Bab 102Tepat di hari ini, Siti akan menghadiri sidang pertama agar proses perceraiannya berjalan dengan lancar karena Adi telah menyetujui gugatannya."Mang, tolong tunggu disini sampai urusan saya selesai, ya?"Tatang mengangguk dengan cepat. "Siap, Ti!"Wanita itu menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis dan berbalik menatap sosok pria berjas warna abu-abu."Maaf karena saya datang sedikit terlambat sebab jalanan pagi ini cukup macet, Pak Ardi."Pria itu menganggukkan kepala perlahan dan memahami tentang situasi yang baru saja dilalui oleh Siti. Rasanya wajar jika jalanan macet karena orang-orang memang pergi bekerja di pagi hari."Tak masalah, Bu. Kalau begitu mari kita masuk," ujarnya mempersilahkan.Siti mengangguk pelan. Wanita itu berjalan lebih dulu dan Ardi mengikuti langkahnya dari belakang. Namun baru saja hendak melangkahkan kakinya masuk ke kantor pengadilan agama, Siti dihadang oleh seorang pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya."Sidang pertam
Bab 103"Sialan!"Adi memukul setir mobilnya dengan kasar. Napasnya kian memburu naik turun karena emosi. Perkataan Siti telah membuatnya terhina. Bagaimana tidak?Siti bahkan bersikap sangat arogan padahal seharusnya wanita itu menyesali keputusannya karena memilih untuk bercerai."Berani sekali wanita sialan itu menghinaku habis-habisan! Padahal seharusnya dia berlutut dan meminta untuk kembali. Tapi apa ini?"Adi pikir dia hanya diancam saja. Namun Siti benar-benar berniat untuk lepas darinya."Ha ... sialan! Awas saja, dia pasti akan kembali lagi. Aku yakin!"Usai mengontrol emosinya kembali, Adi menyalakan mesin mobil dan melajukannya hingga keluar dari area pengadilan agama. Besok, dia juga berencana untuk kembali ke kota tempatnya bekerja. Tak mungkin jika dia terus mengambil cuti karena Adi tahu ada banyak tikus licik yang berani untuk berbuat curang di belakangnya.Sepanjang perjalanan menuju rumah, Adi seringkali tersulut emosi karena dia masih ingat jelas ekspresi wajah ma
Bab 104"Kamu rindu padaku atau tubuhku?"Wajah Adi kini terlihat dihiasi dengan semburat merah merona. Tebakan Yayuk barusan tidaklah salah.Tangan pria itu kemudian terulur dan langsung mencengkram erat jemari Yayuk. Keduanya kembali bertatapan dengan mesra seperti kekasih yang baru saja bertemu setelah sekian lama."Dua-duanya," bisiknya pelan.Yayuk memutar bola matanya dengan malas. Dia sudah menebaknya sejak awal. Yayuk menarik tangannya kembali karena wanita itu enggan bicara omong kosong dengan Adi. Sudah cukup dia bermain-main dengan pria yang telah berani meremehkannya."Itu masalahmu sendiri, Adi. Jadi jangan mencariku hanya karena kamu butuh kepuasan," desisnya.Mata Adi kini terlihat membulat dengan sempurna setelah mendengar penolakan yang begitu menyakitkan terlontar dengan mudahnya dari bibir ranum Yayuk."A-apa? Kamu jangan bercanda, Yuk! Kenapa kamu malah--""Nggak usah marah, Di. Memangnya kamu sudah lupa perlakuanmu terakhir kali padaku, huh? Kamu bahkan tidak mau
Bab 105"Put, bangun. Udah pagi," lirih Siti.Gadis kecil itu mengerjapkan matanya perlahan sambil menguap. Kening Putri terlihat berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu karena Siti tiba-tiba membangunkannya."Ini 'kan hari minggu, Bu. Putri sekolahnya libur," lirihnya.Siti menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyum tipis dan mengelus pelan puncak kepala putrinya dengan lembut."Iya, Put. Ini memang hari Minggu, tapi sebaiknya kamu bangun karena kita akan pergi.""Kemana, Bu?""Putri pasti bosan karena di rumah saja, 'kan? Pak Handi ngajakin kita buat piknik ke taman," jelasnya.Seketika pula mata gadis kecil itu membulat dengan sempurna. Ada binar penuh kebahagiaan yang mulai muncul di bola matanya."Om Handi ngajak kita jalan-jalan, Bu?!"Siti mengangguk perlahan. Dia merasa senang saat melihat putrinya begitu bersemangat."Iya, Put. Makanya Putri bangun dan siap-siap, ya. Takutnya Pak Handi udah nungguin."Tanpa banyak bicara lagi gadis kecil itu langsung bangkit dari kas
Bab 106Pandangan Handi beralih kembali pada Siti. "Kenapa diam saja? Ayo sarapan," ujarnya tegas dan serius.Siti terkejut setelah mendapat tawaran untuk sarapan bersama sang majikan. Wanita itu langsung menggeleng cepat untuk menolak secara halus."Nggak perlu, Pak. Saya bisa sarapan nanti saja," kilahnya."Duduk saja, Ti. Sumi, Bi Yati, kalian juga duduk dan sarapan."Tawaran Handi tentu saja membuat kedua asisten rumah tangga itu merasa sangat sungkan. Handi memang baik, tapi untuk makan satu meja dengan majikan rasanya tak sopan.Baik Siti, Sumi atau Bi Yati juga merasakan hal yang sama."Nggak usah, Pak. Kami bisa sarapan nanti saja. Bapak nikmati saja sarapannya. Kami permisi mau bersih-bersih dulu," kilah Bi Yati, wanita paruh baya itu juga menarik tangan Sumi.Handi menghela napas pelan. Sebenarnya dia tak memiliki tujuan lain kecuali agar bisa jadi lebih dekat dengan para pekerjanya. Semalam, Handi membaca sebuah buku yang berisi cara agar bisa menjadi pria idaman wanita. Sa
Bab 107Kau Buang Aku Kunikahi Bosmu Setelah Siti, Handi dan Putri sampai di taman yang berada di dekat sebuah mall, mereka bertiga bisa melihat dengan jelas keadaan taman yang tak terlalu ramai tapi ada beberapa anak kecil yang tengah bermain. Putri tampak begitu senang karena melihat ada banyak orang dan mereka semua terlihat bersenang-senang."Uwahhh! Tamannya bagus banget!"Siti tersenyum tipis saat melihat anaknya bahagia. Gadis kecil itu berlari menuju ke dalam taman."Put! Jangan lari-lari, ya? Tunggu Ibu dulu," ujarnya memperingatkan.Tiba-tiba Handi meraih tas berisi bekal serta peralatan untuk piknik dan pria itu memberikan kode pada Siti."Pergilah, saya yang akan menyiapkannya."Kening city terlihat berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu karena wanita itu sejujurnya merasa tak enak hati jika harus merepotkan Handi. Tapi situ juga tak memiliki pilihan lain karena putrinya kini telah masuk ke dalam taman dan mulai berlarian."Tapi Pak--""Nggak apa-apa. Jaga saja Put
Bab 108"Apa masakan saya enak, Pak?"Handi yang tengah asyik menyantap makanannya itu kini tampak terkejut. Pria itu hampir saja tersedak, tapi untungnya langsung diberikan minuman oleh Siti."Ma-maaf, Pak Handi. Saya nggak bermaksud buat anda jadi kaget," lirihnya penuh penyesalan.Handi menggeleng pelan. Tak ada kalimat yang keluar dari bibirnya, tapi sikapnya itu sudah menunjukkan bahwa dia baik-baik saja.Meskipun begitu, Siti tetap saja merasa bersalah. "Pasti enak 'kan, Om? Ibu memang pinter masak, Putri suka semua makanan yang dimasak sama Ibu."Wajah Siti kini terlihat merah merona. Dia merasa tersanjung dengan pujian anaknya. Bahkan, Handi juga merasakan hal yang sama. Hanya saja pria itu memang tak tahu bagaimana caranya agar bisa mengatakan yang sebenarnya."Ibu harap Putri selalu bahagia. Lain kali Ibu bakal ajak ke taman lagi. Putri mau 'kan?"Putri mengangguk cepat. "Iya, Bu! Putri juga senang main sama Om Handi. Putri 'kan nggak pernah main ke taman sebelumnya, Ayah s
Bab 109"Kamu pasti akan menyesal Siti!""Menyesal?" Ucapannya terjeda sesaat, Siti hampir saja tertawa. Untuk apa dia menyesali keputusannya bercerai dengan Adi?Justru dia kini merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Tak ada lagi beban yang membuat punggungnya membungkuk. Siti kembali melirik ke arah sepupunya, "Nggak ada yang perlu disesali, Mbak. Jangan terlalu banyak ikut campur dengan sesuatu yang tidak kamu ketahui," desisnya dengan nada bicara yang sinis.Wajah Eva terlihat semakin merah. Jelas wanita itu merasa marah. Namun Siti justru menarik sudut bibirnya kembali saat melihat kemarahan semakin membara di wajah Eva. Dia tak ingin membuang waktu sedikitpun hanya untuk meladeni tingkah kekanakkan sepupunya."Kurang ajar kamu, Ti! Aku ngomong kayak gini biar kamu itu sadar dan nggak jadi manusia berhati batu. Memangnya kamu pikir menghidupi seorang anak sendirian itu mudah?" Eva berkata sok pahlawan."Terserah apa yang mau kamu katakan, Mbak. Tapi, aku yakin bisa membesarkan an
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili