Bab 226Eva menghentikan mobilnya tepat di salah satu tempat yang cukup sepi karena itu permintaan Adi. Wanita itu segera berbalik menatap sosok pria yang duduk tepat di samping kursi kemudinnya."Sekarang jelasin semuanya, Di. Kamu kabur dari penjara?"Adi menganggukkan kepalanya perlahan tanpa rasa bersalah sedikitpun. Pria itu bahkan mengangkat bahunya dengan acuh."Seperti yang kamu lihat, aku kabur kemarin."Mata Eva membulat. Wanita itu tak percaya dengan telinganya sendiri. Tapi keberadaan pria itu di sini sudah bisa membuktikan bahwa perkataannya memang benar. Seseorang yang berada di dalam penjara tak mungkin bisa keluar begitu saja.Eva menghela napas berat. "Kamu udah gila, ya?!""Apanya yang gila? Aku waras karena memilih untuk kabur dari tempat yang pengap dan busuk itu!"Tapi bisa berkata-kata lagi, Eva menghela napas berat. Sekarang wanita itu justru berurusan dengan seorang narapidana yang kabur dari penjara.Rasanya dia benar-benar sial!"Turun."Adi yang tengah menge
Bab 227Pada saat di dalam mobil, Eva bertanya kepada Adi. "Balas dendam seperti apa maksudmu? Sekarang saja statusmu seorang buronan karena kabur dari penjara." "Ya balas dendam dengan menghancurkan hidup dan karir Siti!" Napas pria itu mah gabu-gebu bersamaan dengan emosinya yang semakin memburu, "Apa kamu nggak percaya padaku? Ya memang sekarang aku seorang buronan dan akupun sedang menyamar sekarang. Tapi dengan penyamaran ini aku sangat yakin kita bisa melancarkan aksi untuk membalas dendam jauh lebih mudah." Eva memutar bola matanya dengan malas karena sebenarnya dia tak terlalu percaya pada Adi. "Ya sudah, sekarang apa rencana mu?" Adi menghembuskan nafas dan kembali menjawab pertanyaan dari Eva. "Sekarang yang aku butuhkan hanya uang karena untuk makan dan membeli beberapa pakaian untuk aku gunakan, jadi Eva berikan aku pinjaman uang." Eva menatap Adi sejenak lalu mengambil tas selempang miliknya untuk mengambil beberapa lembar uang dan diberikan uang itu kepada Adi. "Uang
Bab 228Siti menyemprotkan parfum ke beberapa titik bagian tubuhnya. Wanita itu menatap pantulan dirinya di cermin dan mengulas senyum. Jantungnya saat ini berdetak semakin kencang mengingat saat ini merupakan malam pertamanya.Dua hari sebelumnya, Handi memang disibukkan dengan berbagai hal yang membuat pria itu harus terpaku di kantor dan bolak-balik ke kantor polisi.Tapi hari ini pria itu tak memiliki jadwal lainnya.Tak berselang lama terdengar suara pintu diketuk. Siti terbalik dan melihat sosok suaminya kini telah berada tepat di ambang pintu yang baru saja terbuka.Pria itu tampak menarik sudut bibirnya tipis ketika melihat penampilan istrinya yang sangat berbeda dari biasanya. Siti mengenakan sebuah piyama yang terlihat cukup seksi di mata Handi."Mas," panggilnya lirih.Pria itu dengan cepat langsung menutup pintu dan menguncinya. Perlahan dia mendekat ke arah istrinya yang masih duduk tepat di depan meja rias."Kamu … terlihat sangat berbeda."Wajah Siti sedikit merona, mer
Bab 229Siti membuka matanya perlahan ketika suara kokok ayam jantan mulai terdengar masuk ke dalam telinganya. Wanita itu tampak mengerjapkan matanya beberapa kali ketika melihat sosok pria yang kini tengah mendekapnya erat.Tiba-tiba senyuman perlahan mulai muncul di wajahnya. Tangannya perlahan terulur pelan untuk menyentuh wajah Handi.Tapi seketika mata pria itu yang tengah terlelap itu terbuka dengan sepenuhnya. Siti tersentak kaget, tapi dia juga terkekeh pelan.Rasanya seperti mimpi ketika wanita itu mengingat kembali malam spesial yang sempat dihabiskannya bersama dengan sang suami tercinta."Selamat pagi, Istriku."Suara berat pria itu telah menyegarkan telinga Siti. Hati wanita itu perlahan bergetar, rasanya aneh tapi juga menyenangkan.Handi menggeser tubuhnya sejenak dan kembali memeluk erat Siti. Pria itu menghujani sebuah ciuman di kening wanitanya.Siti menggeliat sejenak, "Mas, udah pagi. Ayo kita bangun dulu. Biasanya kamu juga pasti akan pergi untuk jogging, kan?"P
