Kau pikir, dunia mereka dan dunia kita berbeda?
Ya mungkin aku bisa mengatakan itu benar, tapi.. aku juga bisa mengatakan itu salah.
Faktanya, aku bisa kehilangan mereka dan harus menolongnya kembali.
* * *
Malam itu aku tidak tau bahwa Eiliyah diikuti Elmo, karena Naya tak mendapat kabar apapun dari Berend dan Lara. Kedua bocah bule itu bahkan tak datang akhir-akhir ini, jarang sekali mengunjungi rumah kami. Kalaupun mereka datang Lara hanya bilang, "Wati dan Gahara punya anak kecil seusia kami, jadi kami memilih bermain dengan mereka. Papi juga memperbolehkan kami ke sana." Setelah itu mereka menghilang berhari-hari lagi, dan jika datang kembali mereka menceritakan permainan apa yang mereka mainkan dengan anak-anak itu.
Tetapi kali ini berbeda, tiba-tiba Naya bilang di telepon Lara dan Berend hampir menangis dan ketakutan. Aku masih di jalan baru saja membereskan peralatan kamping, dan rupanya aku
Untuk percakapan bahasa nipon terakhir saya minta maaf jika ada pengucapan dan penulisan yang salah. Karena penulis menggunakan aplikasi manual translator.
Bergelut dengan hantu bukan keahliannya, namun mengapa baik dulu dan sekarang. Dunianya selalu bagai black hole yang mampu meyeret dirinya masuk ke dalam banyak pertanyaan yang membuat ia berakhir dengan kata, 'mengagumkan'.* * *Sabtu sore sebelum bubaran kantor, Nayanika bilang dia akan ikut penelusuran dengan saudaranya yang sedang merintis menjadi youtuber. Pemuda tinggi yang sangat suka menggunakan tshirt berwarna navy, jeans hitam dan sepatu basket itu tidak setuju dengab rencana malam minggu Naya. Ia berpikir sebaik apapun gadis itu bisa mengendalikan dirinya menghadapi makhluk-makhluk itu, sejatinya dia tetap perempuan yang seharusnya tidak berhadapan dengan makhluk seperti itu."Gak boleh Nay, aku gak suka ah!" Tolak gua dengan rencana ngaco calon pacar gua ini. Kenapa? Iya masih calon gua masih menghadapi persidangan kakaknya Naya soalnya."Hidih, aku yang mau penelusuran kok kamu yang ribet." Nah kan d
Setiap orang harus menghadapi semua ketakutan dalam diri mereka sendiri.Yang menjadi masalahnya adalah, bagaimana cara menghadapi ketakutan itu?* * *Malam itu setelah Aiza yang mendapat bantuan dari Mas Gahara, juga para sesepuh dan wujud misterius yang membantu mereka. Elmo dan Berend berhasil mereka selamatkan, setelah itu mereka lekas membereskan peralatan dan tak menunda kembali untuk turun dan lekas pulang. Semua keluar gedung, Suryakanta lekas mencari sosoknya. Gadis berkerudung pink sakura yang baru saja ia lihat dari layar monitor. Rupanya ia di dampingi Aiza, semua kembali ke mobil ke zona yang menurut mereka aman. Secepat mungkin yang mereka bsa lekas membersihkan diri, membuang sisa-sisa dari ruangan gedung tadi. Lalu sepakat mengakhiri pengambilan gambar hari ini, cukup sampai sini saja."Naya ikut Kak Za aja, gak papa pengen cepet pulang juga." Usul Naya pada saudara mereka, dan mereka sepakat membiarkan A
Bisakah kau percaya, bahwa kita akan dipertemukan dengan mereka yang satu frekuensi dengan kita.Suka tidak suka, mau tidak mau. Kadang semesta sebercanda itu.* * *Sepertinya si jangkung kali ini tak dapat mengelak lagi, dia bertemu kembali dengan Niskala dan Shin di tempat perbelanjaan. Niskala selalu tampil cantik dan anggun, menggunakan dress bermotif bunga selutut, dengan cardigan pink, dan sepatu canvas putih. Sementara si mata sipit itu tetap dengan model pakaian yang tidak berubah, kemeja dan celana katun hitam yang sedikit longgar, sepatu canvas putih, jam tangan di tangan kiri sambil mendorol stroller belanjaan. Wanita itu melambaikan tangan, menyapa Aiza yang justru timpang sekali dengan kecantikan dan ketampanan mereka berdua. Kaos oversize putih ditutupi zipper hoodie army, celana training hitam, dan sendal jepit. Dia bahkan lupa mencukur kumis dan jenggot pagi ini, visualisasi yang membuat Shin tertawa sembunyi-sembunyi. 
