Di sudut kamar yang remang, suara tangis terdengar sangat pelan, hampir tertelan oleh hening nya malam.
Mata Aluna basah, Air mata nya mengalir tanpa henti m e m b a s a h i pipinya yang dingin. Sesekali ia menarik napas panjang mencoba menguasai dirinya, namun isakan kecil pecah di sela b i b i r nya. Jari jemari nya bergetar saat ia mencoba menyeka air mata yang terus menerus berjatuhan, seolah tak ingin berhenti. Hatinya terasa sesak mengingat apa yang telah di lakukan sang suami bersama art di rumahnya. "A-aku... Harus kuat," lirihnya menyeka air mata. Helaan napas panjang Aluna keluarkan demi bisa berdamai dengan dirinya sendiri, ia harus bisa menguasai perasaan sakit itu walau sulit. Aluna sudah memikirkan cara nya agar suami bersama gundiknya merasa terancam tidak bisa berkutik. Ceklek. "Sayang," Faiz membuka pintu kamar mereka. Ia masuk begitu d a l a m menghidupkan penerangan di sana. Melihat sang istri tertidur membelakangi membuat seulas senyum terbit dari wajah tampan sang empunya. M e m b e l a i rambut hitam nan lebat Faiz merasakan bagaimana rapuhnya wanita yang saat ini masih dia cintai juga berstatus sebagai istri. Kabar kehamilan Marni membuat hati Faiz begitu bahagia bukan main, tetapi dia juga sadar dengan sang istri tidak mudah menerima kenyataan ini. Apalagi dengan pengkhianatan harus terbongkar seperti ini membuat Faiz tidak bisa menentukan pilihan. "Maafkan aku,..." lirih Faiz, lelaki itu meneteskan air matanya. Memeluk sang istri dari belakang tanpa pemberontakan membuat Faiz yakin jika istrinya sudah terlelap. Tidak hanya pelukan ia menghujani k e c u p a n singkat padanya. Meyalurkan permintaan maafnya melalui k e c u p a n itu membuat Faiz terhenyak oleh perbuatan nya sendiri. "Kacau," gumam Faiz, ia merasakan gejolak dalam dirinya yang ingin menyalurkan segala h a s r a t kelelakian nya. Sadar akan tidak mungkin jika ia mendapatkan nya dari sang istri yang tengah merajuk. Faiz pun perlahan turun dari tempat tidur. Melangkah dengan penuh kehati hatia seraya mematikan lampu juga menutup pintu kamar kembali. Walau jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua dini hari tetapi ia yakin jika Marni penyalur h a s r a t n ya itu sudah pasti akan bersedia m e l a y a n i n y a. Seulas senyum membuat Faiz tidak sabar ingin segera mengajak gadis itu bermain-main di atas r a n j a n g. Ceklek. Pintu kamar Marni selalu saja lupa di kunci membuat Faiz dengan bebas bisa masuk kapan saja dia inginkan. "Mas Faiz," Marni membelakkan mata ketika dia merasakan tangan kekar itu melingkar di perutnya. Sontak saja dia pun terbangun melihat dengan jelas wajah tampan sang majikan. "Ssstt, jangan teriak-teriak nanti istri saya bangun," bisiknya membuat Marni melayang-layang. Bagaimana tidak di tengah suasana genting seperti ini Faiz justru mengingkan nya. Padahal sudah jelas jika Aluna tengah marah besar pada laki-laki itu. Tapi, jika sudah seperti ini mana bisa Marni pun menolak keinginan sang pujaan hati. ** "Aku tau, kamu akan ke kamar Marni kan, mas?" Aluna bertanya pada dirinya sendiri. Ia duduk di tepi r a n j a n g menatap kosong di depan nya. Buliran bening tak terasa jatuh lagi mengingat bagaimana panas nya r a n j a n g mereka ketika ia menangkap b a s a h sang suami. Namun, dengan tangan bergetar hebat Aluna menyeka air bening itu tidak pantas dia keluarkan untuk laki-laki seperti Faiz. Tekadnya sudah yakin dia ingin sekali memberi peringatan pada perempuan murahan itu. Segera Aluna mengambil sesuatu dari dalam laci nakas samping tempat tidur. Dengan perlahan Aluna melangkah menuruni undakan tangga. Deg. 'Menjijikan' batin Aluna, ia berusaha menutup kedua telinganya sendiri mendengar d e s a h a n yang berhasil lolos dari kedua mahluk laknat tersebut. Aluna merogoh saku pakaian, dimana ponselnya berada. Kamera belakang pun dia hidupkan untuk merekam adegan p a n a s tersebut. Dengan sangat hati-hati Aluna membuka jendela yang sedikit terbuka. Sangat jelas apa yang mereka lakukan di dalam sana. Menyentuh tombol klik rekam, ia pun mengalihkan pandangan tidak kuat melihat adegan itu di depan kepala nya sendiri. Hampir dua puluh menit Aluna merasakan sakit di hatinya ia tidak menyangka jika suami nya akan melakukan hal yang sama dalam keadaan mereka tengah tidak baik-baik saja. Air mata nya sudah tidak bisa dia bendung lagi kini Aluna menangis menumpahkan segala rasa di d a d a n y awalau harus membekap mulutnya sendiri. Dirasa sudah lebih baik Aluna pun berdiri siap dengan segala ujian di depan nya. BRAK! Kedua bola mata Faiz juga Marni menatap Aluna yang mendobrak pintu kamarnya. Aluna berjalan menghampiri dua sejoli yang tengah memadu kasih itu. Mata nya terlihat merah menahan gejolak segala rasa di dalam d a d a. Tentu saja melihat Aluna seperti itu membuat Marni juga Faiz merasa was-was. "Rasakan ini!" pekik Aluna, mengeluarkan benda lalu mengoleskan sesuatu tersebut pada area sensitif milik Marina yang sebelumnya Aluna menyibakkan selimut. "Aws.... Tolong perih!" jerit Marina membuat Faiz melongo tidak percaya. Sebagai laki-laki Faiz akan menolong Marina yang kesakitan namun tangan nya di cegah oleh Aluna membuat nya menoleh. BYUUURRRR Aluna mengguyur wajah tampan sang suami dengan air kopi yang mungkin tidak sempat laki-laki itu minum. "Aws... Mas, ini aku perih tolong dong, mas. Sakit panas lagi," rengek Marni."Arghhhh!!! Panas, sakit. Kamu jangan diam aja dong, mas!" Jerit Marni, merasakan panas yang luar biasa seperti terbakar di area sensitif membuat perempuan itu menangis histeris bukan main.Faiz pun segera berlari setelah menggunakan pakaian lengkap mencari keberadaan sang istri. Entah apa yang akan di lakukan pria itu mencari Aluna."MAS FAIIZ CEPAT!!" rancu Marni meninggikan suaranya.Faiz segera datang menghampiri sang pujaan hati yang masih dalam keadaan b e r t e l a n j a n g tanpa menggunakan apapun.Dia baru saja membujuk sang istri meminta bantuan nya untuk membawa Marni ke klinik terdekat. Rasa khawatir padanya begitu kentara terlihat dari wajah tampan Faiz."Gimana, mas? Kamu mau 'kan bawa aku ke klinik?" Marni menatap mata lelaki di depan nya. Memohon agar dirinya segera mendapatkan pertolongan."M-maaf, Mar. Aluna tidak memberikan kita akses keluar dari rumah ini," sesal Faiz. Lelaki itu menundukkan wajahnya tidak berani menatap sang kekasih.Deg.Pandangan Marni mulai ka
"Kamu bilang aku p u a s, mas?!" Aluna menatap sendu Faiz, perempuan itu mengulang pertanyaan suaminya."Tidak! Aku belum pu@s sampai kalian benar-benar merasa menyesal." jawab Aluna tegas."Apa lagi yang akan kamu lakukan, Aluna?" "Itu urusanku!" Aluna m3mb4nt1ng pintu kamar setelah menjawab pertanyaan sang suami.Brak!** "Faiz, jadi benar selama ini kamu ada main sama Marni?" Ayu kini sudah berada di rumah putranya kembali, perempuan paruh baya itu bertanya.Faiz menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Em.. E-enggak, bu," jawabnya."Gak usah ngelak kamu, Faiz. Ibu dan yang lain sudah liat video syur kalian, memalukan sekali. Kenapa juga harus di kirim ke group sih?" "Maaf bu, Aluna yang kirim video itu," jawab Faiz menghela napas berat. Ia sudah yakin pasti ibunya akan marah."Jadi perempuan mandul, itu?" Faiz mengerutkan kening tidak mengerti dengan pertanyaan sang ibu."Istrimu yang mandul 'kan, Faiz? Sudahlah, gak apa-apa ibu dukung kamu sama Marni, dimana dia sekarang?" m
"Bagaimana keadaan kamu, Marni?" Ayu kini sudah berada di ruang inap bersama Faiz juga Aluna.Marni hendak menjawa pertanyaan sang nyonya besar namun t ata pan ma ta nya beralih pada Faiz juga Aluna."Ada apa, Marni?" kembali perempuan paruh baya itu bertanya."T-tidak, ndoro.. Saya baik-baik saja," jawab Marni terbata.Ia tidak mungkin menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, ada perasaan khawatir menyeli-muti hati Marni hingga ia memilih untuk memalingkan wajah dari sang pujaan hati."Jangan panggil saya seperti itu, kamu akan menjadi menantu saya," katanya seulas senyum terbit di b i b i r ra-nu-m Ayu.Deg."Maksud, ibu?" Aluna menatap m-ani-k ma-ta ibu mertuanya."Iya, saya akan menikahkan Faiz dengan Marni." Ayu hanya menatap wajah Aluna sekilas lalu menoleh pada yang lain.Tak kuat dengan kenyataan yang semakin meny-ak-itkan Aluna melangkah keluar dari ruangan tersebut, ia duduk di kursi ruang tunggu seraya meremas jari jemarinya.Tete-san demi tete-san tak bisa Aluna tahan lagi
"Apa maksud kamu, Mas?!" Marni tersulut es mo si, peremempuan itu bahkan sampai duduk mendengar pengakuan dari Faiz.Faiz menoleh pada Marni menatap begitu t a j a m, "Memang itu kenyataan nya, Marni. Saya tidak pernah cin-ta sama kamu," Deg.Lagi-lagi Marni tersentak kaget mendengar pengakuan yang selama ini bertolak belakang dengan tingkah juga sikapnya."Kamu kenapa, mas? Bukan kah kamu sangat suka m3nikm4ti t u b u h ku?" katanya lagi masih menatap manik mata Faiz tidak percaya.Di tatap seperti itu oleh Marni membuat Faiz memalingkan wajahnya. Perempuan itu yakin jika lelaki di hadapan nya kini sangat menc-intai dirinya namun sukar untuk mengatakan hal tersebut.Jika memang Faiz tidak mencin-tainya tidak mungkin dia akan mempertahankan janin di dalam kand-ungan nya."Jawab, mas!" bentak Marni membuat Faiz menatap nyalang. Dia tidak suka di teriaki seperti ini terutama oleh perempuan yang bukan siapa-siapa di hidupnya."Sudah saya katakan kalau itu hanya n a f s u, bukan cinta."
"Aduh, bu... Perut aku sa ki t," keluh Marni, perempuan itu memagang p e r u t nya sendiri mungkin merasa melilit. "Aluna, apa yang kamu masukkan ke da la m mie ini?" Ayu menatap ta ja m menantunya itu, ia pun merasakan hal yang sama ingin buang air besar. Pret Pret Terdengar bunyi nyaring tentu saja membuat Aluna spontan mengibaskan tangan ke depan hidung mancung. Ia sungguh di buat bahagia melihat pemandangan seperti ini, mertua nya itu begitu julid mendukung per seli ngku han putranya sendiri. Bukan ia ja ha t hanya saja terlalu gemas jika mereka di biarkan begitu saja. Mana mungkin Aluna sendiri tidak melakukan apapun ketika dirinya di tindas hanya karena belum memiliki keturunan. Saat langkah nya akan menaiki undakan tangga Marni pun menahan lengan sang majikan membuat Aluna mengerutkan kening, "Tunggu, aku akan laporin mas Faiz kalau kamu menaruh banyak cabe di makanan aku dan ibu," katanya sedikit mengancam. "Aw... Takut, laporin aja." jawab Aluna santai, ia tida
Aluna tersenyum puas dia saat ini tengah berada di sebuah salon kecantikan m3n!km4t1 p1j@t4n lembut di seluruh badannya."Pasti mas Faiz lagi kepanasan tuh, bingung bayar tagihan rumah sakit." gumam Aluna, S e n t u h a n demi s e n t u h a n Aluna rasakan dari terapis khusus perempuan di tempat spa. Ia baru lagi merasakan me time setelah beberapa bulan lama nya, kali ini Aluna benar-benar memanjakan diri."Maaf, kak. Jadi body scrub nya mau yang mana?" tanya therapis tersebut setelah selesai m3m1j@t seluruh badan Aluna."Coklat s u s u aja, mbak." jawab Aluna, ia memejamkan mata sungguh di buat terbuai dengan wangi aroma therapi khas di ruangan spa itu.Therapis perempuan bernama Sri terlihat dari name tage pakaian khas karyawan spa tersebut, mengoleskan body scrub ke seluruh badan ramping Aluna.Tidak lama Sri mulai menggossokkan body scrub itu sedikit kering agar kotoran-kotoran yang menempel pada kulit cantik Aluna dapat terangkat dengan sempurna.Ddddrrrttt "Maaf mbak, pons
Faiz tidak main-main dengan ucapan nya ia segera bersiap akan mendatangi kantor pusat dimana Aluna menjabat sebagai direktur di perushaaan itu.Walaupun dia yang memimpin sebagai ceo tetap saja Aluna lah, yang berhak mengatur segala apapun yang berkaitan dengan perusahaan."Selamat siang, pak." sapa satpam disana, melihat Faiz berjalan masuk ke dalam gedung bertingkat.seperti biasa image Faiz di perusahaan memang terkenal cukup dingin cuek, dan menjadi incaran para karyawan wanita.Tidak tahu saja jika bos dingin mereka itu seleranya turun derajat! Ups :v"Lin, apa kamu megang uang cash perusahaan?" tanya Faiz, ia baru saja masuk ke dalam ruangan Linda, sebagai staf keuangan."Ada sih, pak.. Tapi, gak begitu banyak. Memang nya kenapa?" Linda berbalik tanya pada lawan bicara menatap nya penuh waspada."Gak apa-apa hanya saja.. Kata istriku dia sedang butuh uang banyak," Faiz berusaha menunjukkan wajah dramatis agar Linda dapat mempercayainya.Linda mengerutkan kening tidak mengerti, "
Faiz juga sang ibu menertawakan penderitaan Aluna, mereka tidak mau ikut pusing dengan urusan keuangaan perusahaan Aluna yang mereka pikir tidak seberapa itu.Yang terpenting saat ini ia bisa menikmati uang tersebut dengan bebas tanpa harus mengemis-ngemis terlebih dahulu pada Aluna."Em, bu.. Aku boleh bicara?" ragu-ragu Marni bertanya.Ketiganya telah selesai makan dan saat ini Ayu tengah menikmati waktu senja dengan camilan dan juga teh hangat buatan Marni, di depan rumah mereka terdapat spot taman kecil nan estetik."Silahkan, Marni.. Tidak usah sungkan, kamu sebentar lagi akan menjadi menantu saya," jawab Ayu, kemudian mengambil sepotong roti di atas piring.Marni pun tersenyum ia sangat bersyukur di pertemukan dengan laki-laki seperti Faiz, meskipun mereka terlibat cinta terlarang."Apa boleh aku meminta mas Faiz secepatnya menikahiku, karena bagaimana pun juga kandunganku semakin hari semakin membesar.. Tidak mungkin jika aku mengandung masih di rumah ini," "Ibu sudah pikirkan
Duarr !!! Hujan tiba-tiba saja lebat membuat Faiz terjebak di dalam rumah Atika. Tidak ada siapapun di rumah sederhana itu hanya ada Faiz dan juga Atika, sementara anaknya Atika sudah tertidur begitu pulas."Dingin banget, ya." Faiz menggosokkan kedua lengannya. Cuaca di luar terasa begitu menusuk ke dalam kulit mulus Faiz.Hanya teh hangat yang menemani dirinya di ruang tamu sederhana itu. Sementara Atika kini tengah berada di dapur kembali ketika pria tadi mengatakan jika dirinya kedinginan."Aduh, mana gas nya habis lagi mau buatin kopi juga," keluh Atika. Mencari air panas tetapi sama semua nya telah kosong karena dia memang tidak pernah mendapatkan tamu dari luar."Akang, gas nya habis saya tidak bisa buatkan kopi," Atika duduk kembali di sebrang meja. "Tidak apa-apa, mungkin sebentar lagi hujan nya reda." jawab Faiz.Atika menganggukkan kepala, jujur saja dirinya senang jika ada yang menemani seperti ini di rumahnya. Tetapi tetap saja perasaan nya was-was jika para tetangga ak
"Mas.. Itu perhiasan aku, masa kamu diam aja sih." Marni tidak terima jika semua perhiasan yang dia gunakan setelah acara pernikahan mereka di lepas paksa begitu saja.Meski dia tahu semua perhiasan tersebut adalah milik istri sah suaminya, Aluna. Namun, tetap saja ia merasa kesal apalagi benda itu termasuk ke dalam maharnya."Mas." rengek Marni lagi."Ingat Faiz. Urusan kamu dengan bu Aluna belum selesai sampai disini!" kata orang bertubuh tinggi dan besar, melihat otot-otot yang nyaris keluar tentu saja membuat semua yang melihat bergidig ngeri.Mereka pun pergi dari halaman rumah sederhana milik Marni. "Oh, ternyata si Marni teh istri simpanan kitu nya... Ih mau-mau aja jadi istri simpanan," nyinyir salah satu tetangga yang menyaksikan kegaduhan tersebut.Bagaimana tidak mobil jeev yang di kendarai dua orang berbadan kekar tersebut masuk ke dalam wilayah perkampungan juga mengetuk pintu rumah dengan secara kasar.Warga sekitar tengah tertidur pun terbangun karena mendengar gedoran
Pagi buta Marni sudah di rias sedimikian rupa oleh tangan prefesional dari jakarta pilihan mertuanya. Gadis kampung itu sudah memakai gaun pengantin rancangan desainer ternama ksusus untuk acara keluarga Faiz."Mbak, kok rok nya sempit banget ya... Aku pengap ini," keluh Marni. Ia merasa jika rok pakaian adat yang di gunakan terlalu sempit hingga perutnya terasa di tekan."Masa sih? Ini kan yang waktu itu mbak cobain," "Aduh mbak gimana sih, ini sempit banget tau. Gak ada rok yang lain lagi?" Marni mencoba untuk tidak marah-marah."Gak ada lagi, kita bawa sesuai dengan yang waktu itu kita feeting.. Lagian uda tau mau nikah masih aja makan banyak, jadi gini kan gak muat," omel salah satu karyawan dari perias ternama itu.Ingin sekali Marni menegur karyawan tersebut tapi nyalinya mendadak menciut mengingat jika saat ini dia tengah mengandung buah cintanya bersama Faiz. Tidak mungkin jika dirinya mempermalukan kedua orang tuanya yang sudah pasti bangga memiliki anak menikah dengan peng
Pagi-pagi sekali terdengar siulan Faiz yang tengah menyisir rambut basah, ia senyum-senyum sendiri membayangkan betapa bahagia nya saat semalam memadu kasih bersama Marni, gadis yang berhasil memuaskan di atas ranjang."Ah, Marni..., kamu..," Faiz meraba bibirnya sendiri, betapa malam itu ia bener-benar melayang bersama Marni.Kepuasaan di atas ranjang membuat Faiz lupa semua nya."Mas, mau teh atau kopi?" Marni baru saja keluar dari dalam kamar mandi, pakaian nya memang terlihat biasa saja namun, leher putih Marni terdapat jejak-jejak cinta Faiz membuat lelaki itu tersenyum penuh arti."Ko senyum?" Marni mengerutkan kening.Cup! Faiz mengecup bibir Marni sekilas, kemudian ia tersenyum menatap wajah perempuan di depan nya."Kamu kenapa sih, mas?" "Gak apa-apa, .. Oia, aku mau berangkat langsung aja ada urusan yang harus aku urus terlebih dahulu," "Mau di bawakan bekal?" "Gak usah," Marni menganggukkan kepala, ia merasa jika tugas nya sudah beralih pada dirinya. ** "Gak punya m
Faiz juga sang ibu menertawakan penderitaan Aluna, mereka tidak mau ikut pusing dengan urusan keuangaan perusahaan Aluna yang mereka pikir tidak seberapa itu.Yang terpenting saat ini ia bisa menikmati uang tersebut dengan bebas tanpa harus mengemis-ngemis terlebih dahulu pada Aluna."Em, bu.. Aku boleh bicara?" ragu-ragu Marni bertanya.Ketiganya telah selesai makan dan saat ini Ayu tengah menikmati waktu senja dengan camilan dan juga teh hangat buatan Marni, di depan rumah mereka terdapat spot taman kecil nan estetik."Silahkan, Marni.. Tidak usah sungkan, kamu sebentar lagi akan menjadi menantu saya," jawab Ayu, kemudian mengambil sepotong roti di atas piring.Marni pun tersenyum ia sangat bersyukur di pertemukan dengan laki-laki seperti Faiz, meskipun mereka terlibat cinta terlarang."Apa boleh aku meminta mas Faiz secepatnya menikahiku, karena bagaimana pun juga kandunganku semakin hari semakin membesar.. Tidak mungkin jika aku mengandung masih di rumah ini," "Ibu sudah pikirkan
Faiz tidak main-main dengan ucapan nya ia segera bersiap akan mendatangi kantor pusat dimana Aluna menjabat sebagai direktur di perushaaan itu.Walaupun dia yang memimpin sebagai ceo tetap saja Aluna lah, yang berhak mengatur segala apapun yang berkaitan dengan perusahaan."Selamat siang, pak." sapa satpam disana, melihat Faiz berjalan masuk ke dalam gedung bertingkat.seperti biasa image Faiz di perusahaan memang terkenal cukup dingin cuek, dan menjadi incaran para karyawan wanita.Tidak tahu saja jika bos dingin mereka itu seleranya turun derajat! Ups :v"Lin, apa kamu megang uang cash perusahaan?" tanya Faiz, ia baru saja masuk ke dalam ruangan Linda, sebagai staf keuangan."Ada sih, pak.. Tapi, gak begitu banyak. Memang nya kenapa?" Linda berbalik tanya pada lawan bicara menatap nya penuh waspada."Gak apa-apa hanya saja.. Kata istriku dia sedang butuh uang banyak," Faiz berusaha menunjukkan wajah dramatis agar Linda dapat mempercayainya.Linda mengerutkan kening tidak mengerti, "
Aluna tersenyum puas dia saat ini tengah berada di sebuah salon kecantikan m3n!km4t1 p1j@t4n lembut di seluruh badannya."Pasti mas Faiz lagi kepanasan tuh, bingung bayar tagihan rumah sakit." gumam Aluna, S e n t u h a n demi s e n t u h a n Aluna rasakan dari terapis khusus perempuan di tempat spa. Ia baru lagi merasakan me time setelah beberapa bulan lama nya, kali ini Aluna benar-benar memanjakan diri."Maaf, kak. Jadi body scrub nya mau yang mana?" tanya therapis tersebut setelah selesai m3m1j@t seluruh badan Aluna."Coklat s u s u aja, mbak." jawab Aluna, ia memejamkan mata sungguh di buat terbuai dengan wangi aroma therapi khas di ruangan spa itu.Therapis perempuan bernama Sri terlihat dari name tage pakaian khas karyawan spa tersebut, mengoleskan body scrub ke seluruh badan ramping Aluna.Tidak lama Sri mulai menggossokkan body scrub itu sedikit kering agar kotoran-kotoran yang menempel pada kulit cantik Aluna dapat terangkat dengan sempurna.Ddddrrrttt "Maaf mbak, pons
"Aduh, bu... Perut aku sa ki t," keluh Marni, perempuan itu memagang p e r u t nya sendiri mungkin merasa melilit. "Aluna, apa yang kamu masukkan ke da la m mie ini?" Ayu menatap ta ja m menantunya itu, ia pun merasakan hal yang sama ingin buang air besar. Pret Pret Terdengar bunyi nyaring tentu saja membuat Aluna spontan mengibaskan tangan ke depan hidung mancung. Ia sungguh di buat bahagia melihat pemandangan seperti ini, mertua nya itu begitu julid mendukung per seli ngku han putranya sendiri. Bukan ia ja ha t hanya saja terlalu gemas jika mereka di biarkan begitu saja. Mana mungkin Aluna sendiri tidak melakukan apapun ketika dirinya di tindas hanya karena belum memiliki keturunan. Saat langkah nya akan menaiki undakan tangga Marni pun menahan lengan sang majikan membuat Aluna mengerutkan kening, "Tunggu, aku akan laporin mas Faiz kalau kamu menaruh banyak cabe di makanan aku dan ibu," katanya sedikit mengancam. "Aw... Takut, laporin aja." jawab Aluna santai, ia tida
"Apa maksud kamu, Mas?!" Marni tersulut es mo si, peremempuan itu bahkan sampai duduk mendengar pengakuan dari Faiz.Faiz menoleh pada Marni menatap begitu t a j a m, "Memang itu kenyataan nya, Marni. Saya tidak pernah cin-ta sama kamu," Deg.Lagi-lagi Marni tersentak kaget mendengar pengakuan yang selama ini bertolak belakang dengan tingkah juga sikapnya."Kamu kenapa, mas? Bukan kah kamu sangat suka m3nikm4ti t u b u h ku?" katanya lagi masih menatap manik mata Faiz tidak percaya.Di tatap seperti itu oleh Marni membuat Faiz memalingkan wajahnya. Perempuan itu yakin jika lelaki di hadapan nya kini sangat menc-intai dirinya namun sukar untuk mengatakan hal tersebut.Jika memang Faiz tidak mencin-tainya tidak mungkin dia akan mempertahankan janin di dalam kand-ungan nya."Jawab, mas!" bentak Marni membuat Faiz menatap nyalang. Dia tidak suka di teriaki seperti ini terutama oleh perempuan yang bukan siapa-siapa di hidupnya."Sudah saya katakan kalau itu hanya n a f s u, bukan cinta."