Kau percaya banyak yang bilang kalau, setiap dari manusia memiliki tujuh pasang wajah yang hampir sama persis dengan kita.
Apa kau percaya?
* * *
Aiza tertegun di depan pintu menyaksikan seseorang yang datang ke rumahnya bersama Naya, seorang pemuda dengan rambut pendek cepak. Tidak bukan karena pemuda itu sangat tampan, apa lagi Aiza yang terdistraksi tiba-tiba belok. Tidak, bukan itu. Tapi wajah pemuda yang dinyatakan Naya sebagai teman sekantornya itu, memiliki wajah yang hampir mirip dengan...
"Taklif!" Spontan Aiza mengatakan nama almarhum sobatnya itu, sedangkan dua orang yang masih terdiam di depan pintu membuka sepatu terlihat bingung.
"Ngomong apa sih Kak Za?" Naya masih berusaha melepas sepatunya yang diikat terlalu kencang, sementara pemuda di belakangnya kikuk dan canggum karena mata Aiza tak juga teralihkan darinya. Akhirnya pemuda canggum itu memperkenalkan diri sebagai Suryakanta, rekan
Dendam adalah perasaan yang paling merugikan, sekaligus paling menyusahkan!* * *Naya dan Aiza harus berurusan dengan makhluk-makhluk itu kembali, sosok-sosok hitam gelap; tinggi; berbulu lebat; besar; bermata merah; dan memiliki aura mengerikan. Hingga bulu kuduk mereka berdiri meremang, napas tercekat sesak, energi terkuras banyak. Sampai-sampai Gahara diminta turun tangan membantu mereka, lelaki berkacamata yang telah menikah itu tentu langsung menemui kedua adiknya.Sesuai dugaan Gahara Naya dan Aiza sudah benar-benar kewalahan, beruntunglah Gahara membawa serta Intan berkunjung ke rumah mereka. Kedua adik mereka itu sudah kewalahan rupanya, Gahara lekas membersihkan lingkungan mereka dari hantu-hantu jahil itu yang memang susah sekali diusir. Bahkan lelaki dengan potongan rambut cepak itu, mau tidak mau meminta bantuan para leluhur untuk mengusir mereka. Hingga muncul satu sosok terkuat yang justru balik melawan Gahara, ta
Kau yang selalu diantaranya, menjadi sorotan mata-mata yang tak terlihat namun selalu berusaha untuk baik-baik saja.Begitulah hati mu terasa sulit untuk menerima, bahwa ada seseorang yang diam-diam juga menyimpan hati untuk mu.* * *Perundungan Naya terus berlanjut secara diam-diam, tak ada yang berani mengatakannya pada pengurus. Lagi pula Naya menjadi terbiasa, entah itu karena hantu ataupun manusia itu sendiri. Namun Naya tak pernah bisa menyangka, ada hal lain yang akan mengusik perasaanya yang perlahan menjadi kebas. Anak lelaki yang tiba-tiba muncul di hadapannya, seorang santri seusianya yang beberapa kali melihatnya baik tengah dalam keadaan suka maupun duka.Tepat hari itu setelah perayaan hari santri, bocah lelaki itu menghadangnya tak tau malu. Mungkin untuk sebaian orang menganggap bocah itu terlalu berani, melawan aturan peantren tapi ada yang ingin sekali ia tanyakan. Bukan hal yang sudah jelas banyak orang tau
Tak pernah ada yang tahu, bagaimana sesuatu bisa terjadi begitu cepat.Apa memang ini kehendak semesta, atau manusia dan dunia lain yang saling bersepakat.* * *Wira mengajak Aiza pergi ke lorong belakang labolatorium, tempat biasanya Aiza menghabiskan waktu mengobrol dengan makhluk aneh di sana. Sepertinya si kuncir itu tidak perlu menjelaskan apa yang baru-baru ini ia lihat, atau entah mengapa setiap datang kemari tengkuknya terasa meremang. Hingga dia rasa bisa melihat mereka kalau semakin memfokuskan padanya, tapi tidak maksud lelaki itu ingin menemui Aiza secara rahasia bukan membahas mengenai ketakutannya sekarang. Melainkan karena kejadian beberapa waktu lalu, setelah Aiza meneleponnya juga Eiliyah."Lu bilang, orang yang coba ngusik kita berdua itu adalah orang deket gua kan. Gua tau siapa sekarang walau pun lu gak ngomong, Za." Wira memantik roko blue mildnya, mengepulkan asap yang sedkit beraroma mint ke udara.
Apa yang paling di inginkan orang mati? Melakukan apa yang pernah mereka kerjakan selama hidup. * * * Aiza tidak ingin keluar rumah, namun Naya memaksa kakaknya untuk bergerak. Walau mereka sama-sama tau ketika menginjakkan kaki di luar rumah ini, akan banyak makhluk yang mencoba berinteraksi dengan mereka. Walau Mas Gahara sudah mengajari mereka cara menahan diri, untuk tidak membiarkan mereka bisa masuk sembarangan. Naya sudah menghubungi Surya, sengaja sekalian survei juga katanya. Pemuda itu masuk menyapa Aiza yang masih juga enggan bangun dari sofa, walau ditarik paksa Naya berulang kali. Si jangkung itu bilang dia terlalu malas untuk berhadapan dengan makhluk-makhluk itu saat ini, tidak ada hal baik juga yang harus ia kejar di luar sana. Jadi untuk apa ia pergi, maunya begitu. Tapi Surya mengatakan bahwa mereka akan menyaksikan film perdana Spaiderman: No Way Home, angkat senjata untuk Aiza ia bergegas bangun dan ma
Banyak dari mereka yang tersesat, dan banyak di antara mereka pula yang memanfaatkan kesempatan ini. Dunia mereka memang sudah berbeda, setiap dari yang pernah hidup menanggung apa yang mereka perbuat. * * * Sosok di hadapan Aiza saat ini adalah pria berkepala plontos, dengan belakang kepala yang terus mengeluarkan darah. Pakaian yang di kenakan adalah celana jeans dengan kaos hitam dan jaket kulit senada, ia terus mengaduh bahkan ketika Aiza mengajaknya keluar dari dalam bioskop sosok lelaki itu memilih duduk berjongkok. Mau tidak mau Aiza memilih duduk di pinggiran batas parkiran, agar tidak terlalu mencolok dan mengobrol dengan sosok itu lebih santai. "Kenapa menggangguku sejak tadi? Padahal sejak tadi sudah ku peringatkan, ada masalah apa sampai kau ngotot begini?" Tanya Aiza akhirnya, karena sosok ini sudah mengikutinya sejak turun dari mobil hingga di dalam bioskop dan pertunjukan usai. Itu sebabnya Naya pula merasa
Dalam kehidupan kita selalu menemukan hal-hal yang harus di sesuaikan, begitu juga dengan penyelerasan elemen antara kita dan mereka yang tak terlihat.* * *Niskala memperkenalkan pria di sampingnya sebagai saudara sepupunya, bernama Klandehin namun semua memanggilnya Shin. Dia seumuran dengan mereka, Shin tidak dapat melihat apa yang bisa mereka lihat. Namun lelaki bermata sipit penyuka warna hitam itu, hanya bisa merasakan aura keberadaan mereka secara samar-samar. Ia juga mengetahui semua cerita perjumpaan mereka, karena selama ini Shin-lah yang membantu Niskala."Hari ini kau lagi-lagi membuat dunia mereka penasaran Aiza, sepertinya tadi kau sudah melakukan hal besar lagi." Tebak Niskala membuat Aiza berhenti menyeruput soda manggonya. "Aku mungkin tidak bisa melihat dengan jelas, tapi bukan berarti semua indraku gak berfungsi. Justru sebaliknya, semuanya seperti melintas jelas dalam bayanganku.""Segarusnya
Gesekan dunia ini semakin terasa, walau kau tak ingin mengenal mereka. Dunia ini tetap memperkenalkannya, suka tidak suka. Mau tidak mau.* * *Dua sejoli itu mengetuk pintu, entah angin apa yang membawa mereka menemui dua kakak beradik itu. Pagi di hari Minggu sudah membuat rusuh, apa lagi yang mereka masalahkan kali ini."Za! Gua gak bisa tidur lagi!" Histeria Wira mengganggu jam minum kopi Aiza."Naya! Gimana ini, aku jadi bisa lihat bayangan hitam. Rasanya setiap hari ada yang memerhatikan, gimana ini Nay'!" Naya menghela napas, dia baru saja menyelesaikan proposal jam dua subuh tadi.Dua kakak beradik itu menghela napas bersamaan, rasanya mereka memang menjadi satu. Lalu bagaimana menghentikan kegelisahan mereka, agar kerusuhan ini tidak berulang? Kali ini Aiza dan Naya menyepakati, bahwa mereka harus memperkenalkan teman tak terlihat mereka rupanya.Aiza meminta Wira
Semua hal memiliki porsinya masing-masing, namun jika terlalu berlebihan pasti ada yang terusik.* * *Hari itu tak ada yang menyangka, bahwa sesuatu akan terjadi di hari perayaan ulang tahun sekolah yang bertepatan dengan acara pelepasan kelulusan kelas dua belas. Entah bagaimana beberapa anak mengalami kesurupan, hingga menjadi kesurupan masal. Pasalnya kata pemuka setempat ada yang merasa terusik dengan perbaikan gedung sebelah, gedung yang dulu pernah terbengkalai sebagai kantor pemerintahan terbengkalai. Pihak sekolah sebenarnya membeli tanah tersebut, untuk dijadikan bangunan kelas baru karena penambahan jumlah pendaftar siswa baru yang tiap tahunnnya selalu meningkat. Namun kejadian ini merupakan hal yang baru saja sangat mengejutkan untuk mereka, karena bukan hanya satu atau dua orang melainkan hampir puluhan siswa yang mengalaminya. Lalu bagaimana mungkin mereka bisa menangani hal ini, Aiza saja tak tau harus bagaimana menanganinya ia bahkan lela