Bab 247Retno bersiap untuk pergi. Wanita itu tak mungkin terus-menerus membuang waktunya di rumah karena saat ini dia harus segera mencari pembeli rumahnya. Dia tahu dengan jelas bahwa berdiam diri di rumah dan menunggu berita baik dari Eva, hanya akan membuang waktu percuma.Sebelum 6 bulan ke depan berlalu, Retno harus segera berhasil menjual rumah ini secepatnya. Sisa uangnya tak akan lagi bisa dipertahankan.Ketika wanita itu sudah benar-benar siap untuk pergi keluar. Namun tiba-tiba langkahnya dicegat oleh Adi. Pria yang baru saja keluar dari kamar itu tampak mengerutkan keningnya ketika melihat penampilan ibunya yang rapi."Ibu mau pergi kemana?"Tatapan pria itu terlihat begitu penasaran karena ibunya tak mengatakan apapun sebelum pergi.Retno melirik sekilas sambil memicingkan matanya dengan tajam."Nggak usah penasaran. Ibu cuma mau ketemu temen. Siapa tahu bisa kasih pinjaman."Adi menghela napas berat. Sesuai dengan janjinya, malam nanti dia akan pergi dari rumah. Namun se
Bab 248Kepala Adi terasa berdenyut nyeri karena sejak tadi dia tak kunjung menemukan barang-barang berharga milik ibunya.Memang seharusnya dia tak melakukan ini, namun apa daya dia memang tak memiliki uang sebesar pun.Apalagi ibunya tak mau memberikan uang dan Adi tetap harus bertahan hidup di dunia luar sebelum dia berhasil membalaskan dendamnya pada Siti dan Handi."Sialan!"Pada akhirnya kalimat kasar itu keluar agar bisa meluapkan emosinya. Adi tak bisa menunggu lebih banyak waktu lagi. Percuma juga dia mencari barang-barang berharga milik ibunya karena sudah pasti wanita paruh baya itu menyembunyikannya.Merasa tak kunjung mendapatkannya, Adi memilih untuk keluar dari kamar ibunya.Pria itu kembali duduk di sofa sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Sekarang apa yang harus dilakukannya?Bahkan rencananya untuk menjual rumah secara diam-diam tidak berhasil sama sekali. Sertifikat rumahnya bahkan sudah disembunyikan.Sekarang dia benar-benar tak memiliki apapun. Tak mungkin ras
Bab 249Adi terdiam yang sejenak setelah mendengar pertanyaan dari Eva. Dia juga belum tahu pasti tentang rencana selanjutnya karena saat ini dia harus fokus untuk menyembunyikan diri."Kenapa diam aja? Jangan bilang kalau kamu masih belum merencanakan apapun," selidik Eva.Bagaimanapun juga wanita itu semakin merasa tak sabar untuk membalaskan dendamnya pada Siti. Dia juga tak bisa bergerak sendirian karena saat ini tak ada dukungan sedikitpun dari suaminya. Jika Dirga tahu bahwa dia kembali melakukan kesalahan dan menyinggung Siti, pria itu pasti akan kembali marah besar."Kamu bisa diam dulu, nggak? Kepalaku sekarang rasanya sakit."Eva mendengus kesal. Bagaimana bisa diam kembali dan bersabar?Rasanya waktu terus bergulir dan Siti serta keluarga kecilnya semakin bahagia.Eva yang melihat itu semua tentu saja merasa sangat iri. Apalagi keluarga kecil yang baru saja dibentuk itu semakin dikenal oleh khalayak publik sebab Siti telah menjadi seorang penulis terkenal."Enteng banget ka
Bab 250Adi membuka matanya dengan cepat ketika dia merasakan sebuah air baru saja mengguyur wajahnya. Pria itu kini terlihat seperti seekor ikan yang kelabakan karena tiba-tiba berada di daratan.Setelah matanya terbuka dengan sempurna pria itu melihat sosok ibunya yang kini berdiri sambil berkacak pinggang tepat di sisi ranjangnya. Raut wajah wanita paruh baya itu kini dipenuhi dengan kemarahan. Namun pandangan matanya justru beralih menatap cangkir air yang berada di genggaman ibunya."Ibu? Ibu yang guyur Adi?"Rasanya pria paru banyak itu semakin tak percaya dengan perilaku ibunya yang sampai tega mengguyur tubuhnya dengan air."Iya! Kenapa?" Tanpa rasa bersalah sedikitpun wanita paruh banyak itu balik bertanya. Bahkan raut wajahnya terlihat semakin menyebalkan.Adi mengusap wajahnya biang basah dan pria itu segera beranjak untuk duduk di tepi ranjang. Padahal dia baru saja bisa memejamkan matanya setelah semalaman tidur tak nyenyak. Tapi ibunya dengan tega mengguyurnya begitu saj
Bab 251Mata wanita paruh baya itu kini membulat dengan sempurna. Di sisi lain dia merasa takut jika anaknya tahu tentang rencananya."Ma-mana mungkin? Ibu memang menyembunyikan sertifikat rumah itu karena takut kamu akan melakukan sesuatu yang buruk. Ibu benar, kan? Jujur saja, Di. Kamu pasti sempat berpikir untuk tetap menjual rumah ini, bukan?"Adi terdiam tanpa bisa berkata-kata lagi karena semua hal yang dikatakan oleh ibunya itu memang benar.Walaupun begitu setidaknya dia masih memiliki hak untuk tahu dan tak ada salahnya juga untuk menjual rumah daripada harus luntang-lantung di jalanan."Bu, bukankah lebih baik kita jual saja rumah ini dan beli yang lebih kecil? Ibu juga nggak perlu lagi merasa bingung untuk meminjam uang pada orang lain.""Nggak bisa! Rumah ini nggak boleh dijual sampai kapanpun. Kamu nggak usah berpikir yang tidak-tidak dan berharap Ibu benar-benar akan menjualnya, Di."Lagi, penolakan kembali dilontarkan secara langsung oleh Retno dan Adi juga tak bisa mel
Bab 252Dirga menatap kepergian istrinya dengan perasaan bersalah. Tapi kali ini dia juga tak akan mengalah mengingat sikap istrinya yang sudah sangat keterlaluan.Dirga menghela napas perlahan. "Eva, sebenarnya mau sampai kapan kamu akan tetap keras kepala dan menaruh dendam seperti ini?"Ada rasa sakit yang kini perlahan mulai muncul di dalam hati Dirga. Mengingat sikap istrinya yang kini semakin pendendam membuatnya menjadi jengah.Pria itu tak pernah memberikan batasan pada istrinya. Dia selalu memberikan apapun yang diinginkan oleh Eva. Tapi untuk masalah dendam dan juga sikap yang sudah keterlaluan, Dirga juga tak bisa diam saja."Aku harap kamu bisa segera berubah sebelum semuanya terlambat."*15 menit kemudian, Eva telah sampai di salah satu tempat yang memang biasa dia gunakan untuk bertemu dengan Adi.Suasana malam ini cukup sepi dan wanita itu memilih untuk tetap berada di dalam mobil sambil mengirimkan pesan pada Adi.Namun sebelum dia berhasil mengirimkan pesan seseorang
Bab 253Tatang memarkirkan mobilnya tepat di halaman majikannya. Tak berselang lama sosok seorang pria tampak turun dari mobil dan berjalan mendekat ke arah pintu rumah.Siti yang sadar bahwa suaminya kini telah kembali langsung bergegas untuk membukakan pintu dan menyambutnya.Dulu, Handi hanya bisa mencuri-curi pandang pada Siti. Tapi sekarang wanita itu berdiri tepat untuk menyambutnya dengan senyuman yang begitu manis."Mas, udah pulang? Gimana kerjaan hari ini? Lancar, kan?"Tanpa basa-basi sedikitpun wanita itu langsung meraih tas kerja suaminya.Handi tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya perlahan."Ada banyak pekerjaan hari ini yang harus diselesaikan. Tapi untungnya semua sudah selesai.""Alhamdulillah kalau gitu. Ya udah, mandi dulu gih, Mas. Aku udah siapin air panas. Abis itu turun buat makan malam, ya?"Handi mengangguk perlahan. Pria itu segera beranjak menaiki tangga menuju kamar untuk membersihkan diri. Sedangkan Siti meminta dua rekan kerjanya untuk segera menyi
Bab 254Tatang mengemudikan mobilnya dengan cepat. Akhirnya kereta besi yang sejak tadi membelah jalanan itu telah sampai di sekitar rumah sakit.Handi bergegas turun sambil membopong Putri. Sedangkan Siti berjalan di belakang suaminya sambil membawa tas yang berisi data diri Putri."Kamu urus persyaratan Putri, biar aku yang bawa dia ke tempat pemeriksaan."Siti melakukan kepalanya dengan cepat dan juga patuh setelah mendapatkan perintah dari sang suami. Meski wanita itu saat ini tengah merasa khawatir dengan keadaan putrinya yang sejak tadi meringis kesakitan, tapi dia juga tak mau membuang waktu sedikitpun.Siti bergegas ke bagian resepsionis dan memberikan semua data-data yang diperlukan.Sedangkan Handi sudah pergi ke ruang gawat darurat. Untungnya para dokter dan juga tim medis segera memeriksa keadaan gadis kecil itu.Hanya perlu waktu sekitar 30 menit hingga akhirnya Siti telah menyelesaikan semua persyaratan serta administrasi. Wanita itu segera kembali dan menemui anak serta