Rossa menceritakan masalah Night Empire kepada Neilsen.
Neilsen langsung terkejut. "Kamu bilang bahwa David masih hidup? Aku masih punya Paman? Kembaran Ayahku?" dia masih tidak habis pikir keluarganya masih memiliki latar belakang yang rumit.Rossa mengangguk. "Ibu yang bilang seperti itu, bahkan memberiku cincin ini dan menyerahkan Night Empire kepadaku. Ibu bilang kepadaku, Wandy dibawa pergi oleh David.""Dibawa pergi David?" Neilsen merasa otaknya sedikit kacau."Ibu melakukan itu untuk melindungi Wandy? Atau ada pemikiran lain?" Rossa angkat bicara, dan memberi tahu Neilsen tentang Wandy yang terpilih sebagai pewaris Night Empire.Neilsen dengan suara rendahnya berkata. "Pantas saja aku mencari kemana-mana tidak bisa menemukan berita tentang Wandy, tidak heran sikap Ibu kepada Wandy tidak sama, aku selalu bertanya-tanya kepada diriku, Ibu demi Lulu bisa mempertaruhkan nyawanya, kenapa terhadap Wandy seperti acuh tak acuh? Ternyata a"Terima kasih, Bu!" Rossa berpikir bahwa mertuanya sangat mengerti dia."Berhati-hatilah terhadap Tommy, pengaruhnya di Amerika sangat besar, tidak mudah diprovokasi. Jika kau bisa untuk sementara waktu tidak memprovokasi, maka jangan provokasi dia untuk saat ini."Nyonya Besar sama sekali tidak takut untuk menyebut Tommy di depan Rossa, atau barangkali Nyonya Besar sudah lama mengetahui hubungan Rossa dengan Tommy kala itu. Rossa menganggukkan kepala kemudian kembali ke kamar rumah sakit.Santo telah menyiapkan pakaian bepergian untuk Rossa, Rossa mengganti pakaian rumah sakitnya. Rossa telah kehilangan banyak berat badan. Pakaiannya-pakaiannya mendadak jadi kebesaran semua.Rossa menarik napas, mengikat rambut panjangnya, kemudian ke luar mengenakan pakaian kasual. Santo mengantar Rossa secara menuju Fallen Temple.Datang ke sini sekali lagi, suasana hati Rossa jelas sangat berbeda. Dulu dia datang kemari sebagai 'barang' yang dijual ol
Suara teriakan ini agak menakuti Rossa, dia tidak punya pilihan lain selain menghentikan langkah. Pada saat seperti ini Fano tiba-tiba muncul entah darimana, dia langsung berjalan ke arah Tommy."Tuan Tang, coba lihat dirimu, mengapa minum begini banyak? Cepat, cari seorang pelayan untuk membantumu."Selagi Fano berbicara, Regal juga berlari datang, dia segera memisahkan Rossa dari Tommy. Melihat kesempatan ini, Santo langsung menarik Rossa dan berjalan keluar.Tapi Tommy tetap berkata dengan agresif. "Minggir kalian! Rossa, jangan pergi! Kembalilah!""Tuan Tang, kamu minum terlalu banyak!"Meskipun Fano kelihatan kurus, tapi dia masih punya tenaga, entah bagaimana caranya yang jelas hal itu membuat Tommy tidak bisa bergerak.Rossa mengambil kesempatan ini untuk cepat-cepat ke luar dari Fallen Temple bersama Santo. Dua orang tersebut cepat-cepat masuk ke mobil, jantung Rossa masih berdetak cepat, selapis keringat dingin muncul di
"Tidak, hanya saja pikiranku tidak tenang." Rossa tidak menyembunyikan kebenarannya dari Neilsen.Rossa berpikir bahwa perasaannya terhadap Tommy sangat rumit. Neilsen tidak bertanya lebih lanjut, namun wajahnya masih terlihat kusut.Rossa juga tahu, tidak masalah siapa pun yang mendengar hal seperti ini akan marah, ditambah lagi Tommy sudah keterlaluan dengan Lulu.Rossa tidak bicara, suasana tiba-tiba jadi tegang. Mike terbatuk sekali dan berkata."Anu ... bagaimana kalau aku mengantar kalian ke pintu belakang?""Ada pintu belakang di sini juga?" Neilsen memandang Mike sekilas.Mike tertawa sambil berkata. "Rumah orang lain memang tidak ada, tapi di rumahku harus ada. Kau seperti tidak mengenalku saja, aku selalu membuat jalan kabur untuk diriku sendiri."Kalimat tersebut memang benar. Mike hampir saja meninggal di medan perang, mulai saat itu, dia terbiasa membuat jalan kabur untuk dirinya sendiri. Mungkin seseorang b
"Darimana datangnya benda ini?" Neilsen mengambil apa yang ada di tangan Rossa.Benda ini ternyata adalah sebuah alat pelacak berukuran kecil. Meskipun Rossa tidak tahu apa kegunaan benda ini, namun dia berkata dengan berat."Aku juga tidak tahu, setelah pergi dari rumah sakit aku hanya mampir ke Fallen Temple saja, tidak pergi ke tempat lain.""Fallen Temple adalah milik keluargaku, tidak mungkin mereka memberimu jebakan seperti ini, kecuali ada seseorang menyelinap masuk ke mobil Santo." Pandangan mata Neilsen tertunduk.Santo sering jogging di luar, mungkin ada seseorang yang mengawasi Santo dan melakukan sesuatu secara diam-diam. Dengan pemikiran seperti ini, pandangan mata Neilsen tertunduk lagi. Rossa merasa agak gugup."Mungkin masalahnya bukan pada Santo.""Apa mungkin Manajer Fano, yang melakukan ini padamu? Jika iya, mengapa?" Pertanyaan Neilsen membuat Rossa tidak bisa menjawab.Selalu ada bahaya di sekeliling
Aneh rasanya tiba-tiba ada banyak orang bermunculan saat ini, ditambah lagi mereka aktif berdebat satu sama lain, meskipun mereka jauh, tapi Rossa dan Neilsen masih bisa mendengar suara pertengkaran tersebut.Hanya saja suara tersebut kelewat familiar. Rossa berbisik. "Mengapa aku seperti mendengar suara Manajer Fano?""Manajer Fano yang mana? Fano yang bekerja di Fallen Temple?""Sepertinya iya." Rossa juga tidak berani memastikan.Rossa sekarang sedang pusing dan mengantuk, telinganya juga tidak berfungsi dengan baik, takutnya dia salah mendengar, tapi Neilsen tidak peduli, dia terus berjalan sambil menggendong Rossa di punggungnya.Belum sempat ke duanya mencapai orang-orang yang bertengkar tadi, tiba-tiba muncul seseorang, kemunculan orang tersebut menakuti Rossa, pandangan mata Neilsen mendadak jadi dingin."Siapa kau!""Nyonya Rossa, Manajer Fano menyuruhku datang kemari untuk menjemputmu."Yang bicara ter
Masih bagus para pelayan tidak membicarakan hal ini, jika tidak maka hal itu akan membuat NyonyaTang marah.Jika bukan karena keuntungan dari tanah tersebut, dia tidak akan mengambil inisiatif untuk mencari Neilsen dan bicara padanya. Waktu itu, ketika menandatangani kontrak, Nyonya Tang tidak berencana menuliskan alasan ini, tapi karena Neilsen takut akan diperas oleh keluarga Tang, dia meminta pengacara untuk mengisi alasannya.Seperti sekarang, alasan ini membuat keluarga Tang tidak bisa mundur lagi. Jika tanah itu belum mulai dibangun, maka akan diberikan pada Neilsen.Sekarang, tanah tersebut telah memiliki seorang pengembang dan mitra kerja, bahkan kontraknya sudah ditandatangani, sejumlah besar uang juga telah diinvestasikan ke dalamnya, tinggal menunggu untuk menghasilkan uang.Pada saat seperti ini, Neilsen telah memberikan mereka satu tembakan, itu akan membunuh keluarga Tang. Meskipun modal kerja dari keluarga Tang tidak sepenuhnya bert
"Hal ini tidak membawa bencana besar pada keluarga Tang jika kau tidak berbuat jahat pada istri orang lain kan? Kau benar-benar berpikir bahwa keluarga dia sekuat itu? Ingin pergi, langsung pergi begitu saja? Apa kau tahu hubungan Neilsen dengan Mike? Apakah kau juga tahu hubungan Mike dengan orang-orang atas?" Napas Nyonya Tua Tang tersenggal-senggal, dia batuk-batuk heboh.Ini adalah pertama kalinya Tommy tersandung. Tommy selalu berpikir dirinya cukup pintar, dia juga berpikir bahwa apa yang dia lakukan telah tersembunyi dengan baik, namun Tommy tidak menyangka bahwa Neilsen berhasil mendapatkan sertifikat pembelian Rossa dari Fallen Temple.Bos dari Fallen Temple sangat misterius, semua orang ingin tahu siapa bos dari Fallen Temple, tapi itu tidak ada gunanya, jika pihak lain bisa dengan tiba-tiba menjualnya pada Neilsen, serta memberinya sesuatu yang begitu rahasia, sejujurnya hal tersebut di luar ekspektasi Tommy. Sekarang Neilsen mengendalikan masalah ini, T
Matahari seolah malu melihat pemandangan di hadapannya, dia perlahan bersembunyi di balik awan, dan dua orang yang saling berpelukan itu tidak sadar sampai ada suara polos terdengar."Daddy, Mami, kalian sedang bermain saling mencium ya? Lulu juga ingin ikut!"Tidak tahu kapan kembalinya Lulu, yang jelas kemunculannya yang tiba-tiba membuat takut Rossa dan Neilsen. Ditambah lagi, tangan Neilsen masih berada di balik baju Rossa, mendengar suara putrinya Neilsen buru-buru menarik tangannya.Rossa seperti disengat oleh sesuatu, dia buru-buru melompat dari paha Neilsen."Lulu, kenapa kau kembali?"Rossa merasakan wajahnya merah membara, dia bergegas untuk bangkit berdiri. Entah berapa banyak yang sudah dilihat putri-nya, yang jelas ini sangat memalukan.Neilsen juga merasa malu, tertangkap basah oleh putri-nya seperti ini, perasaannya jadi tidak enak, saking takutnya dia sampai hampir berubah menjadi kasim. Lulu mengedipkan matanya y