Bertahan atau tinggalkan.
Cinta hanya memiliki dua pilihan, tidak lebih dan tidak kurang.
* * *
Seperti penyihir yang kehilangan sihirnya, kini giliran Wira dan Eiliyah yang menyelesaikan permasalahan mereka. Tidak ada waktu yang sia-sia untuk memahami dua hati yang masih mencinta, namun ego siapa yang membatasi pertemuan dua aliran perasaan ini. Mereka duduk berdua di sebuah cafe, saling berhadapan dengan dua cangkir kopi hitam pekat yang masing mengepul di mana senja mulai mengintip membuat siluet jingga di langit dengan samar.
Eiliyah mengangkat cangkirnya mencoba melepaskan ketegangan dengan meminum isinya sedikit demi sedikit, sementara Wira duduk bersender memainkan jari jemari panjangnya canggum. Namun ia mencoba menjadi pria yang bertanggung jawab, kesadaran bahwa tak cukup bersabar dan sadar diri tentang masalah yang sebenarnya terjadi. Bukan hanya karena masalah hantu yang mengganggu kehidupan mereka, atau pihak ketig
Kau percaya banyak yang bilang kalau, setiap dari manusia memiliki tujuh pasang wajah yang hampir sama persis dengan kita.Apa kau percaya?* * *Aiza tertegun di depan pintu menyaksikan seseorang yang datang ke rumahnya bersama Naya, seorang pemuda dengan rambut pendek cepak. Tidak bukan karena pemuda itu sangat tampan, apa lagi Aiza yang terdistraksi tiba-tiba belok. Tidak, bukan itu. Tapi wajah pemuda yang dinyatakan Naya sebagai teman sekantornya itu, memiliki wajah yang hampir mirip dengan..."Taklif!" Spontan Aiza mengatakan nama almarhum sobatnya itu, sedangkan dua orang yang masih terdiam di depan pintu membuka sepatu terlihat bingung."Ngomong apa sih Kak Za?" Naya masih berusaha melepas sepatunya yang diikat terlalu kencang, sementara pemuda di belakangnya kikuk dan canggum karena mata Aiza tak juga teralihkan darinya. Akhirnya pemuda canggum itu memperkenalkan diri sebagai Suryakanta, rekan
Dendam adalah perasaan yang paling merugikan, sekaligus paling menyusahkan!* * *Naya dan Aiza harus berurusan dengan makhluk-makhluk itu kembali, sosok-sosok hitam gelap; tinggi; berbulu lebat; besar; bermata merah; dan memiliki aura mengerikan. Hingga bulu kuduk mereka berdiri meremang, napas tercekat sesak, energi terkuras banyak. Sampai-sampai Gahara diminta turun tangan membantu mereka, lelaki berkacamata yang telah menikah itu tentu langsung menemui kedua adiknya.Sesuai dugaan Gahara Naya dan Aiza sudah benar-benar kewalahan, beruntunglah Gahara membawa serta Intan berkunjung ke rumah mereka. Kedua adik mereka itu sudah kewalahan rupanya, Gahara lekas membersihkan lingkungan mereka dari hantu-hantu jahil itu yang memang susah sekali diusir. Bahkan lelaki dengan potongan rambut cepak itu, mau tidak mau meminta bantuan para leluhur untuk mengusir mereka. Hingga muncul satu sosok terkuat yang justru balik melawan Gahara, ta
Kau yang selalu diantaranya, menjadi sorotan mata-mata yang tak terlihat namun selalu berusaha untuk baik-baik saja.Begitulah hati mu terasa sulit untuk menerima, bahwa ada seseorang yang diam-diam juga menyimpan hati untuk mu.* * *Perundungan Naya terus berlanjut secara diam-diam, tak ada yang berani mengatakannya pada pengurus. Lagi pula Naya menjadi terbiasa, entah itu karena hantu ataupun manusia itu sendiri. Namun Naya tak pernah bisa menyangka, ada hal lain yang akan mengusik perasaanya yang perlahan menjadi kebas. Anak lelaki yang tiba-tiba muncul di hadapannya, seorang santri seusianya yang beberapa kali melihatnya baik tengah dalam keadaan suka maupun duka.Tepat hari itu setelah perayaan hari santri, bocah lelaki itu menghadangnya tak tau malu. Mungkin untuk sebaian orang menganggap bocah itu terlalu berani, melawan aturan peantren tapi ada yang ingin sekali ia tanyakan. Bukan hal yang sudah jelas banyak orang tau
