Tentu saja Bening tahu kalau tentara pasti ada masanya harus menjalani satgas. Lima tahun ia berhubungan dengan Wildan, mana mungkin ia tidak tahu sama sekali. Namun, mendengar sendiri bahwa suaminya akan melakukan satgas, rasanya sungguh rumit. Bening bahkan tidak bisa mendeskripsikan dengan jelas
* Siang harinya setelah mandi, Kalingga tiba-tiba mendapatkan panggilan. Bening melihat ekspresi serius Kalingga ketika bicara, juga bahasanya yang formal dan sopan. Bening menerka-nerka kalau itu pasti dari atasan Kalingga. Selesai berbicara, Bening menghampiri Kalingga yang menghela napas panjan
Kalingga sudah bertemu dengan Danyon tadi. Sesuai dengan perkiraannya, komandan meminta untuk masalah ini diselesaikan secara damai saja. Kalingga jelas tidak terima dengan kata damai apapun alasannya. Apa yang sudah dilakukan Wildan sudah berimbas buruk kepada Bening. Enak saja masalah ini selesai
Bening sendiri juga kepikiran. Rasanya baru-baru saja mereka memulai segalanya. Belum lama mereka bersikap selayaknya suami istri yang benar, serta rumah tangga yang baik, tetapi sekarang Kalingga harus pergi satgas dan meninggalkan Bening sendirian. Bening melepaskan lengan Kalingga yang melingka
Kalingga kembali dari toilet dengan tergesa-gesa. Pikiran Bening setelah membaca pesan itu sudah ke mana-mana. Ia ingin bertanya kepada Kalingga mengapa Maya mengirim pesan seperti itu. Namun, begitu Kalingga datang, bunyi tanda keberangkatan kapal telah menggema keras. Artinya, hanya tinggal bebera
“Saya kenal Maya dari kecil, Bening. Saya bisa melihat kalau ada yang berbeda dari anak itu. Dan benar, dia memang mau menjebak saya. Dan soal kenapa saya minta maaf sama kamu malam itu, bukan karena saya sudah melakukan hal hina dengan Maya, tetapi karena saya merasa nggak becus dan kurang maksimal
Bening melotot ganas. Enak saja Maya mau meminta tanggung jawab. Tidak ada kepastian apakah anak yang dikandung Maya itu benar anaknya Kalingga atau bukan. Siapa tahu selama berada di Indonesia, Maya bersama dengan pria lain. Namun meski berusaha berpikir positif seperti itu, Bening tetap saja meras
Berhubung Bu Rita merasa tidak terlalu penting memikirkan soal Damar, jadi ia pun beralih menatap Maya yang masih berdiri di depan pintu depan. “Bude dengar kamu sudah pulang ke Prancis, May? Kok masih di sini?” Maya tersenyum. “Iya, Bude. Rencananya sih gitu, tapi sebelumnya ‘kan Maya kerja di pe
Setelah semua urusan selesai, Langit dan Dahayu akhirnya pulang ke rumah. Karena Dahayu mengendarai mobilnya sendiri, Langit mengikutinya dari belakang dan memastikan wanita itu tidak menghilang dari pengawasannya. Langit langsung menarik Dahayu masuk ke kamar begitu mereka sampai. Dahayu pasrah-p
Sudah dua jam berlalu sejak Langit keluar dari rumah. Dahayu mulai khawatir. Pasalnya, laki-laki itu sama sekali tidak menghubunginya. Pikiran Dahayu mulai tertuju kepada klub malam. Namun, dengan segera dia mengenyahkan kemungkinan itu. “Langit udah berubah. Dia nggak bakalan pergi ke klub malam l
“Ya Allah, beneran, Yu?” Bening sampai tidak percaya mendengarnya. Semua orang di meja makan terlihat tersenyum, terutama ibu Langit yang akhirnya mendapatkan cucu pertamanya. Dahayu malah malu sendiri karena menjadi pusat perhatian. Bening berdiri dari kursinya dan menghampiri Dahayu, memeluk putr
Bibir mereka tidak menempel lama. Karena tiba-tiba Dahayu mendorong Langit dan beringsut menjauh. Wajahnya memerah padam dan jantungnya berdebar tak karuan, tetapi dia justru menolak bertautan dengan Langit. Langit menatap Dahayu dengan kecewa. “Kenapa, Yu? Apa aku salah cium kamu? Aku ‘kan suami k
Buket bunga yang Langit bawa cukup besar. Dahayu sampai kesulitan membawanya dan hampir tidak bisa melihat apa pun. Sementara itu Langit tersenyum kecil melihat Dahayu kewalahan membawa buket itu. Dia mengikuti istrinya memasuki rumah singgah. Ini bukanlah kunjungan pertama Langit ke rumah ini, teta
“Kamu... hamil?” Dahayu mengangguk pelan. Tanpa sadar tangannya berdiam di perutnya sendiri. “Iya, aku hamil. Karena itu, aku mutusin kasih kamu kesempatan. Aku nggak ingin anak ini terlahir tanpa seorang ayah,” ujarnya lirih. Langit menelan ludah, masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Akhirnya, Dahayu berbicara dengan Langit di ruang tunggu rumah sakit. Tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sana sehingga mereka bisa berbicara dengan lebih leluasa. Akan tetapi, kehadiran Sagara di antara pasangan suami-istri itu membuat suasana menjadi tegang. Sagara terus memperhatika
Setelah mengetahui dirinya hamil, Dahayu tidak bisa berhenti menangis. Tangannya gemetaran memegangi testpack yang memperlihatkan dua garis biru. Dahayu bingung apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Haruskan Dahayu menyimpan semua ini sendirian ataukah memberiahukannya pada Langit? “Assalamualaik
Begitu tahu ibunya tak sadarkan diri, Langit langsung melarikan ibunya ke rumah sakit. Langit meminta tolong Bi Ikah untuk memegangi ibunya di bangku penumpang belakang. Kepalanya sedang berkecamuk, tetapi Langit harus bisa fokus pada jalanan di depannya demi menghindari kecelakaan. Mobil mewah Lan