"Bagaimana keadaan kamu, Marni?" Ayu kini sudah berada di ruang inap bersama Faiz juga Aluna.
Marni hendak menjawa pertanyaan sang nyonya besar namun t ata pan ma ta nya beralih pada Faiz juga Aluna. "Ada apa, Marni?" kembali perempuan paruh baya itu bertanya. "T-tidak, ndoro.. Saya baik-baik saja," jawab Marni terbata. Ia tidak mungkin menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, ada perasaan khawatir menyeli-muti hati Marni hingga ia memilih untuk memalingkan wajah dari sang pujaan hati. "Jangan panggil saya seperti itu, kamu akan menjadi menantu saya," katanya seulas senyum terbit di b i b i r ra-nu-m Ayu. Deg. "Maksud, ibu?" Aluna menatap m-ani-k ma-ta ibu mertuanya. "Iya, saya akan menikahkan Faiz dengan Marni." Ayu hanya menatap wajah Aluna sekilas lalu menoleh pada yang lain. Tak kuat dengan kenyataan yang semakin meny-ak-itkan Aluna melangkah keluar dari ruangan tersebut, ia duduk di kursi ruang tunggu seraya meremas jari jemarinya. Tete-san demi tete-san tak bisa Aluna tahan lagi, perempuan itu kembali mena-ngisi nasib rumah tangga nya yang di ujung tanduk. Ceklek. Terdengar suara pintu tertutup Aluna melihat bayangan jika suaminya keluar dari ruangan tersebut. Secepatnya menghapus jejak jejak air mata yang tidak bisa berhenti begitu saja. "Maafkan, aku..." lirih Faiz, lelaki itu men-gge-ngg-am kuat lengan sang istri. "Lepas, mas," pinta Aluna, namun Faiz menggelengkan kepala. Sejujurnya bukan ini yang dia inginkan, tetapi tuntutan padanya seolah ada dorongan kuat untuk melakukan hal itu. "Sa y-an g... Lihat aku," katanya seraya menarik dagu sang istri agar menatapnya. "C i n t a dan s ay an g aku hanya untuk kamu, tidak ada perempuan lain di hati aku, Aluna..," lirih Faiz menatap wajah sang istri penuh keyakinan. Aluna hanya bisa tersenyum simpul, bagaimana bisa lelaki di depan nya itu berkata konyol seperti ini, pikirnya. Sedangkan di dalam sana ada perempuan lain yang sudah berhasil me nd ung a n a k darinya. "Aku melakukan itu bersama Marni, bukan atas dasar ci nt a.. Melainkan na fs u belaka, say a ng... Saat ini memang Marni men gand ung an ak ku, tapi akanku pastikan saat bayi itu lahir aku akan me ncer ai ka n Marni dan merawat a na k itu bersama kamu," jelas Faiz panjang lebar masih men at ap Aluna, Deg. "J-jadi.. kamu setuju dengan ucapan ibu kamu, mas?" Faiz tidak sepenuh yakin ia pun menundukkan kepala apa yang harus dia jawab, sementara tidak mungkin jika anak itu lahir tanpa seorang ayah. Aluna masih menatap Faiz yang tak kunjung memberikan jawaban. "Jadi Marni sudah ha m il anak kamu, Faiz? Alhamdulilah akhirnya ibu akan punya cucu," Aluna juga Faiz menoleh ketika mendengar suara Ayu. Perempuan paruh baya yang masih cantik itu sudah berdiri di ambang pintu entah sedari kapan, namun tatapan mata nya mengisyaratkan kebencian semakin me nda la m pada Aluna. Sadar akan di tatap seperti itu oleh Ayu, Aluna pun berdiri melangkah menjauh dari sana. Ia tidak sekuat itu mendapati kenyataan jika mertua yang selama ini dirinya hormati juga penuh dengan kasih s ay ang tega men usukn ya seperti ini. "Aluna, say an g... Kamu mau kemana?" langkah Aluna terhenti ketika suaminya bertanya seperti itu, namun ia tidak berani menoleh. "Biarkan saja dia pergi, Faiz. Wanita itu sudah tidak ada gunanya lagi! Sekarang kamu fokus dengan Marni." jawaban Ayu membuat Aluna menundukkan pandangan perempuan itu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Faiz mentap punggung perempuan yang sangat dia cin-tai itu dengan berat hati mengikuti ucapan sang ibu. Walaupun ia pun sama-sama merasakan sa-kit di hatinya. "Apalagi yang kamu tunggu, Faiz? Cepat ma-suk!" Ayu melihat putra sulungnya masih menatap jauh punggung Aluna yang sudah tidak terlihat. "T-tapi, bu.." "Cepat masu-k!" bentak Ayu, membuat Faiz pun menghela napas berat terpaksa mengikuti keinginan sang ibu. "Kalian harus cepat menikah, ibu tidak mau orang-orang di luar sana membicarakan kalian berdua," Deg. "Bu, kita bahas soal ini nanti. Aku harus menemui Aluna terlebih dahulu." sela Faiz, bagaimana pun juga ia masih berstatus suami orang. "Buat apalagi sih, Faiz. Dia tidak bisa merawat diri tidak bisa juga m3mu4sk@n kamu 'kan? Apalagi dia itu wanita mandvl, lihat saja sampai sekarang tidak kunjung ham-il." dengan tegas Ayu berkata seperti itu membuat ulu hati Faiz sak-it. "Stop mengatakan itu, bu!" Faiz mengkat tangan nya. "Kenapa, Faiz. Memang itu 'kan kenyataan nya makanya kamu berpaling dari dia?" seolah tak mau berhenti membicarakan keburukan Aluna. Marni hanya bisa mendengarkan saja tanpa berkomentar ia sangat senang ternyata calon ibu mertuanya sangat mendukung dirinya bersama Faiz, sang pujaan hati. Seulas senyum terbit dari bi b ir te bal Marni ia sangat bahagia kali ini, walaupun harus menjalani pemeriksaan di area sensitif nya akibat majikan yang tidak tahu malu itu. Faiz tidak bisa menjawab dan membenarkan apa yang di katakan ibunya. Ia tidak mau jika Marni menggunakan cara ini untuk menyerang Aluna. "Tidak seperti itu, bu. Aku dan Marni hanya terjebak naf su saja...," lirih Faiz berhasil membuat bola ma-ta Marni nyaris keluar mendengar pengakuan sang kekasih pada ibunya. Deg."Apa maksud kamu, Mas?!" Marni tersulut es mo si, peremempuan itu bahkan sampai duduk mendengar pengakuan dari Faiz.Faiz menoleh pada Marni menatap begitu t a j a m, "Memang itu kenyataan nya, Marni. Saya tidak pernah cin-ta sama kamu," Deg.Lagi-lagi Marni tersentak kaget mendengar pengakuan yang selama ini bertolak belakang dengan tingkah juga sikapnya."Kamu kenapa, mas? Bukan kah kamu sangat suka m3nikm4ti t u b u h ku?" katanya lagi masih menatap manik mata Faiz tidak percaya.Di tatap seperti itu oleh Marni membuat Faiz memalingkan wajahnya. Perempuan itu yakin jika lelaki di hadapan nya kini sangat menc-intai dirinya namun sukar untuk mengatakan hal tersebut.Jika memang Faiz tidak mencin-tainya tidak mungkin dia akan mempertahankan janin di dalam kand-ungan nya."Jawab, mas!" bentak Marni membuat Faiz menatap nyalang. Dia tidak suka di teriaki seperti ini terutama oleh perempuan yang bukan siapa-siapa di hidupnya."Sudah saya katakan kalau itu hanya n a f s u, bukan cinta."
