Tak banyak orang yang memiliki kemampuan seperti kami, tapi tak sedikit orang juga yang kadang menyalah gunakan kekuatannya untuk hal tak baik.
* * *
Gadis di hadapanku mengatakan aku mengganggunya, bahkan ia pun mengetahui apa yang dilakukan Naya di rumah Eiliyah sana. Ia masih membacakan sesuatu dibibirnya, rupanya gadis itu juga sambil mengontrol hingga ke rumah Eiliyah sana. Namun Aiza juga tidak bisa menganggapnya hanya gadis SMA biasa, buktinya wajah gadis itu berubah menjadi bukan wajah yang baru saja tersenyum pada Wira sobatnya.
"Hentikan! Kalau tidak, kau sendiri yang akan kewalahan." Aiza masih menenangkan diri, sebelum ia menyadari sosok tinggi besar dengan mata merah itu nampaknya marah padanya.
"Bukankah kau yang sedang merasa ketakutan, Aiza?" Gadis itu bahkan tidak formal menyebut namanya dengan sopan.
"Hm, ketakutan? Ya, mungkin sedikit. Kalau saja gadis kecil sepertimu tidak
Ketika dunia itu menarik mereka, raga dan jiwa harus berpisah.Orang pikir mungkin ini keajaiban yang luar biasa, tapi bagi mereka antara hidup dan mati yang harus selalu mereka rasakan berulang-ulang.* * *Aiza baru selesai mandi ketika Naya baru saja sampai di depan pintu rumah mereka, sadar adiknya sedang kelelahan si jangkung menyarankan gadis itu untuk mandi terlebih dahulu. Sementara matanya sudah memicing lelah sendiri, hantu mana lagi yang penasaran mengintip di ujung jalan sana.Ia memasak air lalu membuat coklat hangat untuk mereka, Aiza duduk di sofa sambil menonton acara sore seadanya begitu Naya selesai mandi. Sambil sesekali memainkan gawai, membalas pesan atau melihat-lihat sosial media yang isinya hanya beberapa hiburan dunia."Coklat siapa?""Minum aja, duduk sini.""Hah... capek.""Gimana tadi di sana?" Mata Aiza masih juga me
Mengapa sesuatu yang berbeda selalu menjadi perdebatan di dunia ini?Karena manusia butuh alasan untuk melakukan sesuatu, agar mereka bergerak; berpikir; dan menjadi sesuatu yang diperhitungkan.* * *Seperti baru kemarin semua melintas dalam bayangan, lalu menjadi nyata dan menyerang dari segala arah. Kalau ada yang bilang 'semua baik-baik saja?'. Aku ingin bilang dengan tegas, "TIDAK!"Byurrr!"Si Naya ini harus dirukiyah!" Jerit seorang gadis hiteris, setelah ia menyiram tubuh gadis bernama Nayanika itu dengan sengaja di kamar mandi putri. Melihat hal tersebut seorang santri putri lekas berlari menuju seorang santri putri senior dan menceritakan apa yang baru saja terjadi, tidak tinggal diam mereka lekas menuju tempat kejadian. Sementara si gadis yang menyiram Naya malah menangis, dia masih juga mengatakan hal-hal yang membuat orang-orang jadi merasa risih."Apa maksud kamu, hah! Das
Bertahan atau tinggalkan.Cinta hanya memiliki dua pilihan, tidak lebih dan tidak kurang.* * *Seperti penyihir yang kehilangan sihirnya, kini giliran Wira dan Eiliyah yang menyelesaikan permasalahan mereka. Tidak ada waktu yang sia-sia untuk memahami dua hati yang masih mencinta, namun ego siapa yang membatasi pertemuan dua aliran perasaan ini. Mereka duduk berdua di sebuah cafe, saling berhadapan dengan dua cangkir kopi hitam pekat yang masing mengepul di mana senja mulai mengintip membuat siluet jingga di langit dengan samar.Eiliyah mengangkat cangkirnya mencoba melepaskan ketegangan dengan meminum isinya sedikit demi sedikit, sementara Wira duduk bersender memainkan jari jemari panjangnya canggum. Namun ia mencoba menjadi pria yang bertanggung jawab, kesadaran bahwa tak cukup bersabar dan sadar diri tentang masalah yang sebenarnya terjadi. Bukan hanya karena masalah hantu yang mengganggu kehidupan mereka, atau pihak ketig
Kau percaya banyak yang bilang kalau, setiap dari manusia memiliki tujuh pasang wajah yang hampir sama persis dengan kita.Apa kau percaya?* * *Aiza tertegun di depan pintu menyaksikan seseorang yang datang ke rumahnya bersama Naya, seorang pemuda dengan rambut pendek cepak. Tidak bukan karena pemuda itu sangat tampan, apa lagi Aiza yang terdistraksi tiba-tiba belok. Tidak, bukan itu. Tapi wajah pemuda yang dinyatakan Naya sebagai teman sekantornya itu, memiliki wajah yang hampir mirip dengan..."Taklif!" Spontan Aiza mengatakan nama almarhum sobatnya itu, sedangkan dua orang yang masih terdiam di depan pintu membuka sepatu terlihat bingung."Ngomong apa sih Kak Za?" Naya masih berusaha melepas sepatunya yang diikat terlalu kencang, sementara pemuda di belakangnya kikuk dan canggum karena mata Aiza tak juga teralihkan darinya. Akhirnya pemuda canggum itu memperkenalkan diri sebagai Suryakanta, rekan
Dendam adalah perasaan yang paling merugikan, sekaligus paling menyusahkan!* * *Naya dan Aiza harus berurusan dengan makhluk-makhluk itu kembali, sosok-sosok hitam gelap; tinggi; berbulu lebat; besar; bermata merah; dan memiliki aura mengerikan. Hingga bulu kuduk mereka berdiri meremang, napas tercekat sesak, energi terkuras banyak. Sampai-sampai Gahara diminta turun tangan membantu mereka, lelaki berkacamata yang telah menikah itu tentu langsung menemui kedua adiknya.Sesuai dugaan Gahara Naya dan Aiza sudah benar-benar kewalahan, beruntunglah Gahara membawa serta Intan berkunjung ke rumah mereka. Kedua adik mereka itu sudah kewalahan rupanya, Gahara lekas membersihkan lingkungan mereka dari hantu-hantu jahil itu yang memang susah sekali diusir. Bahkan lelaki dengan potongan rambut cepak itu, mau tidak mau meminta bantuan para leluhur untuk mengusir mereka. Hingga muncul satu sosok terkuat yang justru balik melawan Gahara, ta
Kau yang selalu diantaranya, menjadi sorotan mata-mata yang tak terlihat namun selalu berusaha untuk baik-baik saja.Begitulah hati mu terasa sulit untuk menerima, bahwa ada seseorang yang diam-diam juga menyimpan hati untuk mu.* * *Perundungan Naya terus berlanjut secara diam-diam, tak ada yang berani mengatakannya pada pengurus. Lagi pula Naya menjadi terbiasa, entah itu karena hantu ataupun manusia itu sendiri. Namun Naya tak pernah bisa menyangka, ada hal lain yang akan mengusik perasaanya yang perlahan menjadi kebas. Anak lelaki yang tiba-tiba muncul di hadapannya, seorang santri seusianya yang beberapa kali melihatnya baik tengah dalam keadaan suka maupun duka.Tepat hari itu setelah perayaan hari santri, bocah lelaki itu menghadangnya tak tau malu. Mungkin untuk sebaian orang menganggap bocah itu terlalu berani, melawan aturan peantren tapi ada yang ingin sekali ia tanyakan. Bukan hal yang sudah jelas banyak orang tau
Tak pernah ada yang tahu, bagaimana sesuatu bisa terjadi begitu cepat.Apa memang ini kehendak semesta, atau manusia dan dunia lain yang saling bersepakat.* * *Wira mengajak Aiza pergi ke lorong belakang labolatorium, tempat biasanya Aiza menghabiskan waktu mengobrol dengan makhluk aneh di sana. Sepertinya si kuncir itu tidak perlu menjelaskan apa yang baru-baru ini ia lihat, atau entah mengapa setiap datang kemari tengkuknya terasa meremang. Hingga dia rasa bisa melihat mereka kalau semakin memfokuskan padanya, tapi tidak maksud lelaki itu ingin menemui Aiza secara rahasia bukan membahas mengenai ketakutannya sekarang. Melainkan karena kejadian beberapa waktu lalu, setelah Aiza meneleponnya juga Eiliyah."Lu bilang, orang yang coba ngusik kita berdua itu adalah orang deket gua kan. Gua tau siapa sekarang walau pun lu gak ngomong, Za." Wira memantik roko blue mildnya, mengepulkan asap yang sedkit beraroma mint ke udara.
Apa yang paling di inginkan orang mati? Melakukan apa yang pernah mereka kerjakan selama hidup. * * * Aiza tidak ingin keluar rumah, namun Naya memaksa kakaknya untuk bergerak. Walau mereka sama-sama tau ketika menginjakkan kaki di luar rumah ini, akan banyak makhluk yang mencoba berinteraksi dengan mereka. Walau Mas Gahara sudah mengajari mereka cara menahan diri, untuk tidak membiarkan mereka bisa masuk sembarangan. Naya sudah menghubungi Surya, sengaja sekalian survei juga katanya. Pemuda itu masuk menyapa Aiza yang masih juga enggan bangun dari sofa, walau ditarik paksa Naya berulang kali. Si jangkung itu bilang dia terlalu malas untuk berhadapan dengan makhluk-makhluk itu saat ini, tidak ada hal baik juga yang harus ia kejar di luar sana. Jadi untuk apa ia pergi, maunya begitu. Tapi Surya mengatakan bahwa mereka akan menyaksikan film perdana Spaiderman: No Way Home, angkat senjata untuk Aiza ia bergegas bangun dan ma