"Arghhhh!!! Panas, sakit. Kamu jangan diam aja dong, mas!" Jerit Marni, merasakan panas yang luar biasa seperti terbakar di area sensitif membuat perempuan itu menangis histeris bukan main.
Faiz pun segera berlari setelah menggunakan pakaian lengkap mencari keberadaan sang istri. Entah apa yang akan di lakukan pria itu mencari Aluna. "MAS FAIIZ CEPAT!!" rancu Marni meninggikan suaranya. Faiz segera datang menghampiri sang pujaan hati yang masih dalam keadaan b e r t e l a n j a n g tanpa menggunakan apapun. Dia baru saja membujuk sang istri meminta bantuan nya untuk membawa Marni ke klinik terdekat. Rasa khawatir padanya begitu kentara terlihat dari wajah tampan Faiz. "Gimana, mas? Kamu mau 'kan bawa aku ke klinik?" Marni menatap mata lelaki di depan nya. Memohon agar dirinya segera mendapatkan pertolongan. "M-maaf, Mar. Aluna tidak memberikan kita akses keluar dari rumah ini," sesal Faiz. Lelaki itu menundukkan wajahnya tidak berani menatap sang kekasih. Deg. Pandangan Marni mulai kabur seiring dengan cairan bening menguap di pelupuk mata. Merasakan sakit di sekujur tubuh membuat Marni reflek memegang kuat pada lengan Faiz. Buliran buliran bening terasa menetes pada kulit Faiz seiring dengan cengkramannya. Walaupun gadis itu tidak lagi histeris seperti tadi, namun Faiz bisa merasakan betapa menyakitkan rasa perih juga panas menjalar di sekujur tubuh Marni. "Jangan menangis,.. Aku gendong, kita ke klinik," Faiz mengusap air mata Marni yang terus mengalir tanpa berhenti. Perempuan itu menatap manik mata Faiz dengan lekat seolah menyalurkan rasa sakit yang luar biasa dia rasakan. Cup. Faiz m e n g e c u p singkat pelipis Marni, menguatkan gadis itu agar menahan sebentar saja rasa sakitnya. Setelah menutup t u b u h polos Marni menggunakan selimut Faiz membawanya keluar dari kamar. Mengingat Aluna berada di ruang keluarga ia pun berjalan ke arah pintu samping rumah yang kebetulan tidak di kunci. "Tunggu disini dulu, ya. Aku pesan taksi," kata Faiz menurunkan Marni dalam gendongan lalu menududukkan nya di bangku panjang. Beberapa menit berlalu sebuah taksi datang tepat di samping rumah tetangganya, ia tidak mau jika sang istri mengetahui jika dia membawa Marni diam-diam. Klinik Permata "Makasih ya, mas.. Kamu uda bawa aku berobat," Marni menatap sang kekasih penuh cinta. Perempuan itu merasa jika dia benar-benar sepenuhnya mendapatkan Faiz. Tidak hanya soal r@nj a n g saja dia bisa menguasai pria di sampingnya itu. Namun, kini hatinya bisa sedikit Marni kuasai. Ting. Terdengar notifikasi pesan masuk ke dalam ponsel Faiz membuat pria itu menatap tajam. [Berani juga kamu bawa dia berobat, mas? Apa kamu tidak takut jika video kalian aku kirim ke group kelurga ~ Istriku] "Sialan!" umpat Faiz. Menutup ponselnya. "Kamu mau kemana, mas?" melihat Faiz panik membuat Marni bertanya-tanya. "Kamu di sini dulu, ya. Aku ada urusan," jawab Faiz. Dia sangat buru-buru keluar dari klinik. ** "Mau kamu apa sih, Lun? Kamu ngancam suami kamu sendiri?" Ya, tebakan Aluna benar hanya dalam hitungan menit saja Faiz langsung datang menemui dirinya. Payah sekali pikir nya, hanya baru di gertak begitu saja Faiz merasa di ancam. "Kamu merasa terancam, mas? Masa sih... Tapi, kalau emang iya kenapa?" Aluna mencondongkan tubuh menatap manik mata Faiz sinis. "Sayang, aku mohon. Jangan kamu kirim video itu ke group keluarga, ya? Gini, kamu mau apa dari aku biar aku belikan," Faiz mencoba bernegosiasi. "Aku gak butuh apa-apa, mas. Lagian kalau pun kamu membeli sesuatu sudah pasti uang aku, 'kan?" Deg. "Sayang, dengerkan.. Aku hanya kasian saja sama Marni, sambal cabe yang kamu oleskan itu bisa membuat dia terluka parah," "Oh, jadi kamu menyalahkan aku, begitu?" "Bukan.. Bu-," belum sempat Faiz menjelaskan kembali Aluna memotong ucapan nya lagi. "Aku gak peduli!" jawab Aluna dengan tegas. Dia berdiri membelakangi suaminya lalu menunjukkan video syur itu hanya dalam hitungan detik rekaman akan segera terkirim pada group keluarga membuat Faiz melotot tak percaya. "J-jangan sayang, aku mohon," Faiz terus saja memohon namun Aluna peduli apa ia menekan tombol dan terkirim. Ting. Ting. Ting. Deretan pesan terdengar masuk ke dalam ponsel masing-masing. [Apa yang kamu kirim Aluna? Memalukan!] [Wihhh jago juga si Faiz, main nya] [Wah... Gak bener ini! Masa kalah sama Marni, sih] [Faiz! Keterlaluan kamu, hah! Masa sama si Marni, sih.] Berbagai pesan di tunjukkan untuk sang suami membuat hati Aluna merasa sedikit lega, akhirnya ada juga yang berpihak pada dirinya. Ia berpikir jika ibu mertua serta ipar-ipar nya akan mendukung perselingkuhan anaknya itu. "Sudah p U @ s kamu, Aluna?!" Faiz menatap nyalang."Kamu bilang aku p u a s, mas?!" Aluna menatap sendu Faiz, perempuan itu mengulang pertanyaan suaminya."Tidak! Aku belum pu@s sampai kalian benar-benar merasa menyesal." jawab Aluna tegas."Apa lagi yang akan kamu lakukan, Aluna?" "Itu urusanku!" Aluna m3mb4nt1ng pintu kamar setelah menjawab pertanyaan sang suami.Brak!** "Faiz, jadi benar selama ini kamu ada main sama Marni?" Ayu kini sudah berada di rumah putranya kembali, perempuan paruh baya itu bertanya.Faiz menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Em.. E-enggak, bu," jawabnya."Gak usah ngelak kamu, Faiz. Ibu dan yang lain sudah liat video syur kalian, memalukan sekali. Kenapa juga harus di kirim ke group sih?" "Maaf bu, Aluna yang kirim video itu," jawab Faiz menghela napas berat. Ia sudah yakin pasti ibunya akan marah."Jadi perempuan mandul, itu?" Faiz mengerutkan kening tidak mengerti dengan pertanyaan sang ibu."Istrimu yang mandul 'kan, Faiz? Sudahlah, gak apa-apa ibu dukung kamu sama Marni, dimana dia sekarang?" m
"Bagaimana keadaan kamu, Marni?" Ayu kini sudah berada di ruang inap bersama Faiz juga Aluna.Marni hendak menjawa pertanyaan sang nyonya besar namun t ata pan ma ta nya beralih pada Faiz juga Aluna."Ada apa, Marni?" kembali perempuan paruh baya itu bertanya."T-tidak, ndoro.. Saya baik-baik saja," jawab Marni terbata.Ia tidak mungkin menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, ada perasaan khawatir menyeli-muti hati Marni hingga ia memilih untuk memalingkan wajah dari sang pujaan hati."Jangan panggil saya seperti itu, kamu akan menjadi menantu saya," katanya seulas senyum terbit di b i b i r ra-nu-m Ayu.Deg."Maksud, ibu?" Aluna menatap m-ani-k ma-ta ibu mertuanya."Iya, saya akan menikahkan Faiz dengan Marni." Ayu hanya menatap wajah Aluna sekilas lalu menoleh pada yang lain.Tak kuat dengan kenyataan yang semakin meny-ak-itkan Aluna melangkah keluar dari ruangan tersebut, ia duduk di kursi ruang tunggu seraya meremas jari jemarinya.Tete-san demi tete-san tak bisa Aluna tahan lagi
"Apa maksud kamu, Mas?!" Marni tersulut es mo si, peremempuan itu bahkan sampai duduk mendengar pengakuan dari Faiz.Faiz menoleh pada Marni menatap begitu t a j a m, "Memang itu kenyataan nya, Marni. Saya tidak pernah cin-ta sama kamu," Deg.Lagi-lagi Marni tersentak kaget mendengar pengakuan yang selama ini bertolak belakang dengan tingkah juga sikapnya."Kamu kenapa, mas? Bukan kah kamu sangat suka m3nikm4ti t u b u h ku?" katanya lagi masih menatap manik mata Faiz tidak percaya.Di tatap seperti itu oleh Marni membuat Faiz memalingkan wajahnya. Perempuan itu yakin jika lelaki di hadapan nya kini sangat menc-intai dirinya namun sukar untuk mengatakan hal tersebut.Jika memang Faiz tidak mencin-tainya tidak mungkin dia akan mempertahankan janin di dalam kand-ungan nya."Jawab, mas!" bentak Marni membuat Faiz menatap nyalang. Dia tidak suka di teriaki seperti ini terutama oleh perempuan yang bukan siapa-siapa di hidupnya."Sudah saya katakan kalau itu hanya n a f s u, bukan cinta."
"Aduh, bu... Perut aku sa ki t," keluh Marni, perempuan itu memagang p e r u t nya sendiri mungkin merasa melilit. "Aluna, apa yang kamu masukkan ke da la m mie ini?" Ayu menatap ta ja m menantunya itu, ia pun merasakan hal yang sama ingin buang air besar. Pret Pret Terdengar bunyi nyaring tentu saja membuat Aluna spontan mengibaskan tangan ke depan hidung mancung. Ia sungguh di buat bahagia melihat pemandangan seperti ini, mertua nya itu begitu julid mendukung per seli ngku han putranya sendiri. Bukan ia ja ha t hanya saja terlalu gemas jika mereka di biarkan begitu saja. Mana mungkin Aluna sendiri tidak melakukan apapun ketika dirinya di tindas hanya karena belum memiliki keturunan. Saat langkah nya akan menaiki undakan tangga Marni pun menahan lengan sang majikan membuat Aluna mengerutkan kening, "Tunggu, aku akan laporin mas Faiz kalau kamu menaruh banyak cabe di makanan aku dan ibu," katanya sedikit mengancam. "Aw... Takut, laporin aja." jawab Aluna santai, ia tida
Aluna tersenyum puas dia saat ini tengah berada di sebuah salon kecantikan m3n!km4t1 p1j@t4n lembut di seluruh badannya."Pasti mas Faiz lagi kepanasan tuh, bingung bayar tagihan rumah sakit." gumam Aluna, S e n t u h a n demi s e n t u h a n Aluna rasakan dari terapis khusus perempuan di tempat spa. Ia baru lagi merasakan me time setelah beberapa bulan lama nya, kali ini Aluna benar-benar memanjakan diri."Maaf, kak. Jadi body scrub nya mau yang mana?" tanya therapis tersebut setelah selesai m3m1j@t seluruh badan Aluna."Coklat s u s u aja, mbak." jawab Aluna, ia memejamkan mata sungguh di buat terbuai dengan wangi aroma therapi khas di ruangan spa itu.Therapis perempuan bernama Sri terlihat dari name tage pakaian khas karyawan spa tersebut, mengoleskan body scrub ke seluruh badan ramping Aluna.Tidak lama Sri mulai menggossokkan body scrub itu sedikit kering agar kotoran-kotoran yang menempel pada kulit cantik Aluna dapat terangkat dengan sempurna.Ddddrrrttt "Maaf mbak, pons
"Ah, iya mas.. Lebih d a l a m." Deg. Degub jantung Aluna seketika berpacu dengan cepat ketika mendengar sayup-sayup l e n g u h a n dari seorang perempuan. 'Suara itu?' batin Aluna, menerka-nerka.Langkah Aluna mengendap-ngendap rasa penasaran semakin tinggi seiring dengan l e n g u h a n tak pantas dirinya dengar.Seingat dia hanya Marni sang Art yang ada di rumah ketika dia pergi ke rumah sakit untuk mengurus ibu mertuanya terlebih dahulu.BRAK! Pintu di buka dengan keras Aluna sudah siap dengan ponsel yang mengarah pada mereka.CEKREK.Deg!Aluna terdiam seketika melihat pasangan sejoli tengah memadu kasih itu di atas r@nj@ng. Badan nya bergetar hebat seiring ponsel yang dia masukkan ke dalam saku pakaian.PRANG! Aluna memb4nt1ng vas bunga yang ada di kamar.BUGH! tidak hanya itu saja, Aluna pun melempar photo-photo yang terpajang di atas nakas."Kurang ajar. Begini kelakuan kalian di belakang, saya! Hah?!" Aluna menarik rambut Marni yang terurai."Aaaaa, mas tolong rambutku s
BRAK! Faiz juga Aluna melihat ke arah pintu kamar mereka."Yang sopan dong kalau mau masuk!" Aluna terlihat santai, perempuan cantik itu melipat kedua tangan di depan d a d a melihat apa yang akan di lakukan plakor rasa pembantu."Diam, kamu! Saya mau bicara sama mas Faiz." bentak Marni, menghampiri majikan laki-laki sebagai sang kekasih.'Berani juga nyalinya.' batin Aluna."Apa ini balasan kamu, mas? Setelah kamu m3n1km4t1 seluruh tubuhku ini, hah?!" Marni memelas menatap sendu pria yang masih berstatus suami majikan nya itu."Ck. Menjijikan," Aluna berjalan keluar dia sudah tidak sanggup mendengar apapun lagi yang keluar dari mulut pembantunya itu."Aluna, kamu mau kemana?" Faiz mengalihkan pertanyaan pada sang istri, mengabaikan Marni."Bukan urusan kamu, Mas!" Aluna menjawab seraya pergi dari ruangan.Faiz hendak menyusul langkah sang istri. Tetapi, Marni menahan lengan nya."Tunggu, Mas. Kamu belum jawab pertanyaanku," Marni mentap mata Faiz begitu dalam."Oke, kamu tunggu disi
