Bab 225Selama dua hari belakangan masih belum ada laporan terbaru dari pihak kepolisian mengenai buronan yang tengah kabur saat ini. Siti dan Handi memutuskan untuk kembali ke rumah karena wanita itu juga tak mungkin terus-menerus tinggal di hotel.Keadaan rumah masih saja aman seperti biasanya dan tak ada hal yang perlu ditakutkan sama sekali.Semua orang tampak sibuk karena mereka semua juga harus kembali kegiatannya masing-masing seperti biasa.Kamar Siti saat ini telah berubah. Dia kini pindah ke kamar atas bagian utama yang merupakan ruangan pribadi Handi. Putri pindah juga ke kamar tidur tamu yang telah disulap menjadi ruangan anak-anak.Tak ada kebahagiaan yang jauh lebih besar lagi daripada ini. Siti merasa sangat bersyukur karena telah dipertemukan dengan sesosok pria seperti Handi.Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan menampakkan sosok pria yang sejak tadi mengelilingi pikirin Siti. Handi tampak mengulas senyum tipis dan berjalan mendekat ke arah istrinya yang saat ini telah s
Bab 226Eva menghentikan mobilnya tepat di salah satu tempat yang cukup sepi karena itu permintaan Adi. Wanita itu segera berbalik menatap sosok pria yang duduk tepat di samping kursi kemudinnya."Sekarang jelasin semuanya, Di. Kamu kabur dari penjara?"Adi menganggukkan kepalanya perlahan tanpa rasa bersalah sedikitpun. Pria itu bahkan mengangkat bahunya dengan acuh."Seperti yang kamu lihat, aku kabur kemarin."Mata Eva membulat. Wanita itu tak percaya dengan telinganya sendiri. Tapi keberadaan pria itu di sini sudah bisa membuktikan bahwa perkataannya memang benar. Seseorang yang berada di dalam penjara tak mungkin bisa keluar begitu saja.Eva menghela napas berat. "Kamu udah gila, ya?!""Apanya yang gila? Aku waras karena memilih untuk kabur dari tempat yang pengap dan busuk itu!"Tapi bisa berkata-kata lagi, Eva menghela napas berat. Sekarang wanita itu justru berurusan dengan seorang narapidana yang kabur dari penjara.Rasanya dia benar-benar sial!"Turun."Adi yang tengah menge
Bab 227Pada saat di dalam mobil, Eva bertanya kepada Adi. "Balas dendam seperti apa maksudmu? Sekarang saja statusmu seorang buronan karena kabur dari penjara." "Ya balas dendam dengan menghancurkan hidup dan karir Siti!" Napas pria itu mah gabu-gebu bersamaan dengan emosinya yang semakin memburu, "Apa kamu nggak percaya padaku? Ya memang sekarang aku seorang buronan dan akupun sedang menyamar sekarang. Tapi dengan penyamaran ini aku sangat yakin kita bisa melancarkan aksi untuk membalas dendam jauh lebih mudah." Eva memutar bola matanya dengan malas karena sebenarnya dia tak terlalu percaya pada Adi. "Ya sudah, sekarang apa rencana mu?" Adi menghembuskan nafas dan kembali menjawab pertanyaan dari Eva. "Sekarang yang aku butuhkan hanya uang karena untuk makan dan membeli beberapa pakaian untuk aku gunakan, jadi Eva berikan aku pinjaman uang." Eva menatap Adi sejenak lalu mengambil tas selempang miliknya untuk mengambil beberapa lembar uang dan diberikan uang itu kepada Adi. "Uang
Bab 228Siti menyemprotkan parfum ke beberapa titik bagian tubuhnya. Wanita itu menatap pantulan dirinya di cermin dan mengulas senyum. Jantungnya saat ini berdetak semakin kencang mengingat saat ini merupakan malam pertamanya.Dua hari sebelumnya, Handi memang disibukkan dengan berbagai hal yang membuat pria itu harus terpaku di kantor dan bolak-balik ke kantor polisi.Tapi hari ini pria itu tak memiliki jadwal lainnya.Tak berselang lama terdengar suara pintu diketuk. Siti terbalik dan melihat sosok suaminya kini telah berada tepat di ambang pintu yang baru saja terbuka.Pria itu tampak menarik sudut bibirnya tipis ketika melihat penampilan istrinya yang sangat berbeda dari biasanya. Siti mengenakan sebuah piyama yang terlihat cukup seksi di mata Handi."Mas," panggilnya lirih.Pria itu dengan cepat langsung menutup pintu dan menguncinya. Perlahan dia mendekat ke arah istrinya yang masih duduk tepat di depan meja rias."Kamu … terlihat sangat berbeda."Wajah Siti sedikit merona, mer