"Aduh, bu... Perut aku sa ki t," keluh Marni, perempuan itu memagang p e r u t nya sendiri mungkin merasa melilit. "Aluna, apa yang kamu masukkan ke da la m mie ini?" Ayu menatap ta ja m menantunya itu, ia pun merasakan hal yang sama ingin buang air besar. Pret Pret Terdengar bunyi nyaring tentu saja membuat Aluna spontan mengibaskan tangan ke depan hidung mancung. Ia sungguh di buat bahagia melihat pemandangan seperti ini, mertua nya itu begitu julid mendukung per seli ngku han putranya sendiri. Bukan ia ja ha t hanya saja terlalu gemas jika mereka di biarkan begitu saja. Mana mungkin Aluna sendiri tidak melakukan apapun ketika dirinya di tindas hanya karena belum memiliki keturunan. Saat langkah nya akan menaiki undakan tangga Marni pun menahan lengan sang majikan membuat Aluna mengerutkan kening, "Tunggu, aku akan laporin mas Faiz kalau kamu menaruh banyak cabe di makanan aku dan ibu," katanya sedikit mengancam. "Aw... Takut, laporin aja." jawab Aluna santai, ia tida
Aluna tersenyum puas dia saat ini tengah berada di sebuah salon kecantikan m3n!km4t1 p1j@t4n lembut di seluruh badannya."Pasti mas Faiz lagi kepanasan tuh, bingung bayar tagihan rumah sakit." gumam Aluna, S e n t u h a n demi s e n t u h a n Aluna rasakan dari terapis khusus perempuan di tempat spa. Ia baru lagi merasakan me time setelah beberapa bulan lama nya, kali ini Aluna benar-benar memanjakan diri."Maaf, kak. Jadi body scrub nya mau yang mana?" tanya therapis tersebut setelah selesai m3m1j@t seluruh badan Aluna."Coklat s u s u aja, mbak." jawab Aluna, ia memejamkan mata sungguh di buat terbuai dengan wangi aroma therapi khas di ruangan spa itu.Therapis perempuan bernama Sri terlihat dari name tage pakaian khas karyawan spa tersebut, mengoleskan body scrub ke seluruh badan ramping Aluna.Tidak lama Sri mulai menggossokkan body scrub itu sedikit kering agar kotoran-kotoran yang menempel pada kulit cantik Aluna dapat terangkat dengan sempurna.Ddddrrrttt "Maaf mbak, pons
Faiz tidak main-main dengan ucapan nya ia segera bersiap akan mendatangi kantor pusat dimana Aluna menjabat sebagai direktur di perushaaan itu.Walaupun dia yang memimpin sebagai ceo tetap saja Aluna lah, yang berhak mengatur segala apapun yang berkaitan dengan perusahaan."Selamat siang, pak." sapa satpam disana, melihat Faiz berjalan masuk ke dalam gedung bertingkat.seperti biasa image Faiz di perusahaan memang terkenal cukup dingin cuek, dan menjadi incaran para karyawan wanita.Tidak tahu saja jika bos dingin mereka itu seleranya turun derajat! Ups :v"Lin, apa kamu megang uang cash perusahaan?" tanya Faiz, ia baru saja masuk ke dalam ruangan Linda, sebagai staf keuangan."Ada sih, pak.. Tapi, gak begitu banyak. Memang nya kenapa?" Linda berbalik tanya pada lawan bicara menatap nya penuh waspada."Gak apa-apa hanya saja.. Kata istriku dia sedang butuh uang banyak," Faiz berusaha menunjukkan wajah dramatis agar Linda dapat mempercayainya.Linda mengerutkan kening tidak mengerti, "