Di sudut kamar yang remang, suara tangis terdengar sangat pelan, hampir tertelan oleh hening nya malam.Mata Aluna basah, Air mata nya mengalir tanpa henti m e m b a s a h i pipinya yang dingin. Sesekali ia menarik napas panjang mencoba menguasai dirinya, namun isakan kecil pecah di sela b i b i r nya.Jari jemari nya bergetar saat ia mencoba menyeka air mata yang terus menerus berjatuhan, seolah tak ingin berhenti. Hatinya terasa sesak mengingat apa yang telah di lakukan sang suami bersama art di rumahnya."A-aku... Harus kuat," lirihnya menyeka air mata.Helaan napas panjang Aluna keluarkan demi bisa berdamai dengan dirinya sendiri, ia harus bisa menguasai perasaan sakit itu walau sulit.Aluna sudah memikirkan cara nya agar suami bersama gundiknya merasa terancam tidak bisa berkutik. Ceklek."Sayang," Faiz membuka pintu kamar mereka. Ia masuk begitu d a l a m menghidupkan penerangan di sana.Melihat sang istri tertidur membelakangi membuat seulas senyum terbit dari wajah tampan san
Aluna tersenyum puas dia saat ini tengah berada di sebuah salon kecantikan m3n!km4t1 p1j@t4n lembut di seluruh badannya."Pasti mas Faiz lagi kepanasan tuh, bingung bayar tagihan rumah sakit." gumam Aluna, S e n t u h a n demi s e n t u h a n Aluna rasakan dari terapis khusus perempuan di tempat spa. Ia baru lagi merasakan me time setelah beberapa bulan lama nya, kali ini Aluna benar-benar memanjakan diri."Maaf, kak. Jadi body scrub nya mau yang mana?" tanya therapis tersebut setelah selesai m3m1j@t seluruh badan Aluna."Coklat s u s u aja, mbak." jawab Aluna, ia memejamkan mata sungguh di buat terbuai dengan wangi aroma therapi khas di ruangan spa itu.Therapis perempuan bernama Sri terlihat dari name tage pakaian khas karyawan spa tersebut, mengoleskan body scrub ke seluruh badan ramping Aluna.Tidak lama Sri mulai menggossokkan body scrub itu sedikit kering agar kotoran-kotoran yang menempel pada kulit cantik Aluna dapat terangkat dengan sempurna.Ddddrrrttt "Maaf mbak, pons
"Aduh, bu... Perut aku sa ki t," keluh Marni, perempuan itu memagang p e r u t nya sendiri mungkin merasa melilit. "Aluna, apa yang kamu masukkan ke da la m mie ini?" Ayu menatap ta ja m menantunya itu, ia pun merasakan hal yang sama ingin buang air besar. Pret Pret Terdengar bunyi nyaring tentu saja membuat Aluna spontan mengibaskan tangan ke depan hidung mancung. Ia sungguh di buat bahagia melihat pemandangan seperti ini, mertua nya itu begitu julid mendukung per seli ngku han putranya sendiri. Bukan ia ja ha t hanya saja terlalu gemas jika mereka di biarkan begitu saja. Mana mungkin Aluna sendiri tidak melakukan apapun ketika dirinya di tindas hanya karena belum memiliki keturunan. Saat langkah nya akan menaiki undakan tangga Marni pun menahan lengan sang majikan membuat Aluna mengerutkan kening, "Tunggu, aku akan laporin mas Faiz kalau kamu menaruh banyak cabe di makanan aku dan ibu," katanya sedikit mengancam. "Aw... Takut, laporin aja." jawab Aluna santai, ia tida
"Apa maksud kamu, Mas?!" Marni tersulut es mo si, peremempuan itu bahkan sampai duduk mendengar pengakuan dari Faiz.Faiz menoleh pada Marni menatap begitu t a j a m, "Memang itu kenyataan nya, Marni. Saya tidak pernah cin-ta sama kamu," Deg.Lagi-lagi Marni tersentak kaget mendengar pengakuan yang selama ini bertolak belakang dengan tingkah juga sikapnya."Kamu kenapa, mas? Bukan kah kamu sangat suka m3nikm4ti t u b u h ku?" katanya lagi masih menatap manik mata Faiz tidak percaya.Di tatap seperti itu oleh Marni membuat Faiz memalingkan wajahnya. Perempuan itu yakin jika lelaki di hadapan nya kini sangat menc-intai dirinya namun sukar untuk mengatakan hal tersebut.Jika memang Faiz tidak mencin-tainya tidak mungkin dia akan mempertahankan janin di dalam kand-ungan nya."Jawab, mas!" bentak Marni membuat Faiz menatap nyalang. Dia tidak suka di teriaki seperti ini terutama oleh perempuan yang bukan siapa-siapa di hidupnya."Sudah saya katakan kalau itu hanya n a f s u, bukan cinta."
"Bagaimana keadaan kamu, Marni?" Ayu kini sudah berada di ruang inap bersama Faiz juga Aluna.Marni hendak menjawa pertanyaan sang nyonya besar namun t ata pan ma ta nya beralih pada Faiz juga Aluna."Ada apa, Marni?" kembali perempuan paruh baya itu bertanya."T-tidak, ndoro.. Saya baik-baik saja," jawab Marni terbata.Ia tidak mungkin menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, ada perasaan khawatir menyeli-muti hati Marni hingga ia memilih untuk memalingkan wajah dari sang pujaan hati."Jangan panggil saya seperti itu, kamu akan menjadi menantu saya," katanya seulas senyum terbit di b i b i r ra-nu-m Ayu.Deg."Maksud, ibu?" Aluna menatap m-ani-k ma-ta ibu mertuanya."Iya, saya akan menikahkan Faiz dengan Marni." Ayu hanya menatap wajah Aluna sekilas lalu menoleh pada yang lain.Tak kuat dengan kenyataan yang semakin meny-ak-itkan Aluna melangkah keluar dari ruangan tersebut, ia duduk di kursi ruang tunggu seraya meremas jari jemarinya.Tete-san demi tete-san tak bisa Aluna tahan lagi
"Kamu bilang aku p u a s, mas?!" Aluna menatap sendu Faiz, perempuan itu mengulang pertanyaan suaminya."Tidak! Aku belum pu@s sampai kalian benar-benar merasa menyesal." jawab Aluna tegas."Apa lagi yang akan kamu lakukan, Aluna?" "Itu urusanku!" Aluna m3mb4nt1ng pintu kamar setelah menjawab pertanyaan sang suami.Brak!** "Faiz, jadi benar selama ini kamu ada main sama Marni?" Ayu kini sudah berada di rumah putranya kembali, perempuan paruh baya itu bertanya.Faiz menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Em.. E-enggak, bu," jawabnya."Gak usah ngelak kamu, Faiz. Ibu dan yang lain sudah liat video syur kalian, memalukan sekali. Kenapa juga harus di kirim ke group sih?" "Maaf bu, Aluna yang kirim video itu," jawab Faiz menghela napas berat. Ia sudah yakin pasti ibunya akan marah."Jadi perempuan mandul, itu?" Faiz mengerutkan kening tidak mengerti dengan pertanyaan sang ibu."Istrimu yang mandul 'kan, Faiz? Sudahlah, gak apa-apa ibu dukung kamu sama Marni, dimana dia sekarang?" m
"Arghhhh!!! Panas, sakit. Kamu jangan diam aja dong, mas!" Jerit Marni, merasakan panas yang luar biasa seperti terbakar di area sensitif membuat perempuan itu menangis histeris bukan main.Faiz pun segera berlari setelah menggunakan pakaian lengkap mencari keberadaan sang istri. Entah apa yang akan di lakukan pria itu mencari Aluna."MAS FAIIZ CEPAT!!" rancu Marni meninggikan suaranya.Faiz segera datang menghampiri sang pujaan hati yang masih dalam keadaan b e r t e l a n j a n g tanpa menggunakan apapun.Dia baru saja membujuk sang istri meminta bantuan nya untuk membawa Marni ke klinik terdekat. Rasa khawatir padanya begitu kentara terlihat dari wajah tampan Faiz."Gimana, mas? Kamu mau 'kan bawa aku ke klinik?" Marni menatap mata lelaki di depan nya. Memohon agar dirinya segera mendapatkan pertolongan."M-maaf, Mar. Aluna tidak memberikan kita akses keluar dari rumah ini," sesal Faiz. Lelaki itu menundukkan wajahnya tidak berani menatap sang kekasih.Deg.Pandangan Marni mulai ka
Di sudut kamar yang remang, suara tangis terdengar sangat pelan, hampir tertelan oleh hening nya malam.Mata Aluna basah, Air mata nya mengalir tanpa henti m e m b a s a h i pipinya yang dingin. Sesekali ia menarik napas panjang mencoba menguasai dirinya, namun isakan kecil pecah di sela b i b i r nya.Jari jemari nya bergetar saat ia mencoba menyeka air mata yang terus menerus berjatuhan, seolah tak ingin berhenti. Hatinya terasa sesak mengingat apa yang telah di lakukan sang suami bersama art di rumahnya."A-aku... Harus kuat," lirihnya menyeka air mata.Helaan napas panjang Aluna keluarkan demi bisa berdamai dengan dirinya sendiri, ia harus bisa menguasai perasaan sakit itu walau sulit.Aluna sudah memikirkan cara nya agar suami bersama gundiknya merasa terancam tidak bisa berkutik. Ceklek."Sayang," Faiz membuka pintu kamar mereka. Ia masuk begitu d a l a m menghidupkan penerangan di sana.Melihat sang istri tertidur membelakangi membuat seulas senyum terbit dari wajah tampan san
BRAK! Faiz juga Aluna melihat ke arah pintu kamar mereka."Yang sopan dong kalau mau masuk!" Aluna terlihat santai, perempuan cantik itu melipat kedua tangan di depan d a d a melihat apa yang akan di lakukan plakor rasa pembantu."Diam, kamu! Saya mau bicara sama mas Faiz." bentak Marni, menghampiri majikan laki-laki sebagai sang kekasih.'Berani juga nyalinya.' batin Aluna."Apa ini balasan kamu, mas? Setelah kamu m3n1km4t1 seluruh tubuhku ini, hah?!" Marni memelas menatap sendu pria yang masih berstatus suami majikan nya itu."Ck. Menjijikan," Aluna berjalan keluar dia sudah tidak sanggup mendengar apapun lagi yang keluar dari mulut pembantunya itu."Aluna, kamu mau kemana?" Faiz mengalihkan pertanyaan pada sang istri, mengabaikan Marni."Bukan urusan kamu, Mas!" Aluna menjawab seraya pergi dari ruangan.Faiz hendak menyusul langkah sang istri. Tetapi, Marni menahan lengan nya."Tunggu, Mas. Kamu belum jawab pertanyaanku," Marni mentap mata Faiz begitu dalam."Oke, kamu tunggu disi
"Ah, iya mas.. Lebih d a l a m." Deg. Degub jantung Aluna seketika berpacu dengan cepat ketika mendengar sayup-sayup l e n g u h a n dari seorang perempuan. 'Suara itu?' batin Aluna, menerka-nerka.Langkah Aluna mengendap-ngendap rasa penasaran semakin tinggi seiring dengan l e n g u h a n tak pantas dirinya dengar.Seingat dia hanya Marni sang Art yang ada di rumah ketika dia pergi ke rumah sakit untuk mengurus ibu mertuanya terlebih dahulu.BRAK! Pintu di buka dengan keras Aluna sudah siap dengan ponsel yang mengarah pada mereka.CEKREK.Deg!Aluna terdiam seketika melihat pasangan sejoli tengah memadu kasih itu di atas r@nj@ng. Badan nya bergetar hebat seiring ponsel yang dia masukkan ke dalam saku pakaian.PRANG! Aluna memb4nt1ng vas bunga yang ada di kamar.BUGH! tidak hanya itu saja, Aluna pun melempar photo-photo yang terpajang di atas nakas."Kurang ajar. Begini kelakuan kalian di belakang, saya! Hah?!" Aluna menarik rambut Marni yang terurai."Aaaaa, mas tolong rambutku s