Tak pernah ada yang tahu, bagaimana sesuatu bisa terjadi begitu cepat.Apa memang ini kehendak semesta, atau manusia dan dunia lain yang saling bersepakat.* * *Wira mengajak Aiza pergi ke lorong belakang labolatorium, tempat biasanya Aiza menghabiskan waktu mengobrol dengan makhluk aneh di sana. Sepertinya si kuncir itu tidak perlu menjelaskan apa yang baru-baru ini ia lihat, atau entah mengapa setiap datang kemari tengkuknya terasa meremang. Hingga dia rasa bisa melihat mereka kalau semakin memfokuskan padanya, tapi tidak maksud lelaki itu ingin menemui Aiza secara rahasia bukan membahas mengenai ketakutannya sekarang. Melainkan karena kejadian beberapa waktu lalu, setelah Aiza meneleponnya juga Eiliyah."Lu bilang, orang yang coba ngusik kita berdua itu adalah orang deket gua kan. Gua tau siapa sekarang walau pun lu gak ngomong, Za." Wira memantik roko blue mildnya, mengepulkan asap yang sedkit beraroma mint ke udara.
Apa yang paling di inginkan orang mati? Melakukan apa yang pernah mereka kerjakan selama hidup. * * * Aiza tidak ingin keluar rumah, namun Naya memaksa kakaknya untuk bergerak. Walau mereka sama-sama tau ketika menginjakkan kaki di luar rumah ini, akan banyak makhluk yang mencoba berinteraksi dengan mereka. Walau Mas Gahara sudah mengajari mereka cara menahan diri, untuk tidak membiarkan mereka bisa masuk sembarangan. Naya sudah menghubungi Surya, sengaja sekalian survei juga katanya. Pemuda itu masuk menyapa Aiza yang masih juga enggan bangun dari sofa, walau ditarik paksa Naya berulang kali. Si jangkung itu bilang dia terlalu malas untuk berhadapan dengan makhluk-makhluk itu saat ini, tidak ada hal baik juga yang harus ia kejar di luar sana. Jadi untuk apa ia pergi, maunya begitu. Tapi Surya mengatakan bahwa mereka akan menyaksikan film perdana Spaiderman: No Way Home, angkat senjata untuk Aiza ia bergegas bangun dan ma
Banyak dari mereka yang tersesat, dan banyak di antara mereka pula yang memanfaatkan kesempatan ini. Dunia mereka memang sudah berbeda, setiap dari yang pernah hidup menanggung apa yang mereka perbuat. * * * Sosok di hadapan Aiza saat ini adalah pria berkepala plontos, dengan belakang kepala yang terus mengeluarkan darah. Pakaian yang di kenakan adalah celana jeans dengan kaos hitam dan jaket kulit senada, ia terus mengaduh bahkan ketika Aiza mengajaknya keluar dari dalam bioskop sosok lelaki itu memilih duduk berjongkok. Mau tidak mau Aiza memilih duduk di pinggiran batas parkiran, agar tidak terlalu mencolok dan mengobrol dengan sosok itu lebih santai. "Kenapa menggangguku sejak tadi? Padahal sejak tadi sudah ku peringatkan, ada masalah apa sampai kau ngotot begini?" Tanya Aiza akhirnya, karena sosok ini sudah mengikutinya sejak turun dari mobil hingga di dalam bioskop dan pertunjukan usai. Itu sebabnya Naya pula merasa
Dalam kehidupan kita selalu menemukan hal-hal yang harus di sesuaikan, begitu juga dengan penyelerasan elemen antara kita dan mereka yang tak terlihat.* * *Niskala memperkenalkan pria di sampingnya sebagai saudara sepupunya, bernama Klandehin namun semua memanggilnya Shin. Dia seumuran dengan mereka, Shin tidak dapat melihat apa yang bisa mereka lihat. Namun lelaki bermata sipit penyuka warna hitam itu, hanya bisa merasakan aura keberadaan mereka secara samar-samar. Ia juga mengetahui semua cerita perjumpaan mereka, karena selama ini Shin-lah yang membantu Niskala."Hari ini kau lagi-lagi membuat dunia mereka penasaran Aiza, sepertinya tadi kau sudah melakukan hal besar lagi." Tebak Niskala membuat Aiza berhenti menyeruput soda manggonya. "Aku mungkin tidak bisa melihat dengan jelas, tapi bukan berarti semua indraku gak berfungsi. Justru sebaliknya, semuanya seperti melintas jelas dalam bayanganku.""Segarusnya
Gesekan dunia ini semakin terasa, walau kau tak ingin mengenal mereka. Dunia ini tetap memperkenalkannya, suka tidak suka. Mau tidak mau.* * *Dua sejoli itu mengetuk pintu, entah angin apa yang membawa mereka menemui dua kakak beradik itu. Pagi di hari Minggu sudah membuat rusuh, apa lagi yang mereka masalahkan kali ini."Za! Gua gak bisa tidur lagi!" Histeria Wira mengganggu jam minum kopi Aiza."Naya! Gimana ini, aku jadi bisa lihat bayangan hitam. Rasanya setiap hari ada yang memerhatikan, gimana ini Nay'!" Naya menghela napas, dia baru saja menyelesaikan proposal jam dua subuh tadi.Dua kakak beradik itu menghela napas bersamaan, rasanya mereka memang menjadi satu. Lalu bagaimana menghentikan kegelisahan mereka, agar kerusuhan ini tidak berulang? Kali ini Aiza dan Naya menyepakati, bahwa mereka harus memperkenalkan teman tak terlihat mereka rupanya.Aiza meminta Wira
Tak ada yang tau bagaimana jalan cerita ini. Cerita hidupku, dan masa depanku. Maka dari itu aku butuh seseorang meyakinkan ku. Bahwa semua ini bisa kami jalani bersama. * * * Satu malam sebelum hari pernikahan tiba esok. Naya memilih duduk di kursi santai yang tepat menghadap kolam renang hotel. Tempat di mana acara pernikahan mereka akan dilaksanakan. Mungkin menakutkan ya memang, apa lagi pandangan mata Naya tidak sama seperti yang lainnya. Namun kali ini, dia merasa akan baik-baik saja. Salah satunya karena Aiza duduk di sampingnya. Malam itu langit bertabur bintang, cerah seperti yang mereka inginkan. Kedua kakak beradik ini akan terpisah jarak dan waktu. Tetapi bagi keduanya, tidak ada penyesalan yang harus mereka sesali. Sementara Nayanika menatap bintang, Aiza menunggu apa yang ingin adiknya itu sampaikan. Lelaki jangkung itu sedikit bingung. Untuk apa Naya memanggilnya tiba-tiba. Apa lagi di tempat sepert
Mungkin mata ku tidak akan bisa melihat mereka kembali.Tetapi, aku akan selalu menghormati keberadaan mereka.Mungkin tak dapat dilihat oleh mata, tetapi bisa di mengerti melalui Sang Pencipta.* * *Aku menelepon kakek dan menceritakan perihal mimpi itu. Tentang sosok yang kutemui, taman itu, dan dua gerbang dunia di sana yang berbeda. Air yang aku minum dan juga kulihat. Lalu kakek bilang aku sangat beruntung. Ada makna dalam mimpi tersebut, satu mengenai bagaimana caraku menggunakan kemampuan melihat makhluk itu. Kedua mengenai bagaimana selama ini aku membantu dengan kemampuan itu, dan yang ketiga adalah apa yang terjadi jika aku menggunakannya dengan tidak bijaksana. Juga, mengenai balasan apa yang akan diterima jika perbuatan kita baik atau buruk.Namun kakek mengingatkan bahwa, semua kembali pada cara ku memperlakukan kehidupan.Surya telah mengatakannya pada Enah dan Bapak. Aku mengantarkann
Aku tidak yakin. Tentang semua hal saat ini.* * *Setelah obrolan dengan Suryakanta, Nayanika duduk di gazebo halaman belakang di subuh hari. Ngeri betul kalau ada yang melihat gadis itu sendirian. Mereka pasti akan mengatakan ada penampakan kuntilanak. Walau sebenarnya memang ada sih di pohon besar sana. Di salah satu halaman tetanggangganya.Naya sudah kenal dengan sosok wanita itu. Tetapi berkat perlindungan kakek, dia tidak bisa masuk ke sini. Makanya sesekali Naya yang mengunjunginya. Hanya saja subuh ini mereka hanya saling menyapa lewat semilir angin."Aku gak mau canggum lagi di kantor, jadi. Malam ini aku mau ngomong sama kamu Nay!""Bentar. Ngomong apaan?""Tentang ucapan kakek atau Kak Aiza." Hening sejenak, "..walau tanpa restu mereka pun. Aku akan mengatakannya sama kamu Nay. Aku jatuh suka! Jauh sebelum ini. Saat kita masih di
Jika kakak tanyakan 'apa aku baik-baik saja?'Sebenarnya aku takut. Tetapi..Selama kalian bersama ku. Sesulit apapub itu, aku akan baik-baik saja.* * *Aku terkejut, tak berani menatap matanya ataupun melihat wajahnya. Kak Aiza mengatakan hal itu, seolah selama ini dia adalah beban untukku. Padahal, akulah yang menjadi bebannya selama ini.Sejak ia bisa melihat mereka. Sedetik pun, dia tak pernah absen mencemaskan keadaan ku. Bahkan di saat untuk pertama kalinya. Kami bisa berbagi cerita dan rahasia mengenai mereka. Kak Aiza harus bergelut dengan rasa takutnya sendiri.Benar. Aku tau Ka Aiza harus menutup indra ke enamnya karena ketakutan Enah. Bahkan ketika dia harus memilikinya kembali. Hal yang paling ia cemaskan adalah perasaan Enah. Bahkan aku juga yakin, saat ini kakak juga pasti memikirkan. 'Apa Enah akan mengetahui cerita ini. Sekali lagi?'.Aku tidak tau, bagaimana car
Sekali lagi. Ini terjadi, tetapi aku juga bertanya mengenai hal yang sama."Apa aku benar-benar telah kehilangan kemampuan itu?"* * *Jika dulu kemampuan itu membawa perpecahan diantara keluarga. Dan memilikinya kembali, juga menyatukan keluarga ini. Lalu kenapa aku merasa, justru ada yang hilang dan kehilangan arah ketika tak memilikinya?Bukankah dulu ketakutan terbesar karena memiliki kemampuan itu. Tetapi karena hal itu juga, aku bisa menolong banyak orang. Tidak. Bukan berarti aku kecewa pada keputusan ini atau.. mengapa harus sekarang kemampuan itu menghilang. Apakah kemampuan itu tidak akan kembali lagi, bahkan untuk selamanya kali ini? Bagaimana dengan Nayanika, adikku itu. Kenapa dia tidak berkata apapun jika memang benar dia sudah mengetahuinya.Tiga bocah itu! Apa mereka ada di sini. Di rumah ini? Aiza tiba-tiba bangkit dari rebahannya, lalu mengamati seisi ruangan televisi. Ia mengambil tongkat
Bolehkah, seseorang membagi tubuh dan jiwanya? Aku juga tidak mengerti menjawab perihal ini. Terlebih, setelah dunia itu tertutup kembali untukku. * * * Seva masih di sini. Dia tidak lekas menjawab perkataanku, yang tentu saja membuat rasa penasaran bertambah.Apa Niskala memang ada dengan meraka? Apa jiwa Niskala tidak tenang? Atau Seva hanya mempermainkannya saja, setelah mengetahui kebenaran dari nya? Aiza tidak yakin wanita di depannya benar-benar Niskala. Bukan kah Seva tidak bisa melihat mereka juga. Lalu, mengapa dia mengatakan hal itu? Apa Shin yang menyuruhnya untuk berakting. "Sepertinya, kau benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi tenang saja hahaha, aku hanya bercanda Aiza!" seva tertawa di depannya, tapi aiza tidak tahu apa itu memang layak untuk ditertawakan. "Hah.. kau tidak suka rupanya, maaf. Tapi.. ya aku berharap kakak ku, Niskala. Memang masih berada di dunia ini." Ekspresi ga
Biarkan kebenaran yang berbicara, biarkan takdir menemukan jalannya.* * *Seperti yang Aiza katakan tempo hari, dokter mengatakan bahwa sore ini Aiza sudah dapat pulang. Masalah benturan di kepalanya tidak parah, kalaupun terasa pusing itu karena ia baru saja menjalani perawatan dan kondisi darahnya belum stabil. Tangan dan kakinya yang terluka juga sudah sembuh, bersyukurlah retakan kecil di kaki kirinya tidak parah dan gips telah membantu tulangnya untuk menempel kembali dengan sempurna. Selebihnya hanya resep dokter dan menjaga pola makan agar pasien bisa lekas sembuh serta beraktivitas seperti sebelumnya.Sampai saat ia pulang dan dijemput seperti janji sobatnya itu. Aiza masih belum menyadari sesuatu, bahkan ketika Naya bereaksi memegang lengan baju Aiza dengan erat. Lelaki jangkung itu malah berkata bahwa Naya seperti bocah yang takut hilang. Karena hal itu Naya melepaskan lengan baju Aiza dengan marah, dan memilih masuk mobil
Apa ceritanya akan kembali seperti dulu?Apa semua akan baik-baik saja?* * *"Kau tidak perlu cemas. Untuk saat ini, lebih baik begini. Kaka mu tidak perlu tau bahwa ia tidak bisa melihat makhlul-makhluk itu lagi. Mungkin dengan begini kesembuhannya akan lebih cepat."Naya melamun di depan layar laptop yang kini telah padam. Pikirannya sedang tidak berada di tempat rupannya, bahkan ketika Enah datang untuk menebus obat dan kembali, ia menyaksikan anak gadis nya melamun dengan pandangan kosong ke arah layar laptop yang mati. Wanita lima puluh tahunan berkerudung pich itu melirik Aiza yang juga sejak tadi mengamati adiknya. Kakaknya itu sudah memerhatikan tingkah adiknya sejak lima belas menit yang lalu. Bahkan ketika Enah datang dan melirik dengan pandangan bertanya padanya."Kenapa adik mu?"Begitulah makna tatapan matanya. Aiza menjawab dengan mengangkat kedua pundaknya jawaban tida
Aku mempercayainya lalu aku mengikutinya, karena aku meyakininya. * * * Seperti yang sosok itu katakan, aku tidak ragu untuk menutup mataku dan melangkah terus kedepan. Tidak peduli apa nanti akan tersesat atau tidak, dia bilang 'percayalah pada apa yang engkau yakini'. Lalu aku merasa walau mata tertutup, jalan itu membentang luas dipenglihatanku. Seolah sesuatu menarik dari arah depan sana, agar terus melangkah tanpa ragu. Lalu sayup-sayup suara doa-doa menggema, makin lama semakin terdengar jelas. Lagi-lagi seperti katanya, suara yang aku kenal dan kurindukan. Enah mengaji dan berdoa memanggil namaku berulang kali, hingga cahaya itu yang teramat menyilaukan membuat mata terbuka dan kulihat langit pucat ciri khas rumah sakit. "MasyaAllah! Alhamdulillah...Aiza! Aiza, ini Enah Za.MasyaAllah,bapak! Aiza bangun Pak!" Lalu suara bapak dan Naya juga terdengar, dan begitulah sampai akhirnya aku bena