Bab 230Sumi melirik ke arah sosok wanita yang kini menuruni tangga. Senyum perlahan mulai mengembang di wajahnya. "Gimana kemarin malam, Mbak?"Baru saja sampai di lantai bawah, Siti sudah mendapat pertanyaan ambigu dari Sumi. Semua orang tahu kalau wanita itu memang bicara tanpa berpikir. Bahkan untuk menggoda seseorang, dia juga tak keberatan sekalipun."Apa sih, Sum? Nggak ada apa-apa," tukas Siti. Dia memilih untuk berlalu mengambil bahan-bahan untuk memasak sarapan. Sumi terkekeh pelan. "Halah, nggak usah malu-malu, Mbak! Stamina Pak Handi kuat, kan?"Wajah Siti kembali merona. Pertanyaan Sumi telah berhasil membuatnya malu bukan main.Daripada berdebat, Siti memilih untuk mengabaikannya dan pura-pura tak mendengar apapun.Bi Yati yang baru keluar dari kamar itu tampak tersenyum tipis."Kamu itu lho, Sum! Jangan ngeledek orang terus," cicitnya."Nggak ngeledek kok, Bi. Cuma penasaran aja."Obrolan kini berlangsung dengan santai dan juga nyaman. Bahkan tak terasa waktu terlal
Bab 231"Ayah, Putri mau mainan itu!"Jari telunjuk gadis kecil itu mengarah pada sebuah permainan capit berhadiah.Handi tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya perlahan. Tanpa banyak bicara dia langsung mendekat bersama dengan gadis kecilnya menuju ke arah tempat capit berhadiah di Timezone."Kita beli koin dulu, ya? Abis itu baru main."Putri mengangguk pelan. Handi langsung beralih pergi untuk menukar uang dengan koin agar bisa bermain. Sedangkan Siti menemani anaknya untuk menunggu.Ada banyak jenis boneka di dalam mesin capit itu. Warna dan bentuknya sangatlah indah wajar saja bila gadis kecil itu merasa sangat bersemangat. Apalagi Putri selama ini hampir tak memiliki mainan. Bukannya Siti tak membelikan, Putri memang selalu menolak. Jelas gadis kecil itu merasa tak ingin membuat ibunya terbebani. Siti mengelus pelan puncak kepala Putri. "Apa Putri pengen punya boneka?""Iya, Bu. Kadang Selly dan Monica cerita kalau mereka punya boneka. Putri jadi pengen," cicitnya polos.S
Bab 232Leher Eva terasa menegang. Rasanya ada sesuatu yang luar biasa panas kini mulai menjalar ke seluruh tubuhnya secara perlahan."Dasar … cih! Suatu hari nanti kamu pasti akan menyesal karena memperlakukanku seperti ini," desisnya.Siti membuang napasnya. Menyesal?Justru dia akan merasa jauh lebih senang ketika tak lagi berhubungan dengan manusia semacam Eva karena Siti tahu dengan jelas bahwa hubungan mereka tidak akan pernah bisa bersatu lagi.Eva hanya akan terus memperlakukannya seperti benalu dan menyalahkannya atas semua hal yang terjadi."Aku harap kamu yang nggak akan menyesal, Mbak. Ingatlah bahwa karma itu memang ada dan suatu saat nanti kamu bisa saja merasakannya."Eva mengepalkan tangannya dengan erat. Nafasnya kini semakin memburuk naik turun bersama adegan emosi yang semakin menggebu-gebu di dalam hatinya."Ada apa ini?"Handi kembali sambil membawa beberapa koin yang baru saja dia dapatkan setelah menukarkan uang. Pria itu kini terlihat mengerutkan keningnya keti
Bab 233"Nggak perlu repot-repot, aku aja yang bakalan pergi karena melihat kalian membuatku merasa sangat muak."Setelah mengatakan hal itu, Eva langsung berlalu pergi meninggalkan keluarga kecil yang kini dilanda kemarahan dan juga kekecewaan.Siti menundukkan kepalanya perlahan dan berharap agar amalannya bisa diredam. Dia tak ingin terlihat buruk di mata putrinya.Handi yang menyadari hal itu sontak langsung mengelus pelan puncak kepala gadis kecil yang masih memeluk erat tubuhnya."Kalian nggak apa-apa, kan?"Siti menggelengkan kepalanya perlahan sambil mencoba untuk mengulas senyum tipis dan menyembunyikan perasaannya. Bagaimanapun juga dia tak ingin membuat sang suami merasa khawatir atas perdebatan yang sempat terjadi sebelumnya.Siti justru beralih untuk mengecek keadaan putrinya karena gadis kecil itu sejak tadi terus saja bersembunyi sebab merasa ketakutan setelah melihat Eva."Putri nggak apa-apa? Tante Eva udah pergi, kok."Gadis kecil itu memberanikan diri untuk mengangk