Semesta kita sama, namun tidak ada yang bilang di dunia ini semua sama persis.Jadi mari kita hargai saja, semua bentuk perbedaan itu.Dengan cara paling manusiawi, yang bisa kau lakukan sebagai manusia.* * *Subuh dini hari suara ketukan di jendela kamar terus berulang, masih pukul setengah empat dini hari bahkan azan subuh saja belum berkumandang. Apa ini gangguan makhluk astral lagi?Gakkk!Suara itu terdengar begitu perasaan ragu muncul, lalu kepakan sayap kembali terdengar. Barulah aku sadar itu bukan hantu tapi temanku yang datang, begitu lekas dibuka gagak itu masuk dan mendarat di atas meja kerja. Tetapi ada yang berbeda, jernih mata dan sayapnya tak sama. Aku ingat bagaimana keindahan bulu kawan ku itu, lalu si gagak menatapku lekat. Entah bagaimana aku tahu apa maksud si burung gagak itu datang menemuiku."Apa... saudaramu mati?" Ia mengangguk, sehelai b
Baik di dunia manusia ataupun dunia mereka, jika sesuatu hal tak baik terjadi. Semesta selalu memberi tahu dengan caranya sendiri. * * * Naya menghubungi ketiga temannya itu, namun mereka bertiga rupanya juga ketakutan sehingga enggan untuk datang. Walau setelah mencoba memastikan keadaan di sekitar rumah aman, mereka baru berani bertemu dengan Naya dan Aiza. Mereka bilang setelah kejadian penculikan tempo hari, Papa melarang mereka untuk mengikuti kami. Apa lagi sesuatu sedang terjadi di sekitar kami, mereka merasakan aura yang tidak baik mencoba memasuki rumah ini. Elmo berusaha untuk melindungi Lara dan Berend, ketika Naya dan Aiza tidak ada di rumah, Mereka melihat makhluk-makhluk menakutkan itu seolah ingin masuk ke dalam rumah ini. Namun Papa melindungi mereka dan meminta, untuk tidak dulu berkomunikasi dengan Naya dan Aiza. "Papa bilang itu bukan urusan kami, jadi kami diminta untuk menjauhi kalian terlebih dulu." Berend t
Ada dunia yang tidak akan pernah kita mengerti, selama kita masih menjadi manusia.Namun jangan terperangkap tipu daya mereka, yang mengajak untuk mengikutinya.* * *Aiza dan Naya sampai di rumah Gahara hampir menjelang magrib, mereka di sambut dengan hidangan yang dijanjikan sang kakak ketika di telepon tadi.Lelaki jangkung itu merangkul sang kakak begitu mereka bertemu, dia tersenyum namun Gahara tau Aiza tengah mencoba menahan sesuatu dalam pikirannya. Nayanika juga tidak banyak bicara, mereka berdua kini sangat pendiam. Terakhir kali Naya sangat semangat ketika mengetahui, rumah Gahara berdekatan dengan laut. Sementara Aiza akan mengomel karena panas yang menyengat, tapi sekarang Gahara perhatikan keduanya tak mempermasalahkan apapun.Sampai Gahara iseng bertanya, "gak panas Za?" Tanya Gahara begitu mereka duduk, Mbak Yuni meletakkan minuman dingin untuk menyegarkan. Namun yang dipinta justru air puti
Setiap yang berbeda selalu memberi kesan mendalam, seberani apapun seseorang ada rasa takut yang disembunyikan.* * *Malam itu mereka masih terjaga, padahal Gahara bilang sudah baik-baik saja. Mereka sudah dibersihkan dan keadaan sudah aman, namun kegelisahan masih menyelimuti keduanya."Kalau kalian tidak tidur, besok kita gak bisa pergi ke pantai." Bujuk Gahara berbicara layaknya kepada seorang anak, Aiza hanya berdecak sementara Naya akhirnya tertawa. "Gendi dan Gandi, saja sudah tidur. Dahlah gak usah takut begitu, cepat kalian tidur." Karena sudah malas mendengar bujukan kakak mereka, kakak beradik itu akhirnya menurut.Naya tidur di kamar tamu, sementara Aiza memilih tidur di sofa ruang Teve. Udara panasnya sekarang mengganggu, padahal sejak datang tadi sepertinya dia tidak peduli. Tapi lihat sekarang udara bumi terasa lagi di kulit sawo matang lelaki itu, kalau Naya bilang "tinggal di sini bisa bikin kulit
Kau percaya semua jalan cerita ini, memiliki satu garis yang sama.Masa lalu yang belum tuntas ceritanya, dan berlanjut di masa generasi selanjutnya.* * *Kakek kami memiliki lima anak, yang paling tertua bernama Jenggala dan yang bungsu bernama Zainab, namun semua memanggilnya Enah. Semua hidup dengan akur dan bahagia, terkhusus mereka tahu bahwa hampir semua anggota keluarga memiliki kesamaan yang spesial. Kemampuan indra ke enam, namun Enah tidak memiliki kemampuan itu. Ada rasa bersyukur dan juga sedih bersamaan, ia tidak perlu melihat makhluk-makhluk menakutkan yang selalu di keluhkan saudara-saudaranya. Hingga Enah kecil menjadi anak yang penuh keberanian, dalam dunia yang kadang membuat saudara-saudaranya ketakutan.Mata Enah tidak dapat melihat mereka, itu sebabnya Enah tidak pernah mengeluh ketakutan untuk pergi kemanapun yang ia mau. Dia sangat suka eksplorasi berbagai macam tempat, walau ayah dan ibunya melara