Wisma sengaja berdiri, ia ingin melihat reaksi para pria itu. Benar saja, seketika mereka ikut berdiri. Dan mulai mempeelihatkan gelagat mencurigakan. Wisma menarik cepat tangan Amira. Menyeretnya, dan memasukkannya kedalam mobilnya. Ia takut kalau para pria itu mengejar mereka. Tapi ketakutannya memang terbukti benar. Mereka ikut berlari, dan mengejar Wisma. Dengan cepat Wisma menjalankan mobilnya. tanpa melihat ke belakang, ia terus menginjak pedal gas miliknya. Amira terlihat sangat ketakutan.Seperti di film-film laga, Wisma terus menjalankan tugas mobilnya tanpa melihat kondisi sekitarnya. Ia sendiri tak tahu siapa mereka? dan ada urusan apa mereka mengejarnya. Yang ia tahu saat ini, ia harus melindungi kekasihnya. Ia jalankan mobilnya ,menuju klinik miliknya. Sampai tam terlihat keberadaan mobil para lelaki tadi, ia berhenti. Dan segera memasukkan mobilnya kedalam garasi miliknya. Amira ketakutan setangah mati. Kakinya bergetar tak karuan. Jantungnya serasa be
"BRAAKK" Herman mendobrak pintu dari salah satu ruangan yang masih tertutup. Ia mengira Amira ada disana. Namun tak juga ia menemukan istrinya itu. Ia sudah kehabisan akal, harus kemana lagi ia akan mencari Amira. Semua sudut ruangan sudah ia jelajahi, namun tak ada sosok yang ia cari disana. Seorang pasien dari klinik Wisma, yang melihat tingkah aneh dari Herman segera melaporkan kejadian tadi pada security disana. Tingkah Herman yang meresahkan, membuat para pasien disana ketakutan. "Hai kau!! apa yang kau lakukan disini?jangan membuat kekecauan disini, ini adalah tempat orang sakit!!" Bentak salah satu secirity di klinik Wisma. Seakan tak peduli dengan ancaman sang security, Herman terus saja berjalan. Ia mengitari setiap pojok ruangan, berharap tadi ia melewatkan satu ruangan yang belum ia datangi. Karena Herman tak menggubrisnya ,dengan terpaksa sang security membawa paksa Herman yang keras kepala. Herman yang terus memberontak, meminta untuk dilepaskan dengan
Mama Hana yang melihat kondisi hubungan anak dan suaminya saat ini, merasakan pilu dihati yang terdalam. Bagaimana hubungan anak kesayangannya bisa menjadi renggang seperti saat ini. Kehangatan yang biasa ia lihat diantara mereka, kini tidak adalagi. Bahkan mereka sibuk untuk saking menghindar, dan menyakiti. Otaknya berputar keras, ia tak mau kalau rumah tangga anaknya sampai berhenti ditengah jalan. Apalagi saat ini ia sudah punya seorang cucu. Yang pasti akan menjadi korban kalau sampai mereka berpisah. Belum lagi perusahaan yang mereka bangun bersama. Tentu akan hancur seperti rumah tangga yang mereka alami. Sedih ,sakit ,seperti ditusuk jarum yang sangat tajam dan panas. Tak bisa digambarkan sakitnya perasaan mama Hana. Perlahan ia mulai duduk dihadapan kedua orang tersebut. Matanya menatap Herman dan Amira secara bergantian. Mama Hana bisa melihat, kalau diantara keduanya masih ada rasa cinta. Buktinya mereka saling sibuk dengan pasangan yang lain, yang tak
"Maaf ma, tapi entahlah...ini hal yang sudah lama aku simpan. Aku harus mengatakan ini, agar mama tak selalu menyalahkan aku." Jelas Amira panjang lebar. Mama Hana terlihat sangat syok. Ia seakan tak percaya mendengar semua penjelasan Amira. Awalnya ia mengira kalau itu hanya akal-akalan Amira saja. Agar ia mau merestui keinginannya untuk berpisah. Namun Amira memperlihatkan semua bukti yang ia simpan. Dibeberkannya semua rahasia besar yang selama ini ia simpan rapat-rapat. Mama Hana memegang dadanya. Ia tak bisa bernafas lega. Seakan dunianya menjadi terasa sesak, saat melihat semua bukti-bukti yang Amira perlihatkan. Semua gerak-gerik dan tingkah laku Herman, seolah seperti cambuk. Menyakitkan dihatinya. Bagaimana ia bisa tak tahu, selama ini anak tersayangnya disakiti oleh menantunya sendiri. Menantu yang sangat ia banggakan selama ini. Sosok Herman yang baginya adalah sosok idaman semua istri. Paras tampan rupawan, usaha yang maju, keluarga yang berpendidikan
"Kau tak bisa marah padaku mas!! ini semua juga karena ulahmu, kau yang tak pernah benar benar melupakan wanita itu!!" Amira terus meluapkan kekesalannya pada Herman. Karena baginya inilah kesempatan yang bagus meluapkan segala kemarahannya. "Diam kau Amira!!" Herman membentak Amira yang terus memojokkannya. Ia terus menambah kecepatan mobilnya. Ja ingin segera sampai di Rumah sakit. Setelah perdebatannya dengan Amira ,kini ia tengah fokus menyetir. Dengan kekuatan sepenuhnya, ia jalankan mobilnya itu. Hingga akhirnya ,mobilnya berhenti tepat didepan Rumah sakit yang ia tuju. Dibukanya pintunya dengan sigap. kemudian membuka pintu belakang, lalu membopong Mama Hana masuk ke dalamnya. Jalannya sangat cepat. Ia mencari cari seorang suster, dan memintanya untuk segera menangani mama mertuanya itu. Suster membawanya masuk, dipasangnya selang infus ditubuh mama Hana. Dan beberapa alat pacu jantung. Karena detak jantungnya melemah. Herman berjalan mondar mandir. F
Amira menghampiri mamanya yang sudah mulai yerlihat sayu. Matanya yang biasa erlihat indah, kini berwarna kelabu dan tidak terlihat segar lagi. Kulitnya mulai berwarna kuning pasi. Bibirnya tak bisa lagi berucap dengan jelas. Dengan samar-samar, Amira mendengar sedikit nasihat mama Hana. Yang ternyata itu adalah pesan terakhir untuk Amira. "Pesan mama, jagalah pernikahan kalian sampai maut memisahkan." Tersungging di bibir mama Hana, sebelum akhirnya dia menutup mata untuk selamanya. Amira masih tak menyangka, kalau mamanya sudah tak adalagi di dunia ini. Bahkan kunjungan kemarin, merupakan kunjungan terakhir mama padanya. Masih teringat jelas, bagaimana mama tersenyum saat awal datang ke rumahnya. Dan berganti menjadi tangisan, saat Amira menceritakan semua rahasia besarnya. Hingga akhirnya, mama Terlelap untuk selamanya. Kini, hanya Herman dan Vino yang Amira punya. Ia sudah kehilangan mamanya, untuk selanjutnya, ia tak mau kehilangan lagi orang-orang yang ia say
Mobil Herman mulai melaju kembali. Ia sempat melihat lalu lalang mobil ambulance, ternyata kemacetan ini disebabkan oleh kecelakaan sebuah mobil. Terdengar bisikan dari para pejalan kaki, yang menyaksikan kejadian itu. Kalau yang meninggal adalah seorang Dokter. Herman tak mempedulikan kejadian itu, baginya kecelakaan itu hanyalah kecelakaan biasa yang terjadi dijalan raya. Ia tetap fokus pada jalan didepannya. Sampai akhirnya, ia sampai dikantornya. Sambutan hangat dari para karyawannya, membuat semangat kerjanya terpacu. Kali ini, ia bukanlah Herman yang dingin, ia menjadi sedikit cair setelah kejadian kemarin. "Selamat pagi tuan." Sambutan Andi sekertarisnya saat Herman memasuki ruangannya. Herman membalas sapaan Andi."Ada apa? tumben pagi begini sudah ada diruanganku?" tanya Herman, sambil mendudukkan dirinya dikursi kebesarannya. Andi menyodorkan sebuah amplop besar warna coklat. Tanpa berkata, Herman langsung membukanya. Dilihatnya beberapa lembar foto,
Sekuat hatinya ,Amira menahan agar airmatanya tidak terus menerus jatuh. Ia merasa tak enak hati pada suaminya. Yang sudah setia menemaninya selama ini. Hanya sekitar 10 menit, Amira bangkit dari pusara Wisma. Sebagai penghormatan terakhir, ia bangkit dari pusara Wisma. Kemudian mereka menuju rumah Wisma. Untuk berpamitan pada keluarganya. Kedatngan Amira dan Herman, disambut sangat baik oleh mama Hanung, mamanya Wisma. Mama Hanung sangat tahu, tentang kisah cinta Wisma dan Amira. Mama Hanung sangat berharap Amira bisa menjadi menantunya dulu, tapi tak kesampaian, karena Amira lebih memilih Herman daripada Wisma. Matanya berbinar melihat Amira datang ke rumahnya. Mengantarkan Wisma ke tempat peristirahatan terakhirnya. Mama Hanung memeluk Amira erat. Seolah melihat kembali sosok Wisma di diri Amira, ia menangis sejadinya. Menciumi pipi dan kening Amira, secara bergantian. "Nak, kau kesini juga akhirnya, terimakasih sayang...."ucapnya terbata, sambil menangis."Apa