raga dan jiwa harus berpisah.Orang pikir mungkin ini keajaiban yang luar biasa, tapi bagi mereka antara hidup dan mati yang harus selalu mereka rasakan berulang-ulang.* * *Aiza baru selesai mandi ketika Naya baru saja sampai di depan pintu rumah mereka, sadar adiknya sedang kelelahan si jangkung menyarankan gadis itu untuk mandi terlebih dahulu. Sementara matanya sudah memicing lelah sendiri, hantu mana lagi yang penasaran mengintip di ujung jalan sana.Ia memasak air lalu membuat coklat hangat untuk mereka, Aiza duduk di sofa sambil menonton acara sore seadanya begitu Naya selesai mandi. Sambil sesekali memainkan gawai, membalas pesan atau melihat-lihat sosial media yang isinya hanya beberapa hiburan dunia."Coklat siapa?""Minum aja, duduk sini.""Hah... capek.""Gimana tadi di sana?" Mata Aiza masih juga me
Mengapa sesuatu yang berbeda selalu menjadi perdebatan di dunia ini?Karena manusia butuh alasan untuk melakukan sesuatu, agar mereka bergerak; berpikir; dan menjadi sesuatu yang diperhitungkan.* * *Seperti baru kemarin semua melintas dalam bayangan, lalu menjadi nyata dan menyerang dari segala arah. Kalau ada yang bilang 'semua baik-baik saja?'. Aku ingin bilang dengan tegas, "TIDAK!"Byurrr!"Si Naya ini harus dirukiyah!" Jerit seorang gadis hiteris, setelah ia menyiram tubuh gadis bernama Nayanika itu dengan sengaja di kamar mandi putri. Melihat hal tersebut seorang santri putri lekas berlari menuju seorang santri putri senior dan menceritakan apa yang baru saja terjadi, tidak tinggal diam mereka lekas menuju tempat kejadian. Sementara si gadis yang menyiram Naya malah menangis, dia masih juga mengatakan hal-hal yang membuat orang-orang jadi merasa risih."Apa maksud kamu, hah! Das
Bertahan atau tinggalkan.Cinta hanya memiliki dua pilihan, tidak lebih dan tidak kurang.* * *Seperti penyihir yang kehilangan sihirnya, kini giliran Wira dan Eiliyah yang menyelesaikan permasalahan mereka. Tidak ada waktu yang sia-sia untuk memahami dua hati yang masih mencinta, namun ego siapa yang membatasi pertemuan dua aliran perasaan ini. Mereka duduk berdua di sebuah cafe, saling berhadapan dengan dua cangkir kopi hitam pekat yang masing mengepul di mana senja mulai mengintip membuat siluet jingga di langit dengan samar.Eiliyah mengangkat cangkirnya mencoba melepaskan ketegangan dengan meminum isinya sedikit demi sedikit, sementara Wira duduk bersender memainkan jari jemari panjangnya canggum. Namun ia mencoba menjadi pria yang bertanggung jawab, kesadaran bahwa tak cukup bersabar dan sadar diri tentang masalah yang sebenarnya terjadi. Bukan hanya karena masalah hantu yang mengganggu kehidupan mereka, atau pihak ketig
Kau percaya banyak yang bilang kalau, setiap dari manusia memiliki tujuh pasang wajah yang hampir sama persis dengan kita.Apa kau percaya?* * *Aiza tertegun di depan pintu menyaksikan seseorang yang datang ke rumahnya bersama Naya, seorang pemuda dengan rambut pendek cepak. Tidak bukan karena pemuda itu sangat tampan, apa lagi Aiza yang terdistraksi tiba-tiba belok. Tidak, bukan itu. Tapi wajah pemuda yang dinyatakan Naya sebagai teman sekantornya itu, memiliki wajah yang hampir mirip dengan..."Taklif!" Spontan Aiza mengatakan nama almarhum sobatnya itu, sedangkan dua orang yang masih terdiam di depan pintu membuka sepatu terlihat bingung."Ngomong apa sih Kak Za?" Naya masih berusaha melepas sepatunya yang diikat terlalu kencang, sementara pemuda di belakangnya kikuk dan canggum karena mata Aiza tak juga teralihkan darinya. Akhirnya pemuda canggum itu memperkenalkan diri sebagai Suryakanta, rekan