Rossa masih tidak menyangka Bibi Zhang bisa melakukan hal seperti itu. Bisnis keluarga mertuanya sangat besar, Bibi Zhang bukanlah orang yang bodoh, setelah dia mengetahui mertuanya tidak bisa memiliki seorang anak, berusaha dan bertekad untuk mendekati keluarga mertuanya.
Hal ini mungkin bisa membuatnya menggantikan posisi Nyonya Besar dan membuat keluarga mertuanya jatuh di tangannya jika dia berhasil merayunya.Sebelumnya tidak mengira Bibi Zhang akan menjadi seperti ini, tapi serangkaian masalah ini, Rossa yang merasa dia sudah merencanakannya, bahkan bisa bertahan, sangat bisa melakukan penyamaran.Nyonya Besar menekan emosinya dan berkata. "Saat itu Ayah mertuamu takut jika aku tahu hatiku akan menerima pukulan yang sangat kuat, jadi dia selalu merahasiakannya dariku, bahkan memulai menjaga jarak dengan Bibi Zhang, dan juga mengusulkan saran untuk mencari pengganti lain, saat itu aku tidak mengerti apa yang terjadi, dengan bodohnya mengira Ayah mertuSetelah Neilsen dan Rossa membuat keributan, ke dua orang itu dengan tenang berbaring di tempat tidur, menikmati keheningan ini.Rossa mengetahui sebenarnya hati Neilsen masih tidak bisa menerima, tidak peduli siapapun yang mengetahui Ibunya selama 30 tahun ini bukanlah Ibu kandungnya, semua itu tidak mudah diterima, hanya saja dia tidak tahu harus bagaimana mengatakannya, akhirnya Neilsen dengan pelan berkata."Tidak terpikirkan ternyata Bibi Zhang adalah Ibu kandungku, tidak heran Ibu selalu melindunginya, tidak membiarkanku menyakitinya, ternyata seperti ini.""Apakah kamu menyalahkan Ibu?" Rossa tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Neilsen, dengan hati-hati menanyakannya.Neilsen dengan senyum pahitnya berkata."Menyalahkannya apa? Menyalahkannya karena terlalu baik kepadaku? Atau menyalahkannya menyembunyikan kebenaran dariku? Sebenarnya, dulu selalu merasa Ibu sangat tegas kepadaku, bahkan waktunya sangat sibuk, aku juga tau, bisnis
"AH ...!" Ryu berteriak.Rossa dengan cepat memeluknya, setelah sudah baik, Ryu tanpa sadar memeluk Rossa, membuat seluruh tubuhnya terkena lumpur. Melihat kejadian ini, Neilsen menggelengkan kepalanya tak berdaya."Bolehkah saya memakan orang?""Tidak bisa." Ryu dengan suara kecilnya menjawab.Rossa yang melihatnya seperti ini merasa sakit hati. "Sudahlah, kamu menampilkan wajah seperti itu, semua anak pasti akan takut. Ryu, ceritakan ke Mami, apa yang sedang kamu lakukan?" Rossa melihat Neilsen, kemudian dengan lembut bertanya ke Ryu.Ryu berkata. "Adik bilang dia sangat menyukai kupu-kupu, tapi dia tidak boleh ke luar dan terkena matahari, selalu melihat dari jendela kupu-kupu berterbangan, aku hanya ingin menangkap beberapa kupu-kupu untuknya, mungkin dia tidak akan begitu kesakitan lagi."Mendengar suaranya yang begitu tulus, hidung Rossa sedikit merasa meler, sedangkan mata Neilsen yang berkaca-kaca."Anak kecil in
Melihat Rossa yang tampak malu, Neilsen semakin tidak bisa menahannya. Dia menundukkan kepalanya, dan mengigit daun telinga Rossa."Hei! Sakit!"Sebenarnya tidak begitu sakit, masih ada sedikit perasaan dimana dia tidak bisa menolaknya, tapi dia tahu dia di sini terlalu berani.Banyak orang yang lewat, bukankah dia merasa malu? Tangan lemah Rossa mendorong pergi Neilsen dan berkata."Kenapa kamu begitu jahat? Aku ke sini hanya untuk melihatmu saja.""Aku kira kamu ke sini untuk memberiku sesuatu untuk kumakan."Suara serak Neilsen, tindakan yang tidak mundur sama sekali, sebaliknya memaksa Rossa sampai putus asa. Belakang badannya adalah meja kaca, di depan matanya adalah Neilsen, saat ini dia seperti serigala yang menatapnya, membuatnya seluruh darahnya mendidih dan merasa malu."Jangan asal bicara, aku hanya ... umm ..." masih belum selesai berbicara, bibirnya kembali diblokir oleh Neilsen.Kali ini, dia tidak
Rossa menceritakan masalah Night Empire kepada Neilsen.Neilsen langsung terkejut. "Kamu bilang bahwa David masih hidup? Aku masih punya Paman? Kembaran Ayahku?" dia masih tidak habis pikir keluarganya masih memiliki latar belakang yang rumit.Rossa mengangguk. "Ibu yang bilang seperti itu, bahkan memberiku cincin ini dan menyerahkan Night Empire kepadaku. Ibu bilang kepadaku, Wandy dibawa pergi oleh David.""Dibawa pergi David?" Neilsen merasa otaknya sedikit kacau."Ibu melakukan itu untuk melindungi Wandy? Atau ada pemikiran lain?" Rossa angkat bicara, dan memberi tahu Neilsen tentang Wandy yang terpilih sebagai pewaris Night Empire.Neilsen dengan suara rendahnya berkata. "Pantas saja aku mencari kemana-mana tidak bisa menemukan berita tentang Wandy, tidak heran sikap Ibu kepada Wandy tidak sama, aku selalu bertanya-tanya kepada diriku, Ibu demi Lulu bisa mempertaruhkan nyawanya, kenapa terhadap Wandy seperti acuh tak acuh? Ternyata a
"Terima kasih, Bu!" Rossa berpikir bahwa mertuanya sangat mengerti dia."Berhati-hatilah terhadap Tommy, pengaruhnya di Amerika sangat besar, tidak mudah diprovokasi. Jika kau bisa untuk sementara waktu tidak memprovokasi, maka jangan provokasi dia untuk saat ini."Nyonya Besar sama sekali tidak takut untuk menyebut Tommy di depan Rossa, atau barangkali Nyonya Besar sudah lama mengetahui hubungan Rossa dengan Tommy kala itu. Rossa menganggukkan kepala kemudian kembali ke kamar rumah sakit.Santo telah menyiapkan pakaian bepergian untuk Rossa, Rossa mengganti pakaian rumah sakitnya. Rossa telah kehilangan banyak berat badan. Pakaiannya-pakaiannya mendadak jadi kebesaran semua.Rossa menarik napas, mengikat rambut panjangnya, kemudian ke luar mengenakan pakaian kasual. Santo mengantar Rossa secara menuju Fallen Temple.Datang ke sini sekali lagi, suasana hati Rossa jelas sangat berbeda. Dulu dia datang kemari sebagai 'barang' yang dijual ol
Suara teriakan ini agak menakuti Rossa, dia tidak punya pilihan lain selain menghentikan langkah. Pada saat seperti ini Fano tiba-tiba muncul entah darimana, dia langsung berjalan ke arah Tommy."Tuan Tang, coba lihat dirimu, mengapa minum begini banyak? Cepat, cari seorang pelayan untuk membantumu."Selagi Fano berbicara, Regal juga berlari datang, dia segera memisahkan Rossa dari Tommy. Melihat kesempatan ini, Santo langsung menarik Rossa dan berjalan keluar.Tapi Tommy tetap berkata dengan agresif. "Minggir kalian! Rossa, jangan pergi! Kembalilah!""Tuan Tang, kamu minum terlalu banyak!"Meskipun Fano kelihatan kurus, tapi dia masih punya tenaga, entah bagaimana caranya yang jelas hal itu membuat Tommy tidak bisa bergerak.Rossa mengambil kesempatan ini untuk cepat-cepat ke luar dari Fallen Temple bersama Santo. Dua orang tersebut cepat-cepat masuk ke mobil, jantung Rossa masih berdetak cepat, selapis keringat dingin muncul di
"Tidak, hanya saja pikiranku tidak tenang." Rossa tidak menyembunyikan kebenarannya dari Neilsen.Rossa berpikir bahwa perasaannya terhadap Tommy sangat rumit. Neilsen tidak bertanya lebih lanjut, namun wajahnya masih terlihat kusut.Rossa juga tahu, tidak masalah siapa pun yang mendengar hal seperti ini akan marah, ditambah lagi Tommy sudah keterlaluan dengan Lulu.Rossa tidak bicara, suasana tiba-tiba jadi tegang. Mike terbatuk sekali dan berkata."Anu ... bagaimana kalau aku mengantar kalian ke pintu belakang?""Ada pintu belakang di sini juga?" Neilsen memandang Mike sekilas.Mike tertawa sambil berkata. "Rumah orang lain memang tidak ada, tapi di rumahku harus ada. Kau seperti tidak mengenalku saja, aku selalu membuat jalan kabur untuk diriku sendiri."Kalimat tersebut memang benar. Mike hampir saja meninggal di medan perang, mulai saat itu, dia terbiasa membuat jalan kabur untuk dirinya sendiri. Mungkin seseorang b
"Darimana datangnya benda ini?" Neilsen mengambil apa yang ada di tangan Rossa.Benda ini ternyata adalah sebuah alat pelacak berukuran kecil. Meskipun Rossa tidak tahu apa kegunaan benda ini, namun dia berkata dengan berat."Aku juga tidak tahu, setelah pergi dari rumah sakit aku hanya mampir ke Fallen Temple saja, tidak pergi ke tempat lain.""Fallen Temple adalah milik keluargaku, tidak mungkin mereka memberimu jebakan seperti ini, kecuali ada seseorang menyelinap masuk ke mobil Santo." Pandangan mata Neilsen tertunduk.Santo sering jogging di luar, mungkin ada seseorang yang mengawasi Santo dan melakukan sesuatu secara diam-diam. Dengan pemikiran seperti ini, pandangan mata Neilsen tertunduk lagi. Rossa merasa agak gugup."Mungkin masalahnya bukan pada Santo.""Apa mungkin Manajer Fano, yang melakukan ini padamu? Jika iya, mengapa?" Pertanyaan Neilsen membuat Rossa tidak bisa menjawab.Selalu ada bahaya di sekeliling