Aku tidak menyangka akan separah ini, bahkan hubungan ini belum genap satu bulan.
* * *
"Lu gila!" Aiza menggebrag meja kantin, untung saja tempat itu belum diisi anak-anak karena mereka duduk di sana pada jam pelajaran kosong pagi hari. "Lu harusnya bisa tahan emosi, Ra!"
"Lu yakin, di saat seperti itu lu bisa tahan emosi?"
"Haa, itu yang di inginkan setan buat hubungan kalian!"
"Entah itu emang karena setan, atau Eiliyah sendiri yang memang gak bisa berubah Za!"
Fuc*! Aiza ingin mengumpat rasanya, sobatnya ini memang keras kepala dan juga sembrono. Padahal dia sudah bilang untuk sedikit bersabar soal ini, aura di sekitarnya berubah menyebalkan.
"Gua datang karena lu bilang, sering diganggu hantu. Persis kata Naya, ini semua karena ada murid lu yang gak suka sama hubungan kalian."
"Oh bulshit! Gua gak peduli sekarang, apa ini kare
Ketika dua dunia ini bertabrakan, ada sebuah jalan yang terbuka, dan itu sungguh sangat tidak baik adanya.* * *Tepat setelah mereka pulang dari liburan di rumah kakek, Naya lekas menghubungi Eiliyah kembali. Walau sebelumnya mereka sempat bertukar pesan, dan menanyakan keadaan masing-masing. Naya sudah berusaha sebisanya dari rumah kakek, untuk memproteksi Eiliyah karena gadis itu sadar bahwa yang mendatangi rumah Eiliyah bukan makhluk sembarangan.Kakek juga sepertinya sadar dengan gerak gerik dan perilaku Nayanika, yang nampak sering kelelahan. Beliau bahkan menyuruh gadis itu untuk lebih memperbanyak zikir, dan memperhatikan keadaan sekitarnya."Jangan terlalu mengikutinya Naya.. kau harus memperkuat iman mu kembali." Pesan kakeknya sebelum ia pergi, sebelumnya Kak Gahara juga sudah mewanti-wanti. Kalau ia melakukan sesuatu, jangan sampai ia melakukannya sendiri, setidaknya Aiza bisa membantu dan melindunginy
Tak banyak orang yang memiliki kemampuan seperti kami, tapi tak sedikit orang juga yang kadang menyalah gunakan kekuatannya untuk hal tak baik.* * *Gadis di hadapanku mengatakan aku mengganggunya, bahkan ia pun mengetahui apa yang dilakukan Naya di rumah Eiliyah sana. Ia masih membacakan sesuatu dibibirnya, rupanya gadis itu juga sambil mengontrol hingga ke rumah Eiliyah sana. Namun Aiza juga tidak bisa menganggapnya hanya gadis SMA biasa, buktinya wajah gadis itu berubah menjadi bukan wajah yang baru saja tersenyum pada Wira sobatnya."Hentikan! Kalau tidak, kau sendiri yang akan kewalahan." Aiza masih menenangkan diri, sebelum ia menyadari sosok tinggi besar dengan mata merah itu nampaknya marah padanya."Bukankah kau yang sedang merasa ketakutan, Aiza?" Gadis itu bahkan tidak formal menyebut namanya dengan sopan."Hm, ketakutan? Ya, mungkin sedikit. Kalau saja gadis kecil sepertimu tidak
Ketika dunia itu menarik mereka, raga dan jiwa harus berpisah.Orang pikir mungkin ini keajaiban yang luar biasa, tapi bagi mereka antara hidup dan mati yang harus selalu mereka rasakan berulang-ulang.* * *Aiza baru selesai mandi ketika Naya baru saja sampai di depan pintu rumah mereka, sadar adiknya sedang kelelahan si jangkung menyarankan gadis itu untuk mandi terlebih dahulu. Sementara matanya sudah memicing lelah sendiri, hantu mana lagi yang penasaran mengintip di ujung jalan sana.Ia memasak air lalu membuat coklat hangat untuk mereka, Aiza duduk di sofa sambil menonton acara sore seadanya begitu Naya selesai mandi. Sambil sesekali memainkan gawai, membalas pesan atau melihat-lihat sosial media yang isinya hanya beberapa hiburan dunia."Coklat siapa?""Minum aja, duduk sini.""Hah... capek.""Gimana tadi di sana?" Mata Aiza masih juga me
Mengapa sesuatu yang berbeda selalu menjadi perdebatan di dunia ini?Karena manusia butuh alasan untuk melakukan sesuatu, agar mereka bergerak; berpikir; dan menjadi sesuatu yang diperhitungkan.* * *Seperti baru kemarin semua melintas dalam bayangan, lalu menjadi nyata dan menyerang dari segala arah. Kalau ada yang bilang 'semua baik-baik saja?'. Aku ingin bilang dengan tegas, "TIDAK!"Byurrr!"Si Naya ini harus dirukiyah!" Jerit seorang gadis hiteris, setelah ia menyiram tubuh gadis bernama Nayanika itu dengan sengaja di kamar mandi putri. Melihat hal tersebut seorang santri putri lekas berlari menuju seorang santri putri senior dan menceritakan apa yang baru saja terjadi, tidak tinggal diam mereka lekas menuju tempat kejadian. Sementara si gadis yang menyiram Naya malah menangis, dia masih juga mengatakan hal-hal yang membuat orang-orang jadi merasa risih."Apa maksud kamu, hah! Das
Bertahan atau tinggalkan.Cinta hanya memiliki dua pilihan, tidak lebih dan tidak kurang.* * *Seperti penyihir yang kehilangan sihirnya, kini giliran Wira dan Eiliyah yang menyelesaikan permasalahan mereka. Tidak ada waktu yang sia-sia untuk memahami dua hati yang masih mencinta, namun ego siapa yang membatasi pertemuan dua aliran perasaan ini. Mereka duduk berdua di sebuah cafe, saling berhadapan dengan dua cangkir kopi hitam pekat yang masing mengepul di mana senja mulai mengintip membuat siluet jingga di langit dengan samar.Eiliyah mengangkat cangkirnya mencoba melepaskan ketegangan dengan meminum isinya sedikit demi sedikit, sementara Wira duduk bersender memainkan jari jemari panjangnya canggum. Namun ia mencoba menjadi pria yang bertanggung jawab, kesadaran bahwa tak cukup bersabar dan sadar diri tentang masalah yang sebenarnya terjadi. Bukan hanya karena masalah hantu yang mengganggu kehidupan mereka, atau pihak ketig
Kau percaya banyak yang bilang kalau, setiap dari manusia memiliki tujuh pasang wajah yang hampir sama persis dengan kita.Apa kau percaya?* * *Aiza tertegun di depan pintu menyaksikan seseorang yang datang ke rumahnya bersama Naya, seorang pemuda dengan rambut pendek cepak. Tidak bukan karena pemuda itu sangat tampan, apa lagi Aiza yang terdistraksi tiba-tiba belok. Tidak, bukan itu. Tapi wajah pemuda yang dinyatakan Naya sebagai teman sekantornya itu, memiliki wajah yang hampir mirip dengan..."Taklif!" Spontan Aiza mengatakan nama almarhum sobatnya itu, sedangkan dua orang yang masih terdiam di depan pintu membuka sepatu terlihat bingung."Ngomong apa sih Kak Za?" Naya masih berusaha melepas sepatunya yang diikat terlalu kencang, sementara pemuda di belakangnya kikuk dan canggum karena mata Aiza tak juga teralihkan darinya. Akhirnya pemuda canggum itu memperkenalkan diri sebagai Suryakanta, rekan
Dendam adalah perasaan yang paling merugikan, sekaligus paling menyusahkan!* * *Naya dan Aiza harus berurusan dengan makhluk-makhluk itu kembali, sosok-sosok hitam gelap; tinggi; berbulu lebat; besar; bermata merah; dan memiliki aura mengerikan. Hingga bulu kuduk mereka berdiri meremang, napas tercekat sesak, energi terkuras banyak. Sampai-sampai Gahara diminta turun tangan membantu mereka, lelaki berkacamata yang telah menikah itu tentu langsung menemui kedua adiknya.Sesuai dugaan Gahara Naya dan Aiza sudah benar-benar kewalahan, beruntunglah Gahara membawa serta Intan berkunjung ke rumah mereka. Kedua adik mereka itu sudah kewalahan rupanya, Gahara lekas membersihkan lingkungan mereka dari hantu-hantu jahil itu yang memang susah sekali diusir. Bahkan lelaki dengan potongan rambut cepak itu, mau tidak mau meminta bantuan para leluhur untuk mengusir mereka. Hingga muncul satu sosok terkuat yang justru balik melawan Gahara, ta
Kau yang selalu diantaranya, menjadi sorotan mata-mata yang tak terlihat namun selalu berusaha untuk baik-baik saja.Begitulah hati mu terasa sulit untuk menerima, bahwa ada seseorang yang diam-diam juga menyimpan hati untuk mu.* * *Perundungan Naya terus berlanjut secara diam-diam, tak ada yang berani mengatakannya pada pengurus. Lagi pula Naya menjadi terbiasa, entah itu karena hantu ataupun manusia itu sendiri. Namun Naya tak pernah bisa menyangka, ada hal lain yang akan mengusik perasaanya yang perlahan menjadi kebas. Anak lelaki yang tiba-tiba muncul di hadapannya, seorang santri seusianya yang beberapa kali melihatnya baik tengah dalam keadaan suka maupun duka.Tepat hari itu setelah perayaan hari santri, bocah lelaki itu menghadangnya tak tau malu. Mungkin untuk sebaian orang menganggap bocah itu terlalu berani, melawan aturan peantren tapi ada yang ingin sekali ia tanyakan. Bukan hal yang sudah jelas banyak orang tau
Tak ada yang tau bagaimana jalan cerita ini. Cerita hidupku, dan masa depanku. Maka dari itu aku butuh seseorang meyakinkan ku. Bahwa semua ini bisa kami jalani bersama. * * * Satu malam sebelum hari pernikahan tiba esok. Naya memilih duduk di kursi santai yang tepat menghadap kolam renang hotel. Tempat di mana acara pernikahan mereka akan dilaksanakan. Mungkin menakutkan ya memang, apa lagi pandangan mata Naya tidak sama seperti yang lainnya. Namun kali ini, dia merasa akan baik-baik saja. Salah satunya karena Aiza duduk di sampingnya. Malam itu langit bertabur bintang, cerah seperti yang mereka inginkan. Kedua kakak beradik ini akan terpisah jarak dan waktu. Tetapi bagi keduanya, tidak ada penyesalan yang harus mereka sesali. Sementara Nayanika menatap bintang, Aiza menunggu apa yang ingin adiknya itu sampaikan. Lelaki jangkung itu sedikit bingung. Untuk apa Naya memanggilnya tiba-tiba. Apa lagi di tempat sepert
Mungkin mata ku tidak akan bisa melihat mereka kembali.Tetapi, aku akan selalu menghormati keberadaan mereka.Mungkin tak dapat dilihat oleh mata, tetapi bisa di mengerti melalui Sang Pencipta.* * *Aku menelepon kakek dan menceritakan perihal mimpi itu. Tentang sosok yang kutemui, taman itu, dan dua gerbang dunia di sana yang berbeda. Air yang aku minum dan juga kulihat. Lalu kakek bilang aku sangat beruntung. Ada makna dalam mimpi tersebut, satu mengenai bagaimana caraku menggunakan kemampuan melihat makhluk itu. Kedua mengenai bagaimana selama ini aku membantu dengan kemampuan itu, dan yang ketiga adalah apa yang terjadi jika aku menggunakannya dengan tidak bijaksana. Juga, mengenai balasan apa yang akan diterima jika perbuatan kita baik atau buruk.Namun kakek mengingatkan bahwa, semua kembali pada cara ku memperlakukan kehidupan.Surya telah mengatakannya pada Enah dan Bapak. Aku mengantarkann
Aku tidak yakin. Tentang semua hal saat ini.* * *Setelah obrolan dengan Suryakanta, Nayanika duduk di gazebo halaman belakang di subuh hari. Ngeri betul kalau ada yang melihat gadis itu sendirian. Mereka pasti akan mengatakan ada penampakan kuntilanak. Walau sebenarnya memang ada sih di pohon besar sana. Di salah satu halaman tetanggangganya.Naya sudah kenal dengan sosok wanita itu. Tetapi berkat perlindungan kakek, dia tidak bisa masuk ke sini. Makanya sesekali Naya yang mengunjunginya. Hanya saja subuh ini mereka hanya saling menyapa lewat semilir angin."Aku gak mau canggum lagi di kantor, jadi. Malam ini aku mau ngomong sama kamu Nay!""Bentar. Ngomong apaan?""Tentang ucapan kakek atau Kak Aiza." Hening sejenak, "..walau tanpa restu mereka pun. Aku akan mengatakannya sama kamu Nay. Aku jatuh suka! Jauh sebelum ini. Saat kita masih di
Jika kakak tanyakan 'apa aku baik-baik saja?'Sebenarnya aku takut. Tetapi..Selama kalian bersama ku. Sesulit apapub itu, aku akan baik-baik saja.* * *Aku terkejut, tak berani menatap matanya ataupun melihat wajahnya. Kak Aiza mengatakan hal itu, seolah selama ini dia adalah beban untukku. Padahal, akulah yang menjadi bebannya selama ini.Sejak ia bisa melihat mereka. Sedetik pun, dia tak pernah absen mencemaskan keadaan ku. Bahkan di saat untuk pertama kalinya. Kami bisa berbagi cerita dan rahasia mengenai mereka. Kak Aiza harus bergelut dengan rasa takutnya sendiri.Benar. Aku tau Ka Aiza harus menutup indra ke enamnya karena ketakutan Enah. Bahkan ketika dia harus memilikinya kembali. Hal yang paling ia cemaskan adalah perasaan Enah. Bahkan aku juga yakin, saat ini kakak juga pasti memikirkan. 'Apa Enah akan mengetahui cerita ini. Sekali lagi?'.Aku tidak tau, bagaimana car
Sekali lagi. Ini terjadi, tetapi aku juga bertanya mengenai hal yang sama."Apa aku benar-benar telah kehilangan kemampuan itu?"* * *Jika dulu kemampuan itu membawa perpecahan diantara keluarga. Dan memilikinya kembali, juga menyatukan keluarga ini. Lalu kenapa aku merasa, justru ada yang hilang dan kehilangan arah ketika tak memilikinya?Bukankah dulu ketakutan terbesar karena memiliki kemampuan itu. Tetapi karena hal itu juga, aku bisa menolong banyak orang. Tidak. Bukan berarti aku kecewa pada keputusan ini atau.. mengapa harus sekarang kemampuan itu menghilang. Apakah kemampuan itu tidak akan kembali lagi, bahkan untuk selamanya kali ini? Bagaimana dengan Nayanika, adikku itu. Kenapa dia tidak berkata apapun jika memang benar dia sudah mengetahuinya.Tiga bocah itu! Apa mereka ada di sini. Di rumah ini? Aiza tiba-tiba bangkit dari rebahannya, lalu mengamati seisi ruangan televisi. Ia mengambil tongkat
Bolehkah, seseorang membagi tubuh dan jiwanya? Aku juga tidak mengerti menjawab perihal ini. Terlebih, setelah dunia itu tertutup kembali untukku. * * * Seva masih di sini. Dia tidak lekas menjawab perkataanku, yang tentu saja membuat rasa penasaran bertambah.Apa Niskala memang ada dengan meraka? Apa jiwa Niskala tidak tenang? Atau Seva hanya mempermainkannya saja, setelah mengetahui kebenaran dari nya? Aiza tidak yakin wanita di depannya benar-benar Niskala. Bukan kah Seva tidak bisa melihat mereka juga. Lalu, mengapa dia mengatakan hal itu? Apa Shin yang menyuruhnya untuk berakting. "Sepertinya, kau benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi tenang saja hahaha, aku hanya bercanda Aiza!" seva tertawa di depannya, tapi aiza tidak tahu apa itu memang layak untuk ditertawakan. "Hah.. kau tidak suka rupanya, maaf. Tapi.. ya aku berharap kakak ku, Niskala. Memang masih berada di dunia ini." Ekspresi ga
Biarkan kebenaran yang berbicara, biarkan takdir menemukan jalannya.* * *Seperti yang Aiza katakan tempo hari, dokter mengatakan bahwa sore ini Aiza sudah dapat pulang. Masalah benturan di kepalanya tidak parah, kalaupun terasa pusing itu karena ia baru saja menjalani perawatan dan kondisi darahnya belum stabil. Tangan dan kakinya yang terluka juga sudah sembuh, bersyukurlah retakan kecil di kaki kirinya tidak parah dan gips telah membantu tulangnya untuk menempel kembali dengan sempurna. Selebihnya hanya resep dokter dan menjaga pola makan agar pasien bisa lekas sembuh serta beraktivitas seperti sebelumnya.Sampai saat ia pulang dan dijemput seperti janji sobatnya itu. Aiza masih belum menyadari sesuatu, bahkan ketika Naya bereaksi memegang lengan baju Aiza dengan erat. Lelaki jangkung itu malah berkata bahwa Naya seperti bocah yang takut hilang. Karena hal itu Naya melepaskan lengan baju Aiza dengan marah, dan memilih masuk mobil
Apa ceritanya akan kembali seperti dulu?Apa semua akan baik-baik saja?* * *"Kau tidak perlu cemas. Untuk saat ini, lebih baik begini. Kaka mu tidak perlu tau bahwa ia tidak bisa melihat makhlul-makhluk itu lagi. Mungkin dengan begini kesembuhannya akan lebih cepat."Naya melamun di depan layar laptop yang kini telah padam. Pikirannya sedang tidak berada di tempat rupannya, bahkan ketika Enah datang untuk menebus obat dan kembali, ia menyaksikan anak gadis nya melamun dengan pandangan kosong ke arah layar laptop yang mati. Wanita lima puluh tahunan berkerudung pich itu melirik Aiza yang juga sejak tadi mengamati adiknya. Kakaknya itu sudah memerhatikan tingkah adiknya sejak lima belas menit yang lalu. Bahkan ketika Enah datang dan melirik dengan pandangan bertanya padanya."Kenapa adik mu?"Begitulah makna tatapan matanya. Aiza menjawab dengan mengangkat kedua pundaknya jawaban tida
Aku mempercayainya lalu aku mengikutinya, karena aku meyakininya. * * * Seperti yang sosok itu katakan, aku tidak ragu untuk menutup mataku dan melangkah terus kedepan. Tidak peduli apa nanti akan tersesat atau tidak, dia bilang 'percayalah pada apa yang engkau yakini'. Lalu aku merasa walau mata tertutup, jalan itu membentang luas dipenglihatanku. Seolah sesuatu menarik dari arah depan sana, agar terus melangkah tanpa ragu. Lalu sayup-sayup suara doa-doa menggema, makin lama semakin terdengar jelas. Lagi-lagi seperti katanya, suara yang aku kenal dan kurindukan. Enah mengaji dan berdoa memanggil namaku berulang kali, hingga cahaya itu yang teramat menyilaukan membuat mata terbuka dan kulihat langit pucat ciri khas rumah sakit. "MasyaAllah! Alhamdulillah...Aiza! Aiza, ini Enah Za.MasyaAllah,bapak! Aiza bangun Pak!" Lalu suara bapak dan Naya juga terdengar, dan begitulah sampai akhirnya aku bena