Bab 86"Su-sudah pulang, Pak?"Penjaga sekolah tampak mengangguk untuk membenarkan dugaan Siti."Iya, Bu. Udah pada pulang sekitar 30 menit yang lalu, kok."Lagi, penjelasan penjaga sekolah kembali membuat wanita itu merasa terkejut dan juga bingung.Pikirannya kini terasa campur aduk. Namun Siti dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya agar bisa menepis pikiran aneh yang sempat hinggap."Maaf, Pak. Saya boleh masuk sebentar? Mau ketemu sama guru untuk memastikan, siapa tahu anak saya ada di kantor," pintanya.Awalnya penjaga sekolah tampak ragu. Namun saat melihat kekhawatiran begitu jelas di wajah Siti, pria itu akhirnya menyetujuinya."Iya, boleh. Saya antar sekalian, Bu."Siti mengangguk dengan cepat dan langsung mengikuti langkah penjaga sekolah dari belakang. Walau dia kini tengah merasa khawatir, Siti tetap berusaha untuk tenang dan berpikir positif.Tak berselang lama mereka telah sampai di ruang guru dan penjaga sekolah masuk lebih dulu untuk memanggil wali kelas satu."
Bab 87Sekelebat pikiran aneh mulai muncul di dalam kepala Siti. "A-apa Putri diculik, Sum?"Sumi melotot tak percaya dengan perkataan Siti. Sumi bergegas menepuk pelan pundak Siti dan mencoba untuk menyadarkan wanita itu agar tak terlalu larut dalam imajinasinya sendiri."Istighfar, Mbak Siti! Kamu jangan mikir yang aneh-aneh dulu karena ini semua masih belum pasti," tampiknya."Lalu aku harus gimana, Sum?! Putri nggak tahu ada dimana. Mana mungkin aku bisa sabar!"Rasa khawatir telah membuat wanita lemah lembut itu kini menjadi murka. Berbagai pikiran buruk tentu saja hinggap di dalam kepalanya karena Putri tak meninggalkan jejak apapun. Gadis kecil itu seolah-olah lenyap dan menghilang.Sumi menghela napasnya perlahan. Jika dia berada di posisi Siti, Sumi tentunya pasti akan marah juga."Kalau Mbak nggak berpikir jernih maka kita akan terus kalut dan enggak menemukan solusi apapun," ucapannya terjeda sesaat. Sumi menatap lekat lawan bicaranya yang kini tampak acak-acakan. Bahkan ha
Bab 88Setelah Handi tahu tentang masalah yang tengah terjadi mengenai Putri. Pria itu langsung bergegas untuk pulang agar bisa segera menyelesaikannya. Sebelumnya Handi menyerahkan semua pekerjaan pada sang sekretaris. Satu-satunya hal yang ingin dilakukannya sekarang ialah pulang dan memastikan sendiri dengan mata kepalanya."Handel semua pekerjaan untuk hari ini, Rosa. Saya harus pergi karena ada urusan penting," ujarnya.Rosa mengangguk patuh. "Baik, Pak Handi."Walaupun sebenarnya wanita itu merasa penasaran, Rosa memilih untuk tak menanyakannya. Apalagi Handi terlihat begitu tergesa-gesa. Pria itu berjalan menyusuri koridor kantor dengan langkah cepat. Beberapa karyawan terlihat bingung dengan tingkah atasannya. Namun mereka semua hanya bisa bertanya-tanya karena tidak ada satupun yang berani menanyakannya secara langsung.Mang Tatang tengah menyeruput kopi hitamnya. Pria itu memang cukup akrab dengan sekuriti kantor. Namun saat tengah asyik mengobrol, Tatang melihat sosok sang
Bab 89"Berhenti menangis dan diamlah!"Putri tersentak kaget saat mendapat hardikan dari neneknya. Gadis kecil itu mundur ke belakang saat melihat tatapan tajam yang terus saja menghantuinya. Bukannya berhenti menangis, Putri justru semakin tersedu. Dia ingin pulang, Putri ingin bertemu dengan Siti. Bersama dengan neneknya, Putri justru merasa ketakutan."Nek, Putri mau pulang. Putri pengen ketemu sama Ibu," rengeknya lagi.Tak ada sedikitpun rasa kepedulian yang muncul di dalam hati Retno. Dia justru sibuk memainkan ponsel karena tengah berkirim pesan dengan teman-temannya."Nek, Putri--""Bisa diem nggak, sih?! Berisik banget dari tadi nangis melulu!" Bentakan Retno berhasil membuat gadis kecil itu diam. Namun hanya beberapa detik saja, Putri kembali menangis."Emang kamu itu bocah nakal! Kamu itu bodoh kayak ibumu!"Geram, Retno lantas berdiri dan menarik tangan Putri. Cengkraman tangannya yang kuat berhasil membuat gadis kecil itu meringis kesakitan. Tenaga Retno bahkan tak dik
Bab 90Keadaan Siti kini mulai tenang dan wanita itu tak lagi menangis. Handi menatap letak sosok wanita yang tengah duduk berseberangan dengannya."Apa kamu tahu tempat yang kemungkinan besar didatangi oleh Putri?"Walaupun Putri kini memang tengah hilang dan tak diketahui keberadaannya, gadis kecil itu belum pasti diculik oleh seseorang. Handi pikir mungkin saja gadis kecil itu pergi ke tempat bermain ataupun tempat yang pernah dikunjunginya.Siti menggelengkan kepalanya perlahan. Selama dia bekerja di rumah ini, Putri lebih sering berada di rumah untuk membantunya."Saya nggak tahu, Pak. Rasanya Putri nggak mungkin pergi ke tempat lain jika dia memang sudah berada di sekolah. Saya yakin itu," jelasnya.Handi mengangguk pelan. Perkataan Siti barusan ada benarnya juga.Lalu Putri ada di mana?Handi menopang dagu dengan kedua tangan. Otak pria itu kini tengah berpikir keras untuk mencari tahu tentang keberadaan Putri. Setidaknya gadis kecil itu pasti memberikan sedikit jejak.Pandang
Bab 91Retno melirik ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Mata wanita paruh baya itu kini tampak melotot sejenak karena dia telah lupa waktu sebab terlalu asik bertemu dengan teman-teman arisannya."Aduh, kok udah jam segini aja?" monolognya.Tari, teman sekaligus ketua geng arisan itu melirik ke arah Retno. Kening Tari tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu. "Ada apa, Jeng? Kok kayaknya buru-buru banget, sih?""Ada urusan, Jeng Tari. Nggak bisa lama-lama ngumpul disini," jelas Retno singkat."Lho, kenapa memangnya?"Tari dan beberapa ibu-ibu lainnya juga merasa heran karena Retno memang biasanya akan menghabiskan waktu lebih lama untuk berkumpul.Bahkan Retno juga biasanya akan mentraktir teman-temannya. Aneh rasanya jika wanita itu beralasan ada urusan saat tengah mengadakan pertemuan."Cucu di rumah sendirian, Jeng. Tadi sih lagi tidur, tapi kalau bangun 'kan repot nanti nyariin. Kasihan," kilah Retno. Tentunya Retno tak mungkin mengatakan fakta yang
Bab 92"Kenapa, Ti? Nggak bisa dibuka, ya?"Senyum licik ini tampak merekah dengan sempurna di wajah Retno. Wanita itu tampak menggoyang-goyangkan sebuah kunci menggunakan jari telunjuknya seolah tengah mengejek Siti."Buka pintunya selagi aku masih meminta baik-baik, Bu."Suara Siti terdengar bergetar. Amarahnya benar-benar memuncak."Ibu ... Putri takut, Bu. Putri …"Samar-samar wanita itu mendengar suara putrinya dari kejauhan dan Siti sangat yakin kalau suaranya memang berasal dari dalam rumah."Putri? Put! Ya Allah ..." Ucapan Siti terjeda sesaat dan wanita itu kini menoleh ke arah ibu mertuanya, "Itu suara Putri 'kan? Buka pintu, Bu!" pintanya tak sabar.Handi yang melihat situasi mulai tak terkendali sontak langsung mengambil alih dan berusaha untuk mendobrak pintu karena pria itu sangat yakin kunci tidak akan diberikan oleh Retno.Mata Retno kini tampak membulat dengan sempurna. "Berhenti! Jangan rusak pintu rumahku!"Putri mengerjapkan matanya beberapa kali dan berharap bahwa
Bab 93'Sial! Kenapa semuanya jadi begini?!'Retno merasa sangat cemas. Selama ini dia tak pernah berurusan dengan pihak kepolisian. Wanita itu beralih menatap ke arah barat tetangganya dan berharap agar mereka semua bisa membantu. Namun sayangnya dia harus menelan pil pahit karena para tetangga yang sempat ikut-ikutan itu kini hanya bisa menunduk ketakutan sebab mereka semua tentunya tidak ingin berhubungan dengan pihak kepolisian.Retno mengepalkan tangannya dengan erat. Dia ingin memaki-maki semua orang yang ada di hadapannya.Pandangan Handi kini beralih menatap Siti. Pria itu melepas cengkraman tangannya. Entah mengapa telinganya kini terlihat memerah dengan degup jantung yang terasa tak beraturan. "Ayo, masuk dulu ke mobil."Siti mengangguk perlahan. Amarah wanita itu kini telah lenyap secara perlahan dan berganti dengan kelegaan karena putrinya telah berhasil ditemukan. Walau memang keadaannya terlihat begitu memprihatinkan. Dada Siti rasanya nyeri saat melihat putrinya. Dia i
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili