"Apa maksud kamu, Mas?!" Marni tersulut es mo si, peremempuan itu bahkan sampai duduk mendengar pengakuan dari Faiz.
Faiz menoleh pada Marni menatap begitu t a j a m, "Memang itu kenyataan nya, Marni. Saya tidak pernah cin-ta sama kamu," Deg. Lagi-lagi Marni tersentak kaget mendengar pengakuan yang selama ini bertolak belakang dengan tingkah juga sikapnya. "Kamu kenapa, mas? Bukan kah kamu sangat suka m3nikm4ti t u b u h ku?" katanya lagi masih menatap manik mata Faiz tidak percaya. Di tatap seperti itu oleh Marni membuat Faiz memalingkan wajahnya. Perempuan itu yakin jika lelaki di hadapan nya kini sangat menc-intai dirinya namun sukar untuk mengatakan hal tersebut. Jika memang Faiz tidak mencin-tainya tidak mungkin dia akan mempertahankan janin di dalam kand-ungan nya. "Jawab, mas!" bentak Marni membuat Faiz menatap nyalang. Dia tidak suka di teriaki seperti ini terutama oleh perempuan yang bukan siapa-siapa di hidupnya. "Sudah saya katakan kalau itu hanya n a f s u, bukan cinta." Faiz menjawab dengan tegas, ia pun keluar dari dalam ruangan setelah mengatakan hal itu. Isakan tangis terdengar begitu pilu Marni menatap nanar pada pintu masuk begitu sang kekasih hati pergi begitu saja. Tetesan demi tetesan membanjiri kedua pipi Marni yang mengembang. Ia tidak menyangka jika Faiz tega mengatakan hal itu padanya, padahal selama ini Faiz selalu saja menggaungkan nama nya ketika mereka sama-sama mencampai puncak k3nikm3tan surga dunia. "Marni,.." Ayu mencoba mengusap bahu artnya. "Kenapa, bu? Apa ibu juga akan sama seperti mas Faiz? Pergi begitu saja tanpa kejelasan?" Marni menatap Ayu penuh dengan air mata, dia memberikan banyak pertanyaan padanya. Ayu menggelengkan kepala, "Tidak Marni, justru ibu akan mendukung penuh kamu. Masalah Faiz tidak usah kamu pikirkan... Biar ibu yang bicara sama dia nanti," kata nya seolah memberikan sebuah harapan. "Ibu serius?" tanya Marni menatap Ayu. "Iya.. Pokoknya kamu harus menjaga calon cucu ibu, itu saja yang harus kamu fokuskan," Ayu mengusap perut Marni yang sedikit membuncit. Seulas senyum terpancar dari kedua nya bahkan Marni sampai memeluk sang calon mertua. ** Terdengar deru mesin mobil masuk ke halaman rumah membuat Aluna menghentikan sedikit aktifitas nya di dalam ka ma r. Perempuan itu menyibakkan gorden dalam melihat siapa yang datang ke rumahnya. "Mas Faiz? masih berani dia datang kesini!" gumam Aluna, perempuan itu segera keluar dari dalam ka ma r. "Sa yan g..." panggil Faiz, setelah pria itu masuk ke dalam rumah. "Masih berani kamu ke sini, mas!" tanpa menjawab embel-embel sa ya ng dari sang suami, Aluna pun mengatakan ketidak sukaan nya. "Suka-suka aku dong, sa ya ng... Ini 'kan rumah aku," jawab Faiz santai, dia duduk di sofa panjang bersandar pada benda empuk itu. 'Hih, enak aja kalau ini rumah nya! Liat saja apa yang akan aku lakukan!' batin Aluna merasa geram. Dering ponsel terdengar nyaring membuat Aluna segera meraih benda pipih tersebut di ata-s meja. {Halo, bu... Saya mau menyampaikan kalau ke-ua ng an perusahaan ada sedikit masalah,} kata Haris, orang kepercayaan keluarga Aluna. "Apa? Kenapa bisa begitu? Siapa dalang di balik ini, semua?" tanya Aluna, namun ta ta pa n nya tidak lepas dari Faiz. Menyadari jika sang istri menatapnya seperti itu membuat Faiz sedikit was-was. Pria itu mengubah posisi nya dengan tegak. {Tim audit masih menyelidik, bu. Tapi, ada satu orang yang memang men cur-iga kan dan terlibat.} "Baik, urus semua nya dengan benar dan jang sampai mereka ka b u r." {Baik, bu} Panggilan pun terputus membuat Aluna menyimpan ponsel nya kembali tidak lepas me na tap Faiz. "Kamu kenapa, s aya ng?" demi menghilangkan rasa gugup Faiz pun bertanya. "Tidak, kenapa kamu tidak ke kantor?" "Em.. Say ang, aku semalam tidak bisa tidur, hari ini libur dulu ya?" Faiz menatap mata ca nt ik Aluna memohon. "Tidak! Kamu harus ke kantor, bukan kah masih ada beberapa proyek yang kamu pe ga ng, mas?" "I-iya sih, tapi.. Kepalaku pusing banget," keluh Faiz masih mencoba bernegosiasi dengan istrinya. "Baiklah, kalau gitu biar aku yang mengurus semuanya." Deg. Tidak mungkin jika Aluna pergi ke kantor bisa-bisa semua nya akan terbongkar, pikir Faiz. Ia pun mengikuti langkah sang istri menuju k a m a r mereka. Beberapa menit kemudian pria itu pun akhirnya pergi ke kantor Aluna ingin melihat bagaimana ketika dia di pe rik sa oleh tim audit mengenai ke u a n g a n perusahaan. PIM PIM Baru saja Aluna melangkah ma-suk lebih da la m ke rumahnya, ia mendengar klakson mobil yang akan masuk. "Aluna, buka dong gerbangnya!" teriak Ayu, perempuan itu tengah berdiri di balik gerbang besi yang menjuntai tinggi. Malas meladeni ibu mertuanya Aluna pun pergi begitu saja menuju dapur membuka pintu kulkas mencari minuman dingin di sana. "Aluna!" lagi-lagi ibu mertuanya memanggil dengan teriakan, dia pikir ini di hutan harus berteriak seperti itu pikirnya. "Apa sih, bu... Jangan teriak-teriak dong," mau tidak mau dia pun menghampirinya. "Bikinkan saya minuman segar juga makanan yang enak?" perintahnya sesuka hati, tentu saja membuat Aluna melo-ngo tidak percaya. "Apa aku tidak salah dengar, bu?" "Tidak, cepat bikin! Malah diam saja," katanya lagi seraya berkacak pinggang men-anta ng Aluna. "Kenapa harus aku, bu. Suruh aja si Marni dia pe m ban tu di sini!" "Mulai sekarang, kamu yang harus m e l a y a n i kita! Marni lagi ha mi l tidak bisa kerja berat-berat," Deg. 'Segitu nya?' batin Aluna menggelengkan kepala. "Malah bengong. Cepat bikin makanan sana!" Ayu mendorong Aluna. Melihat ibu mertuanya berpihak padanya membuat Marni tersenyum sangat puas melihat penderitaan Aluna. Tidak lama Aluna pun membawakan dua mangkuk mie rebus juga dua gelas teh dingin ke hadapan Ayu juga Marni. "Silahkan dinikamati, nyonya dan nona." ujar Aluna, segera dia melangkah menjauh dari hadapan keduanya. BRUUUTTT!! "ALUNA! Kamu sengaja m3r4cun1 saya.""Aduh, bu... Perut aku sa ki t," keluh Marni, perempuan itu memagang p e r u t nya sendiri mungkin merasa melilit. "Aluna, apa yang kamu masukkan ke da la m mie ini?" Ayu menatap ta ja m menantunya itu, ia pun merasakan hal yang sama ingin buang air besar. Pret Pret Terdengar bunyi nyaring tentu saja membuat Aluna spontan mengibaskan tangan ke depan hidung mancung. Ia sungguh di buat bahagia melihat pemandangan seperti ini, mertua nya itu begitu julid mendukung per seli ngku han putranya sendiri. Bukan ia ja ha t hanya saja terlalu gemas jika mereka di biarkan begitu saja. Mana mungkin Aluna sendiri tidak melakukan apapun ketika dirinya di tindas hanya karena belum memiliki keturunan. Saat langkah nya akan menaiki undakan tangga Marni pun menahan lengan sang majikan membuat Aluna mengerutkan kening, "Tunggu, aku akan laporin mas Faiz kalau kamu menaruh banyak cabe di makanan aku dan ibu," katanya sedikit mengancam. "Aw... Takut, laporin aja." jawab Aluna santai, ia tida
Aluna tersenyum puas dia saat ini tengah berada di sebuah salon kecantikan m3n!km4t1 p1j@t4n lembut di seluruh badannya."Pasti mas Faiz lagi kepanasan tuh, bingung bayar tagihan rumah sakit." gumam Aluna, S e n t u h a n demi s e n t u h a n Aluna rasakan dari terapis khusus perempuan di tempat spa. Ia baru lagi merasakan me time setelah beberapa bulan lama nya, kali ini Aluna benar-benar memanjakan diri."Maaf, kak. Jadi body scrub nya mau yang mana?" tanya therapis tersebut setelah selesai m3m1j@t seluruh badan Aluna."Coklat s u s u aja, mbak." jawab Aluna, ia memejamkan mata sungguh di buat terbuai dengan wangi aroma therapi khas di ruangan spa itu.Therapis perempuan bernama Sri terlihat dari name tage pakaian khas karyawan spa tersebut, mengoleskan body scrub ke seluruh badan ramping Aluna.Tidak lama Sri mulai menggossokkan body scrub itu sedikit kering agar kotoran-kotoran yang menempel pada kulit cantik Aluna dapat terangkat dengan sempurna.Ddddrrrttt "Maaf mbak, pons
Faiz tidak main-main dengan ucapan nya ia segera bersiap akan mendatangi kantor pusat dimana Aluna menjabat sebagai direktur di perushaaan itu.Walaupun dia yang memimpin sebagai ceo tetap saja Aluna lah, yang berhak mengatur segala apapun yang berkaitan dengan perusahaan."Selamat siang, pak." sapa satpam disana, melihat Faiz berjalan masuk ke dalam gedung bertingkat.seperti biasa image Faiz di perusahaan memang terkenal cukup dingin cuek, dan menjadi incaran para karyawan wanita.Tidak tahu saja jika bos dingin mereka itu seleranya turun derajat! Ups :v"Lin, apa kamu megang uang cash perusahaan?" tanya Faiz, ia baru saja masuk ke dalam ruangan Linda, sebagai staf keuangan."Ada sih, pak.. Tapi, gak begitu banyak. Memang nya kenapa?" Linda berbalik tanya pada lawan bicara menatap nya penuh waspada."Gak apa-apa hanya saja.. Kata istriku dia sedang butuh uang banyak," Faiz berusaha menunjukkan wajah dramatis agar Linda dapat mempercayainya.Linda mengerutkan kening tidak mengerti, "
Faiz juga sang ibu menertawakan penderitaan Aluna, mereka tidak mau ikut pusing dengan urusan keuangaan perusahaan Aluna yang mereka pikir tidak seberapa itu.Yang terpenting saat ini ia bisa menikmati uang tersebut dengan bebas tanpa harus mengemis-ngemis terlebih dahulu pada Aluna."Em, bu.. Aku boleh bicara?" ragu-ragu Marni bertanya.Ketiganya telah selesai makan dan saat ini Ayu tengah menikmati waktu senja dengan camilan dan juga teh hangat buatan Marni, di depan rumah mereka terdapat spot taman kecil nan estetik."Silahkan, Marni.. Tidak usah sungkan, kamu sebentar lagi akan menjadi menantu saya," jawab Ayu, kemudian mengambil sepotong roti di atas piring.Marni pun tersenyum ia sangat bersyukur di pertemukan dengan laki-laki seperti Faiz, meskipun mereka terlibat cinta terlarang."Apa boleh aku meminta mas Faiz secepatnya menikahiku, karena bagaimana pun juga kandunganku semakin hari semakin membesar.. Tidak mungkin jika aku mengandung masih di rumah ini," "Ibu sudah pikirkan
Pagi-pagi sekali terdengar siulan Faiz yang tengah menyisir rambut basah, ia senyum-senyum sendiri membayangkan betapa bahagia nya saat semalam memadu kasih bersama Marni, gadis yang berhasil memuaskan di atas ranjang."Ah, Marni..., kamu..," Faiz meraba bibirnya sendiri, betapa malam itu ia bener-benar melayang bersama Marni.Kepuasaan di atas ranjang membuat Faiz lupa semua nya."Mas, mau teh atau kopi?" Marni baru saja keluar dari dalam kamar mandi, pakaian nya memang terlihat biasa saja namun, leher putih Marni terdapat jejak-jejak cinta Faiz membuat lelaki itu tersenyum penuh arti."Ko senyum?" Marni mengerutkan kening.Cup! Faiz mengecup bibir Marni sekilas, kemudian ia tersenyum menatap wajah perempuan di depan nya."Kamu kenapa sih, mas?" "Gak apa-apa, .. Oia, aku mau berangkat langsung aja ada urusan yang harus aku urus terlebih dahulu," "Mau di bawakan bekal?" "Gak usah," Marni menganggukkan kepala, ia merasa jika tugas nya sudah beralih pada dirinya. ** "Gak punya m
Pagi buta Marni sudah di rias sedimikian rupa oleh tangan prefesional dari jakarta pilihan mertuanya. Gadis kampung itu sudah memakai gaun pengantin rancangan desainer ternama ksusus untuk acara keluarga Faiz."Mbak, kok rok nya sempit banget ya... Aku pengap ini," keluh Marni. Ia merasa jika rok pakaian adat yang di gunakan terlalu sempit hingga perutnya terasa di tekan."Masa sih? Ini kan yang waktu itu mbak cobain," "Aduh mbak gimana sih, ini sempit banget tau. Gak ada rok yang lain lagi?" Marni mencoba untuk tidak marah-marah."Gak ada lagi, kita bawa sesuai dengan yang waktu itu kita feeting.. Lagian uda tau mau nikah masih aja makan banyak, jadi gini kan gak muat," omel salah satu karyawan dari perias ternama itu.Ingin sekali Marni menegur karyawan tersebut tapi nyalinya mendadak menciut mengingat jika saat ini dia tengah mengandung buah cintanya bersama Faiz. Tidak mungkin jika dirinya mempermalukan kedua orang tuanya yang sudah pasti bangga memiliki anak menikah dengan peng
"Mas.. Itu perhiasan aku, masa kamu diam aja sih." Marni tidak terima jika semua perhiasan yang dia gunakan setelah acara pernikahan mereka di lepas paksa begitu saja.Meski dia tahu semua perhiasan tersebut adalah milik istri sah suaminya, Aluna. Namun, tetap saja ia merasa kesal apalagi benda itu termasuk ke dalam maharnya."Mas." rengek Marni lagi."Ingat Faiz. Urusan kamu dengan bu Aluna belum selesai sampai disini!" kata orang bertubuh tinggi dan besar, melihat otot-otot yang nyaris keluar tentu saja membuat semua yang melihat bergidig ngeri.Mereka pun pergi dari halaman rumah sederhana milik Marni. "Oh, ternyata si Marni teh istri simpanan kitu nya... Ih mau-mau aja jadi istri simpanan," nyinyir salah satu tetangga yang menyaksikan kegaduhan tersebut.Bagaimana tidak mobil jeev yang di kendarai dua orang berbadan kekar tersebut masuk ke dalam wilayah perkampungan juga mengetuk pintu rumah dengan secara kasar.Warga sekitar tengah tertidur pun terbangun karena mendengar gedoran
Duarr !!! Hujan tiba-tiba saja lebat membuat Faiz terjebak di dalam rumah Atika. Tidak ada siapapun di rumah sederhana itu hanya ada Faiz dan juga Atika, sementara anaknya Atika sudah tertidur begitu pulas."Dingin banget, ya." Faiz menggosokkan kedua lengannya. Cuaca di luar terasa begitu menusuk ke dalam kulit mulus Faiz.Hanya teh hangat yang menemani dirinya di ruang tamu sederhana itu. Sementara Atika kini tengah berada di dapur kembali ketika pria tadi mengatakan jika dirinya kedinginan."Aduh, mana gas nya habis lagi mau buatin kopi juga," keluh Atika. Mencari air panas tetapi sama semua nya telah kosong karena dia memang tidak pernah mendapatkan tamu dari luar."Akang, gas nya habis saya tidak bisa buatkan kopi," Atika duduk kembali di sebrang meja. "Tidak apa-apa, mungkin sebentar lagi hujan nya reda." jawab Faiz.Atika menganggukkan kepala, jujur saja dirinya senang jika ada yang menemani seperti ini di rumahnya. Tetapi tetap saja perasaan nya was-was jika para tetangga ak
Duarr !!! Hujan tiba-tiba saja lebat membuat Faiz terjebak di dalam rumah Atika. Tidak ada siapapun di rumah sederhana itu hanya ada Faiz dan juga Atika, sementara anaknya Atika sudah tertidur begitu pulas."Dingin banget, ya." Faiz menggosokkan kedua lengannya. Cuaca di luar terasa begitu menusuk ke dalam kulit mulus Faiz.Hanya teh hangat yang menemani dirinya di ruang tamu sederhana itu. Sementara Atika kini tengah berada di dapur kembali ketika pria tadi mengatakan jika dirinya kedinginan."Aduh, mana gas nya habis lagi mau buatin kopi juga," keluh Atika. Mencari air panas tetapi sama semua nya telah kosong karena dia memang tidak pernah mendapatkan tamu dari luar."Akang, gas nya habis saya tidak bisa buatkan kopi," Atika duduk kembali di sebrang meja. "Tidak apa-apa, mungkin sebentar lagi hujan nya reda." jawab Faiz.Atika menganggukkan kepala, jujur saja dirinya senang jika ada yang menemani seperti ini di rumahnya. Tetapi tetap saja perasaan nya was-was jika para tetangga ak