Bab 229Siti membuka matanya perlahan ketika suara kokok ayam jantan mulai terdengar masuk ke dalam telinganya. Wanita itu tampak mengerjapkan matanya beberapa kali ketika melihat sosok pria yang kini tengah mendekapnya erat.Tiba-tiba senyuman perlahan mulai muncul di wajahnya. Tangannya perlahan terulur pelan untuk menyentuh wajah Handi.Tapi seketika mata pria itu yang tengah terlelap itu terbuka dengan sepenuhnya. Siti tersentak kaget, tapi dia juga terkekeh pelan.Rasanya seperti mimpi ketika wanita itu mengingat kembali malam spesial yang sempat dihabiskannya bersama dengan sang suami tercinta."Selamat pagi, Istriku."Suara berat pria itu telah menyegarkan telinga Siti. Hati wanita itu perlahan bergetar, rasanya aneh tapi juga menyenangkan.Handi menggeser tubuhnya sejenak dan kembali memeluk erat Siti. Pria itu menghujani sebuah ciuman di kening wanitanya.Siti menggeliat sejenak, "Mas, udah pagi. Ayo kita bangun dulu. Biasanya kamu juga pasti akan pergi untuk jogging, kan?"P
Bab 230Sumi melirik ke arah sosok wanita yang kini menuruni tangga. Senyum perlahan mulai mengembang di wajahnya. "Gimana kemarin malam, Mbak?"Baru saja sampai di lantai bawah, Siti sudah mendapat pertanyaan ambigu dari Sumi. Semua orang tahu kalau wanita itu memang bicara tanpa berpikir. Bahkan untuk menggoda seseorang, dia juga tak keberatan sekalipun."Apa sih, Sum? Nggak ada apa-apa," tukas Siti. Dia memilih untuk berlalu mengambil bahan-bahan untuk memasak sarapan. Sumi terkekeh pelan. "Halah, nggak usah malu-malu, Mbak! Stamina Pak Handi kuat, kan?"Wajah Siti kembali merona. Pertanyaan Sumi telah berhasil membuatnya malu bukan main.Daripada berdebat, Siti memilih untuk mengabaikannya dan pura-pura tak mendengar apapun.Bi Yati yang baru keluar dari kamar itu tampak tersenyum tipis."Kamu itu lho, Sum! Jangan ngeledek orang terus," cicitnya."Nggak ngeledek kok, Bi. Cuma penasaran aja."Obrolan kini berlangsung dengan santai dan juga nyaman. Bahkan tak terasa waktu terlal
Bab 231"Ayah, Putri mau mainan itu!"Jari telunjuk gadis kecil itu mengarah pada sebuah permainan capit berhadiah.Handi tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya perlahan. Tanpa banyak bicara dia langsung mendekat bersama dengan gadis kecilnya menuju ke arah tempat capit berhadiah di Timezone."Kita beli koin dulu, ya? Abis itu baru main."Putri mengangguk pelan. Handi langsung beralih pergi untuk menukar uang dengan koin agar bisa bermain. Sedangkan Siti menemani anaknya untuk menunggu.Ada banyak jenis boneka di dalam mesin capit itu. Warna dan bentuknya sangatlah indah wajar saja bila gadis kecil itu merasa sangat bersemangat. Apalagi Putri selama ini hampir tak memiliki mainan. Bukannya Siti tak membelikan, Putri memang selalu menolak. Jelas gadis kecil itu merasa tak ingin membuat ibunya terbebani. Siti mengelus pelan puncak kepala Putri. "Apa Putri pengen punya boneka?""Iya, Bu. Kadang Selly dan Monica cerita kalau mereka punya boneka. Putri jadi pengen," cicitnya polos.S
Bab 232Leher Eva terasa menegang. Rasanya ada sesuatu yang luar biasa panas kini mulai menjalar ke seluruh tubuhnya secara perlahan."Dasar … cih! Suatu hari nanti kamu pasti akan menyesal karena memperlakukanku seperti ini," desisnya.Siti membuang napasnya. Menyesal?Justru dia akan merasa jauh lebih senang ketika tak lagi berhubungan dengan manusia semacam Eva karena Siti tahu dengan jelas bahwa hubungan mereka tidak akan pernah bisa bersatu lagi.Eva hanya akan terus memperlakukannya seperti benalu dan menyalahkannya atas semua hal yang terjadi."Aku harap kamu yang nggak akan menyesal, Mbak. Ingatlah bahwa karma itu memang ada dan suatu saat nanti kamu bisa saja merasakannya."Eva mengepalkan tangannya dengan erat. Nafasnya kini semakin memburuk naik turun bersama adegan emosi yang semakin menggebu-gebu di dalam hatinya."Ada apa ini?"Handi kembali sambil membawa beberapa koin yang baru saja dia dapatkan setelah menukarkan uang. Pria itu kini terlihat mengerutkan keningnya keti
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili