Bab 136"Sialan! Hampir saja ketahuan!"Adi yakin kalau kekasih gelapnya itu bisa membuat suasana yang canggung kembali normal. Dia tak meragukan kemampuan akting Yayuk.Hanya saja, Adi masih saja merasa was-was dan juga khawatir karena hubungan gelap mereka bisa saja terbongkar di hadapan suami Yayuk. Tak ada jaminan kalau keamanannya tetap terjaga. Apalagi Adi sempat melakukan hal ceroboh."Sialan! Kenapa Rama harus pegang ponsel Yayuk, sih?!"Rasanya sangat aneh seolah Tuhan hendak membuka aibnya.Hubungan Adi dan Yayuk saat ini memang cukup renggang karena mereka jarang bertemu dan terakhir kali masih berada dalam perdebatan. Tapi Adi pikir dia bisa membujuk selingkuhannya itu agar bisa segera mendapatkan suntikan dana kembali. Tapi sayangnya dia telah tertampar oleh kenyataan pahit."Lagipula Yayuk juga biasanya bisa jaga privasi. Tumben banget dia masih bareng sama suaminya," desisnya lagi.Entah mengapa kini hatinya terasa memanas seolah terbakar oleh api cemburu. Walau hubunga
Bab 137Ada kejutan yang sejak lama direncanakan oleh Putri. Bahkan gadis kecil itu juga telah bekerja sama dengan Handi. Putri bahkan tidak mengatakan rencananya pada Siti karena wanita itulah yang akan mendapatkan kejutan.Semalam, Siti meminta izin pada sang majikan bahwa hari ini dia akan mengambil cuti selama 1 hari untuk pergi keluar karena ada urusan.Handi tak bertanya tentang urusan Siti. Dia tak ingin mengetahui lebih jauh tentang privasi ataupun suatu hal yang sengaja ditutupi oleh Siti.Putri melirik ke arah ibunya yang kini tengah bersiap untuk pergi keluar. Gadis kecil itu lantas beralih menatap Handi dan memberikan kode pada pria itu untuk bersiap-siap. Handi mengerlingkan matanya sejenak."Sum, maaf ya karena aku lagi-lagi ambil libur. Jadi ngerepotin kamu dan Bibi," ujarnya.Sumi mengangguk pelan. "Aduh, kenapa harus nggak enak hati gitu, Mbak? Dibilang nggak apa-apa, kok. Aku sama Bi Yati juga dulu udah biasa kerja berdua doang. Jadi nggak masalah," ujarnya."Tetep a
Bab 138"Om, ayo kita pergi sekarang!"Handi mengangguk pelan. Pria itu lantas beranjak dari kursi dan menggandeng tangan Putri. Tapi sebelum dia pergi berlalu, Handi menoleh dan menatap lekat dua asisten rumah tangganya."Bi, Sum ... saya akan pergi keluar sebentar sama Putri. Jaga rumah baik-baik," ujarnya.Sumi dan Bi Yati mengangguk serentak. "Siap, Pak! Tenang aja," ujar mereka berdua.Handi hanya mengangguk. Pria itu lantas pergi keluar. Sedangkan Siti dan Bi Yati saling lempar pandang."Banyak perubahan ya, Bi?"Bi Yati mengangguk pelan. Tapi jelas wanita paruh baya itu tersenyum tipis. Di luar rumah, Handi langsung masuk ke dalam mobilnya. Pria itu berniat untuk menyetir sendiri dan pergi hanya dengan Putri. "Saya aja yang nyetir, Mang. Mamang jaga rumah aja bareng Dadang," tolak pria itu sambil menyalakan mesin mobil."Siap, Pak!"Setelah Handi memutar mobilnya, pria itu langsung melaju dengan kecepatan sedang. Disampingnya, Putri duduk dengan wajah yang tak sabaran."Om, I
Bab 139Siti kini telah sampai di pusat kota. Wanita itu bergegas untuk pergi ke salah satu cafe yang telah menjadi tempat janji bertemu dengan editornya."Hm, sepertinya itu cafenya."Tanpa basa-basi sedikitpun wanita itu langsung melangkahkan kakinya masuk ke sebuah bangunan yang kini tampak sedikit ramai karena memang dikunjungi oleh banyak orang.Siti lantas memilih tempat duduk yang tak terlalu jauh dari pintu masuk agar editornya bisa langsung mengenalinya jika datang.Tak berselang lama seorang wanita berjas coklat tampak menolehkan kepalanya seolah tengah mencari seseorang."Maaf, apa anda benar Kak Siti penulis 'Cinta diatas Luka'?"Siti menganggukkan kepalanya dengan cepat dan wanita itu langsung berdiri dari kursinya."Benar, saya sendiri. Anda Editor Chelsea?"Wanita berkacamata itu menganggukan kepala sambil tersenyum. "Benar, Kak. Maaf jika saya terlambat datang," ujarnya."Oh, nggak sama sekali, kok. Silahkan duduk," tawar Siti.Mereka berdua kini duduk dan memesan maka
Bab 140Siti turun dari taksi. Dadang yang melihat kedatangan Siti, kini tergopoh-gopoh untuk membukakan pagar."Makasih, Dang!"Dadang tersenyum tipis. "Sama-sama, Mbak! Habis dari mana saja?""Ketemu temen tadi, Dang." Hanya jawaban singkat saja yang keluar dari mulut Siti dan wanita itu langsung bergegas masuk karena tak ingin menunda lebih lama lagi. Sudah setengah hari dia berada di luar rumah dan pastinya merasa tak enak hati pada Sumi serta Bi Yati."Assalamualaikum," ujarnya sambil membuka pintu rumah."Waalaikumsalam," jawab Sumi. Putri yang ada di kamar juga kini keluar ketika mendengar suara ibunya. Gadis kecil itu berlari mendekat dan memeluk Siti."Ibu kok lama banget?"Siti tersenyum tipis sambil mengelus pelan puncak kepala gadis kecilnya dengan lembut. "Soalnya Ibu tadi harus ketemu sama temen, Put."Kening Siti terlihat berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu ketika melihat anaknya mengenakan pakaian yang berbeda."Kamu habis dari mana?"Putri tersentak kaget. Ga
Bab 141Setelah Siti selesai membersihkan diri, wanita itu kembali keluar dan lanjut untuk menyiapkan makan malam karena hari yang sudah sore.Pandangan Siti beralih menatap Sumi dan Bi Yati secara bergantian."Biar aku aja yang masak. Sumi dan Bibi istirahat aja dulu. Pasti capek seharian kerja, 'kan?"Sumi menoleh sekilas. "Nggak apa-apa, Mbak. Masih kuat kok," tolaknya. Siti menghela napasnya perlahan. Wanita itu lantas merebut pisau yang tengah dipegang oleh Sumi."Dibilang istirahat aja dulu. Kalau nggak giliran malah aku yang merasa sungkan," ujarnya."Ya udah deh kalau maksa. Kalau gitu aku sama Bi Yati istirahat dulu, Mbak."Siti mengangguk pelan seraya tersenyum tipis. Kini seorang gadis kecil tampak mendekat ke arahnya."Putri bantuin ya, Bu?""Boleh, tapi cuci tangan dulu," ujarnya.Gadis kecil itu bergegas mencuci tangannya. Saat Sumi dan Bi Yati beristirahat, Putri membantu ibunya untuk menyiapkan bahan-bahan masakan."Masak apa malam ini, Bu?"Siti diam sejenak. Dia me
Bab 142Siti diam sejenak. Wanita itu perlahan mengangkat wajahnya dan menatap lekat sosok pria yang berdiri tepat di hadapannya."Apa Bapak khawatir?"Pertanyaan lugu itu lolos begitu saja dari bibirnya. Bagaimanapun juga sikap sang majikan telah membuatnya bertanya-tanya."Bisa dibilang seperti itu," ujar Handi.Kening Siti tampak berkerut. Dia makin tak mengerti. Memang wajar apabila majikan khawatir dengan bawahannya, tapi apa ada yang wajar jika perhatiannya itu berlebihan?Bahkan Handi sendiri sampai rela mengobati Siti. Padahal pria itu bisa saja tak peduli.Handi menghela napas pelan. Ditatapnya lekat manik mata Siti. "Kamu itu berharga," ujarnya lagi."Maksud Bapak apa?"Pernyataan Handi yang ambigu membuat Siti salah tingkah. Namun Handi hanya diam. Handi kini menatapnya dengan lekat. Semakin dalam dan juga ... intim.Rasanya, suasana begitu hening. Siti bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri. Suara yang makin lama tak beraturan.Namun tak lama keduanya saling
Bab 143Siti kini tampak bergegas untuk pergi ke pasar. Dia tengah sibuk mencatat beberapa bahan makanan yang harus dibeli di pasar dan juga supermarket."Ini sudah semua, Sum?""Udah, Mbak. Itu sesuai kebutuhan buat seminggu ke depan."Siti mengangguk pelan. Wanita itu lantas memasukkan kertas note belanjaan ke dalam dompet yang sudah disediakan oleh Handi. Pria itu memang memfasilitasi para asisten rumah tangganya dengan jumlah tertentu untuk belanja mingguan."Ya sudah, aku berangkat dulu.""Hati-hati, Mbak!" teriak Sumi, wanita itu masih fokus menata meja dapur karena pagi tadi baru saja membuat sarapan. Sedangkan Bi Yati yang dapat giliran untuk cuci piring.Siti lagi-lagi hanya mengangguk. Wanita itu beralih menatap sosok putrinya yang masih duduk dan menyantap sarapan."Put, Ibu mau pergi ke pasar. Putri mau ikut?"Putri menoleh sekilas. Gadis kecil itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya."Nggak, Bu! Putri di rumah aja, sarapannya juga belum habis.""Ya sudah kalau gi
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili