"Tidak, hanya saja pikiranku tidak tenang." Rossa tidak menyembunyikan kebenarannya dari Neilsen.
Rossa berpikir bahwa perasaannya terhadap Tommy sangat rumit. Neilsen tidak bertanya lebih lanjut, namun wajahnya masih terlihat kusut.Rossa juga tahu, tidak masalah siapa pun yang mendengar hal seperti ini akan marah, ditambah lagi Tommy sudah keterlaluan dengan Lulu.Rossa tidak bicara, suasana tiba-tiba jadi tegang. Mike terbatuk sekali dan berkata."Anu ... bagaimana kalau aku mengantar kalian ke pintu belakang?""Ada pintu belakang di sini juga?" Neilsen memandang Mike sekilas.Mike tertawa sambil berkata. "Rumah orang lain memang tidak ada, tapi di rumahku harus ada. Kau seperti tidak mengenalku saja, aku selalu membuat jalan kabur untuk diriku sendiri."Kalimat tersebut memang benar. Mike hampir saja meninggal di medan perang, mulai saat itu, dia terbiasa membuat jalan kabur untuk dirinya sendiri. Mungkin seseorang b"Darimana datangnya benda ini?" Neilsen mengambil apa yang ada di tangan Rossa.Benda ini ternyata adalah sebuah alat pelacak berukuran kecil. Meskipun Rossa tidak tahu apa kegunaan benda ini, namun dia berkata dengan berat."Aku juga tidak tahu, setelah pergi dari rumah sakit aku hanya mampir ke Fallen Temple saja, tidak pergi ke tempat lain.""Fallen Temple adalah milik keluargaku, tidak mungkin mereka memberimu jebakan seperti ini, kecuali ada seseorang menyelinap masuk ke mobil Santo." Pandangan mata Neilsen tertunduk.Santo sering jogging di luar, mungkin ada seseorang yang mengawasi Santo dan melakukan sesuatu secara diam-diam. Dengan pemikiran seperti ini, pandangan mata Neilsen tertunduk lagi. Rossa merasa agak gugup."Mungkin masalahnya bukan pada Santo.""Apa mungkin Manajer Fano, yang melakukan ini padamu? Jika iya, mengapa?" Pertanyaan Neilsen membuat Rossa tidak bisa menjawab.Selalu ada bahaya di sekeliling
Aneh rasanya tiba-tiba ada banyak orang bermunculan saat ini, ditambah lagi mereka aktif berdebat satu sama lain, meskipun mereka jauh, tapi Rossa dan Neilsen masih bisa mendengar suara pertengkaran tersebut.Hanya saja suara tersebut kelewat familiar. Rossa berbisik. "Mengapa aku seperti mendengar suara Manajer Fano?""Manajer Fano yang mana? Fano yang bekerja di Fallen Temple?""Sepertinya iya." Rossa juga tidak berani memastikan.Rossa sekarang sedang pusing dan mengantuk, telinganya juga tidak berfungsi dengan baik, takutnya dia salah mendengar, tapi Neilsen tidak peduli, dia terus berjalan sambil menggendong Rossa di punggungnya.Belum sempat ke duanya mencapai orang-orang yang bertengkar tadi, tiba-tiba muncul seseorang, kemunculan orang tersebut menakuti Rossa, pandangan mata Neilsen mendadak jadi dingin."Siapa kau!""Nyonya Rossa, Manajer Fano menyuruhku datang kemari untuk menjemputmu."Yang bicara ter
Masih bagus para pelayan tidak membicarakan hal ini, jika tidak maka hal itu akan membuat NyonyaTang marah.Jika bukan karena keuntungan dari tanah tersebut, dia tidak akan mengambil inisiatif untuk mencari Neilsen dan bicara padanya. Waktu itu, ketika menandatangani kontrak, Nyonya Tang tidak berencana menuliskan alasan ini, tapi karena Neilsen takut akan diperas oleh keluarga Tang, dia meminta pengacara untuk mengisi alasannya.Seperti sekarang, alasan ini membuat keluarga Tang tidak bisa mundur lagi. Jika tanah itu belum mulai dibangun, maka akan diberikan pada Neilsen.Sekarang, tanah tersebut telah memiliki seorang pengembang dan mitra kerja, bahkan kontraknya sudah ditandatangani, sejumlah besar uang juga telah diinvestasikan ke dalamnya, tinggal menunggu untuk menghasilkan uang.Pada saat seperti ini, Neilsen telah memberikan mereka satu tembakan, itu akan membunuh keluarga Tang. Meskipun modal kerja dari keluarga Tang tidak sepenuhnya bert
"Hal ini tidak membawa bencana besar pada keluarga Tang jika kau tidak berbuat jahat pada istri orang lain kan? Kau benar-benar berpikir bahwa keluarga dia sekuat itu? Ingin pergi, langsung pergi begitu saja? Apa kau tahu hubungan Neilsen dengan Mike? Apakah kau juga tahu hubungan Mike dengan orang-orang atas?" Napas Nyonya Tua Tang tersenggal-senggal, dia batuk-batuk heboh.Ini adalah pertama kalinya Tommy tersandung. Tommy selalu berpikir dirinya cukup pintar, dia juga berpikir bahwa apa yang dia lakukan telah tersembunyi dengan baik, namun Tommy tidak menyangka bahwa Neilsen berhasil mendapatkan sertifikat pembelian Rossa dari Fallen Temple.Bos dari Fallen Temple sangat misterius, semua orang ingin tahu siapa bos dari Fallen Temple, tapi itu tidak ada gunanya, jika pihak lain bisa dengan tiba-tiba menjualnya pada Neilsen, serta memberinya sesuatu yang begitu rahasia, sejujurnya hal tersebut di luar ekspektasi Tommy. Sekarang Neilsen mengendalikan masalah ini, T
Matahari seolah malu melihat pemandangan di hadapannya, dia perlahan bersembunyi di balik awan, dan dua orang yang saling berpelukan itu tidak sadar sampai ada suara polos terdengar."Daddy, Mami, kalian sedang bermain saling mencium ya? Lulu juga ingin ikut!"Tidak tahu kapan kembalinya Lulu, yang jelas kemunculannya yang tiba-tiba membuat takut Rossa dan Neilsen. Ditambah lagi, tangan Neilsen masih berada di balik baju Rossa, mendengar suara putrinya Neilsen buru-buru menarik tangannya.Rossa seperti disengat oleh sesuatu, dia buru-buru melompat dari paha Neilsen."Lulu, kenapa kau kembali?"Rossa merasakan wajahnya merah membara, dia bergegas untuk bangkit berdiri. Entah berapa banyak yang sudah dilihat putri-nya, yang jelas ini sangat memalukan.Neilsen juga merasa malu, tertangkap basah oleh putri-nya seperti ini, perasaannya jadi tidak enak, saking takutnya dia sampai hampir berubah menjadi kasim. Lulu mengedipkan matanya y
Neilsen menahan tangis. Saat berbalik, dia langsung menemukan Ryu yang berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya, dengan dingin menatapnya."Anak kecil, apa yang kamu lakukan di sini?" Neilsen merasa harga dirinya yang dia bangun beberapa tahun ini telah sirna.Ryu berdehem sekilas kemudian berkata. "Nanti jika kamu ingin berciuman dengan Mamiku, bisakah kamu melakukannya di kamar? Apakah kamu tidak tahu kita ini masih belum dewasa? Apakah menurutmu meracuni pikiran anak kecil itu baik?" Ditanya begini oleh Ryu, Neilsen hanya bisa terdiam."Anak kecil, apakah kamu sedang mencari masalah?" Neilsen merasa marah karena malu, dengan cepat dia menaikkan dagunya, menatap Ryu dengan tatapan mengerikan.Ryu langsung berlari ketakutan. Sembari berlari dia berkata. "Kamu selalu menggunakan kekuatan untuk menekan kami, tapi kami tidak akan menyerah! Nanti jika kamu masih berani berciuman dengan Mami kami di hadapan kami, aku akan memotretnya da
Neilsen menatap Rossa yang begitu menawan, dia tidak bisa menahan diri menginginkan lebih. Dengan cepat kedua orang itu pun saling bertautan. Udara di dalam ruangan mendadak intens, dipenuhi dengan atmosfir yang berbeda.Tiba-tiba Rossa mendorong Neilsen, wajahnya sedikit memerah. Neilsen sempat tertegun. Dia sempat tidak sadar apa yang sedang terjadi. Saat dia ingin melangkah lagi, Rossa langsung menahannya."Aku belum selesai."Suaranya sangat kecil, sangat kecil sampai hampir tidak terdengar, tapi Neilsen tetap meresponnya, dengan terlihat sedikit frustasi."Berapa hari lagi?""Kamu hitung sendiri!"Rossa mendorong Neilsen kemudian pergi ke toilet, sesungguhnya dia merasa malu. Bagaimana bisa dirinya hampir terlena?Neilsen merasa frustasi, melihat diri sendiri yang tegang, dia pun menghela napas panjang. Kemudian bangkit berdiri menuangkan segelas air gula merah untuk Rossa.Saat Rossa ke luar dari kamar man
Raut wajah Neilsen berubah, tapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa pun, tapi dengan niat menghukum dia menggigit kecil bibir merah Rossa."Hei! Neilsen, apakah kamu berzodiak anjing?!""Aku berzodiak serigala!"Neilsen melepaskannya dengan sedikit rasa frustasi, kemudian dia berbalik dan berjalan menjauh. Tampangnya terlihat seperti anjing serigala yang sedang marah. Rossa tiba-tiba tertawa. Memang seekor serigala! Bibirnya pun digigit.Rossa menjilat darah di bibir merahnya, kemudian dia memeluk Neilsen dari belakang, berbisik."Di hatiku hanya ada dirimu." Kalimat ini membuat suasana hati Neilsen berubah lebih baik."Katakan sekali lagi." Nada bicaranya terdengar ada sedikit rasa bangga dan menang.Rossa tiba-tiba merasa Neilsen sangat mirip anak kecil, kemudian dia langsung melepaskan pelukannya."Tidak mau."Dia berbalik meninggalkannya, tapi Neilsen dalam satu gerakan langsung menarik lenganny