Faiz juga sang ibu menertawakan penderitaan Aluna, mereka tidak mau ikut pusing dengan urusan keuangaan perusahaan Aluna yang mereka pikir tidak seberapa itu.Yang terpenting saat ini ia bisa menikmati uang tersebut dengan bebas tanpa harus mengemis-ngemis terlebih dahulu pada Aluna."Em, bu.. Aku boleh bicara?" ragu-ragu Marni bertanya.Ketiganya telah selesai makan dan saat ini Ayu tengah menikmati waktu senja dengan camilan dan juga teh hangat buatan Marni, di depan rumah mereka terdapat spot taman kecil nan estetik."Silahkan, Marni.. Tidak usah sungkan, kamu sebentar lagi akan menjadi menantu saya," jawab Ayu, kemudian mengambil sepotong roti di atas piring.Marni pun tersenyum ia sangat bersyukur di pertemukan dengan laki-laki seperti Faiz, meskipun mereka terlibat cinta terlarang."Apa boleh aku meminta mas Faiz secepatnya menikahiku, karena bagaimana pun juga kandunganku semakin hari semakin membesar.. Tidak mungkin jika aku mengandung masih di rumah ini," "Ibu sudah pikirkan
Pagi-pagi sekali terdengar siulan Faiz yang tengah menyisir rambut basah, ia senyum-senyum sendiri membayangkan betapa bahagia nya saat semalam memadu kasih bersama Marni, gadis yang berhasil memuaskan di atas ranjang."Ah, Marni..., kamu..," Faiz meraba bibirnya sendiri, betapa malam itu ia bener-benar melayang bersama Marni.Kepuasaan di atas ranjang membuat Faiz lupa semua nya."Mas, mau teh atau kopi?" Marni baru saja keluar dari dalam kamar mandi, pakaian nya memang terlihat biasa saja namun, leher putih Marni terdapat jejak-jejak cinta Faiz membuat lelaki itu tersenyum penuh arti."Ko senyum?" Marni mengerutkan kening.Cup! Faiz mengecup bibir Marni sekilas, kemudian ia tersenyum menatap wajah perempuan di depan nya."Kamu kenapa sih, mas?" "Gak apa-apa, .. Oia, aku mau berangkat langsung aja ada urusan yang harus aku urus terlebih dahulu," "Mau di bawakan bekal?" "Gak usah," Marni menganggukkan kepala, ia merasa jika tugas nya sudah beralih pada dirinya. ** "Gak punya m
Pagi buta Marni sudah di rias sedimikian rupa oleh tangan prefesional dari jakarta pilihan mertuanya. Gadis kampung itu sudah memakai gaun pengantin rancangan desainer ternama ksusus untuk acara keluarga Faiz."Mbak, kok rok nya sempit banget ya... Aku pengap ini," keluh Marni. Ia merasa jika rok pakaian adat yang di gunakan terlalu sempit hingga perutnya terasa di tekan."Masa sih? Ini kan yang waktu itu mbak cobain," "Aduh mbak gimana sih, ini sempit banget tau. Gak ada rok yang lain lagi?" Marni mencoba untuk tidak marah-marah."Gak ada lagi, kita bawa sesuai dengan yang waktu itu kita feeting.. Lagian uda tau mau nikah masih aja makan banyak, jadi gini kan gak muat," omel salah satu karyawan dari perias ternama itu.Ingin sekali Marni menegur karyawan tersebut tapi nyalinya mendadak menciut mengingat jika saat ini dia tengah mengandung buah cintanya bersama Faiz. Tidak mungkin jika dirinya mempermalukan kedua orang tuanya yang sudah pasti bangga memiliki anak menikah dengan peng
"Mas.. Itu perhiasan aku, masa kamu diam aja sih." Marni tidak terima jika semua perhiasan yang dia gunakan setelah acara pernikahan mereka di lepas paksa begitu saja.Meski dia tahu semua perhiasan tersebut adalah milik istri sah suaminya, Aluna. Namun, tetap saja ia merasa kesal apalagi benda itu termasuk ke dalam maharnya."Mas." rengek Marni lagi."Ingat Faiz. Urusan kamu dengan bu Aluna belum selesai sampai disini!" kata orang bertubuh tinggi dan besar, melihat otot-otot yang nyaris keluar tentu saja membuat semua yang melihat bergidig ngeri.Mereka pun pergi dari halaman rumah sederhana milik Marni. "Oh, ternyata si Marni teh istri simpanan kitu nya... Ih mau-mau aja jadi istri simpanan," nyinyir salah satu tetangga yang menyaksikan kegaduhan tersebut.Bagaimana tidak mobil jeev yang di kendarai dua orang berbadan kekar tersebut masuk ke dalam wilayah perkampungan juga mengetuk pintu rumah dengan secara kasar.Warga sekitar tengah tertidur pun terbangun karena mendengar gedoran
Duarr !!! Hujan tiba-tiba saja lebat membuat Faiz terjebak di dalam rumah Atika. Tidak ada siapapun di rumah sederhana itu hanya ada Faiz dan juga Atika, sementara anaknya Atika sudah tertidur begitu pulas."Dingin banget, ya." Faiz menggosokkan kedua lengannya. Cuaca di luar terasa begitu menusuk ke dalam kulit mulus Faiz.Hanya teh hangat yang menemani dirinya di ruang tamu sederhana itu. Sementara Atika kini tengah berada di dapur kembali ketika pria tadi mengatakan jika dirinya kedinginan."Aduh, mana gas nya habis lagi mau buatin kopi juga," keluh Atika. Mencari air panas tetapi sama semua nya telah kosong karena dia memang tidak pernah mendapatkan tamu dari luar."Akang, gas nya habis saya tidak bisa buatkan kopi," Atika duduk kembali di sebrang meja. "Tidak apa-apa, mungkin sebentar lagi hujan nya reda." jawab Faiz.Atika menganggukkan kepala, jujur saja dirinya senang jika ada yang menemani seperti ini di rumahnya. Tetapi tetap saja perasaan nya was-was jika para tetangga ak
"Mas.. Itu perhiasan aku, masa kamu diam aja sih." Marni tidak terima jika semua perhiasan yang dia gunakan setelah acara pernikahan mereka di lepas paksa begitu saja.Meski dia tahu semua perhiasan tersebut adalah milik istri sah suaminya, Aluna. Namun, tetap saja ia merasa kesal apalagi benda itu termasuk ke dalam maharnya."Mas." rengek Marni lagi."Ingat Faiz. Urusan kamu dengan bu Aluna belum selesai sampai disini!" kata orang bertubuh tinggi dan besar, melihat otot-otot yang nyaris keluar tentu saja membuat semua yang melihat bergidig ngeri.Mereka pun pergi dari halaman rumah sederhana milik Marni. "Oh, ternyata si Marni teh istri simpanan kitu nya... Ih mau-mau aja jadi istri simpanan," nyinyir salah satu tetangga yang menyaksikan kegaduhan tersebut.Bagaimana tidak mobil jeev yang di kendarai dua orang berbadan kekar tersebut masuk ke dalam wilayah perkampungan juga mengetuk pintu rumah dengan secara kasar.Warga sekitar tengah tertidur pun terbangun karena mendengar gedoran
Pagi buta Marni sudah di rias sedimikian rupa oleh tangan prefesional dari jakarta pilihan mertuanya. Gadis kampung itu sudah memakai gaun pengantin rancangan desainer ternama ksusus untuk acara keluarga Faiz."Mbak, kok rok nya sempit banget ya... Aku pengap ini," keluh Marni. Ia merasa jika rok pakaian adat yang di gunakan terlalu sempit hingga perutnya terasa di tekan."Masa sih? Ini kan yang waktu itu mbak cobain," "Aduh mbak gimana sih, ini sempit banget tau. Gak ada rok yang lain lagi?" Marni mencoba untuk tidak marah-marah."Gak ada lagi, kita bawa sesuai dengan yang waktu itu kita feeting.. Lagian uda tau mau nikah masih aja makan banyak, jadi gini kan gak muat," omel salah satu karyawan dari perias ternama itu.Ingin sekali Marni menegur karyawan tersebut tapi nyalinya mendadak menciut mengingat jika saat ini dia tengah mengandung buah cintanya bersama Faiz. Tidak mungkin jika dirinya mempermalukan kedua orang tuanya yang sudah pasti bangga memiliki anak menikah dengan peng
Pagi-pagi sekali terdengar siulan Faiz yang tengah menyisir rambut basah, ia senyum-senyum sendiri membayangkan betapa bahagia nya saat semalam memadu kasih bersama Marni, gadis yang berhasil memuaskan di atas ranjang."Ah, Marni..., kamu..," Faiz meraba bibirnya sendiri, betapa malam itu ia bener-benar melayang bersama Marni.Kepuasaan di atas ranjang membuat Faiz lupa semua nya."Mas, mau teh atau kopi?" Marni baru saja keluar dari dalam kamar mandi, pakaian nya memang terlihat biasa saja namun, leher putih Marni terdapat jejak-jejak cinta Faiz membuat lelaki itu tersenyum penuh arti."Ko senyum?" Marni mengerutkan kening.Cup! Faiz mengecup bibir Marni sekilas, kemudian ia tersenyum menatap wajah perempuan di depan nya."Kamu kenapa sih, mas?" "Gak apa-apa, .. Oia, aku mau berangkat langsung aja ada urusan yang harus aku urus terlebih dahulu," "Mau di bawakan bekal?" "Gak usah," Marni menganggukkan kepala, ia merasa jika tugas nya sudah beralih pada dirinya. ** "Gak punya m
Faiz juga sang ibu menertawakan penderitaan Aluna, mereka tidak mau ikut pusing dengan urusan keuangaan perusahaan Aluna yang mereka pikir tidak seberapa itu.Yang terpenting saat ini ia bisa menikmati uang tersebut dengan bebas tanpa harus mengemis-ngemis terlebih dahulu pada Aluna."Em, bu.. Aku boleh bicara?" ragu-ragu Marni bertanya.Ketiganya telah selesai makan dan saat ini Ayu tengah menikmati waktu senja dengan camilan dan juga teh hangat buatan Marni, di depan rumah mereka terdapat spot taman kecil nan estetik."Silahkan, Marni.. Tidak usah sungkan, kamu sebentar lagi akan menjadi menantu saya," jawab Ayu, kemudian mengambil sepotong roti di atas piring.Marni pun tersenyum ia sangat bersyukur di pertemukan dengan laki-laki seperti Faiz, meskipun mereka terlibat cinta terlarang."Apa boleh aku meminta mas Faiz secepatnya menikahiku, karena bagaimana pun juga kandunganku semakin hari semakin membesar.. Tidak mungkin jika aku mengandung masih di rumah ini," "Ibu sudah pikirkan
Faiz tidak main-main dengan ucapan nya ia segera bersiap akan mendatangi kantor pusat dimana Aluna menjabat sebagai direktur di perushaaan itu.Walaupun dia yang memimpin sebagai ceo tetap saja Aluna lah, yang berhak mengatur segala apapun yang berkaitan dengan perusahaan."Selamat siang, pak." sapa satpam disana, melihat Faiz berjalan masuk ke dalam gedung bertingkat.seperti biasa image Faiz di perusahaan memang terkenal cukup dingin cuek, dan menjadi incaran para karyawan wanita.Tidak tahu saja jika bos dingin mereka itu seleranya turun derajat! Ups :v"Lin, apa kamu megang uang cash perusahaan?" tanya Faiz, ia baru saja masuk ke dalam ruangan Linda, sebagai staf keuangan."Ada sih, pak.. Tapi, gak begitu banyak. Memang nya kenapa?" Linda berbalik tanya pada lawan bicara menatap nya penuh waspada."Gak apa-apa hanya saja.. Kata istriku dia sedang butuh uang banyak," Faiz berusaha menunjukkan wajah dramatis agar Linda dapat mempercayainya.Linda mengerutkan kening tidak mengerti, "
Aluna tersenyum puas dia saat ini tengah berada di sebuah salon kecantikan m3n!km4t1 p1j@t4n lembut di seluruh badannya."Pasti mas Faiz lagi kepanasan tuh, bingung bayar tagihan rumah sakit." gumam Aluna, S e n t u h a n demi s e n t u h a n Aluna rasakan dari terapis khusus perempuan di tempat spa. Ia baru lagi merasakan me time setelah beberapa bulan lama nya, kali ini Aluna benar-benar memanjakan diri."Maaf, kak. Jadi body scrub nya mau yang mana?" tanya therapis tersebut setelah selesai m3m1j@t seluruh badan Aluna."Coklat s u s u aja, mbak." jawab Aluna, ia memejamkan mata sungguh di buat terbuai dengan wangi aroma therapi khas di ruangan spa itu.Therapis perempuan bernama Sri terlihat dari name tage pakaian khas karyawan spa tersebut, mengoleskan body scrub ke seluruh badan ramping Aluna.Tidak lama Sri mulai menggossokkan body scrub itu sedikit kering agar kotoran-kotoran yang menempel pada kulit cantik Aluna dapat terangkat dengan sempurna.Ddddrrrttt "Maaf mbak, pons
"Aduh, bu... Perut aku sa ki t," keluh Marni, perempuan itu memagang p e r u t nya sendiri mungkin merasa melilit. "Aluna, apa yang kamu masukkan ke da la m mie ini?" Ayu menatap ta ja m menantunya itu, ia pun merasakan hal yang sama ingin buang air besar. Pret Pret Terdengar bunyi nyaring tentu saja membuat Aluna spontan mengibaskan tangan ke depan hidung mancung. Ia sungguh di buat bahagia melihat pemandangan seperti ini, mertua nya itu begitu julid mendukung per seli ngku han putranya sendiri. Bukan ia ja ha t hanya saja terlalu gemas jika mereka di biarkan begitu saja. Mana mungkin Aluna sendiri tidak melakukan apapun ketika dirinya di tindas hanya karena belum memiliki keturunan. Saat langkah nya akan menaiki undakan tangga Marni pun menahan lengan sang majikan membuat Aluna mengerutkan kening, "Tunggu, aku akan laporin mas Faiz kalau kamu menaruh banyak cabe di makanan aku dan ibu," katanya sedikit mengancam. "Aw... Takut, laporin aja." jawab Aluna santai, ia tida
"Apa maksud kamu, Mas?!" Marni tersulut es mo si, peremempuan itu bahkan sampai duduk mendengar pengakuan dari Faiz.Faiz menoleh pada Marni menatap begitu t a j a m, "Memang itu kenyataan nya, Marni. Saya tidak pernah cin-ta sama kamu," Deg.Lagi-lagi Marni tersentak kaget mendengar pengakuan yang selama ini bertolak belakang dengan tingkah juga sikapnya."Kamu kenapa, mas? Bukan kah kamu sangat suka m3nikm4ti t u b u h ku?" katanya lagi masih menatap manik mata Faiz tidak percaya.Di tatap seperti itu oleh Marni membuat Faiz memalingkan wajahnya. Perempuan itu yakin jika lelaki di hadapan nya kini sangat menc-intai dirinya namun sukar untuk mengatakan hal tersebut.Jika memang Faiz tidak mencin-tainya tidak mungkin dia akan mempertahankan janin di dalam kand-ungan nya."Jawab, mas!" bentak Marni membuat Faiz menatap nyalang. Dia tidak suka di teriaki seperti ini terutama oleh perempuan yang bukan siapa-siapa di hidupnya."Sudah saya katakan kalau itu hanya n a f s u, bukan cinta."