"Mas.. Itu perhiasan aku, masa kamu diam aja sih." Marni tidak terima jika semua perhiasan yang dia gunakan setelah acara pernikahan mereka di lepas paksa begitu saja.Meski dia tahu semua perhiasan tersebut adalah milik istri sah suaminya, Aluna. Namun, tetap saja ia merasa kesal apalagi benda itu termasuk ke dalam maharnya."Mas." rengek Marni lagi."Ingat Faiz. Urusan kamu dengan bu Aluna belum selesai sampai disini!" kata orang bertubuh tinggi dan besar, melihat otot-otot yang nyaris keluar tentu saja membuat semua yang melihat bergidig ngeri.Mereka pun pergi dari halaman rumah sederhana milik Marni. "Oh, ternyata si Marni teh istri simpanan kitu nya... Ih mau-mau aja jadi istri simpanan," nyinyir salah satu tetangga yang menyaksikan kegaduhan tersebut.Bagaimana tidak mobil jeev yang di kendarai dua orang berbadan kekar tersebut masuk ke dalam wilayah perkampungan juga mengetuk pintu rumah dengan secara kasar.Warga sekitar tengah tertidur pun terbangun karena mendengar gedoran
Pagi buta Marni sudah di rias sedimikian rupa oleh tangan prefesional dari jakarta pilihan mertuanya. Gadis kampung itu sudah memakai gaun pengantin rancangan desainer ternama ksusus untuk acara keluarga Faiz."Mbak, kok rok nya sempit banget ya... Aku pengap ini," keluh Marni. Ia merasa jika rok pakaian adat yang di gunakan terlalu sempit hingga perutnya terasa di tekan."Masa sih? Ini kan yang waktu itu mbak cobain," "Aduh mbak gimana sih, ini sempit banget tau. Gak ada rok yang lain lagi?" Marni mencoba untuk tidak marah-marah."Gak ada lagi, kita bawa sesuai dengan yang waktu itu kita feeting.. Lagian uda tau mau nikah masih aja makan banyak, jadi gini kan gak muat," omel salah satu karyawan dari perias ternama itu.Ingin sekali Marni menegur karyawan tersebut tapi nyalinya mendadak menciut mengingat jika saat ini dia tengah mengandung buah cintanya bersama Faiz. Tidak mungkin jika dirinya mempermalukan kedua orang tuanya yang sudah pasti bangga memiliki anak menikah dengan peng
Pagi-pagi sekali terdengar siulan Faiz yang tengah menyisir rambut basah, ia senyum-senyum sendiri membayangkan betapa bahagia nya saat semalam memadu kasih bersama Marni, gadis yang berhasil memuaskan di atas ranjang."Ah, Marni..., kamu..," Faiz meraba bibirnya sendiri, betapa malam itu ia bener-benar melayang bersama Marni.Kepuasaan di atas ranjang membuat Faiz lupa semua nya."Mas, mau teh atau kopi?" Marni baru saja keluar dari dalam kamar mandi, pakaian nya memang terlihat biasa saja namun, leher putih Marni terdapat jejak-jejak cinta Faiz membuat lelaki itu tersenyum penuh arti."Ko senyum?" Marni mengerutkan kening.Cup! Faiz mengecup bibir Marni sekilas, kemudian ia tersenyum menatap wajah perempuan di depan nya."Kamu kenapa sih, mas?" "Gak apa-apa, .. Oia, aku mau berangkat langsung aja ada urusan yang harus aku urus terlebih dahulu," "Mau di bawakan bekal?" "Gak usah," Marni menganggukkan kepala, ia merasa jika tugas nya sudah beralih pada dirinya. ** "Gak punya m
Faiz juga sang ibu menertawakan penderitaan Aluna, mereka tidak mau ikut pusing dengan urusan keuangaan perusahaan Aluna yang mereka pikir tidak seberapa itu.Yang terpenting saat ini ia bisa menikmati uang tersebut dengan bebas tanpa harus mengemis-ngemis terlebih dahulu pada Aluna."Em, bu.. Aku boleh bicara?" ragu-ragu Marni bertanya.Ketiganya telah selesai makan dan saat ini Ayu tengah menikmati waktu senja dengan camilan dan juga teh hangat buatan Marni, di depan rumah mereka terdapat spot taman kecil nan estetik."Silahkan, Marni.. Tidak usah sungkan, kamu sebentar lagi akan menjadi menantu saya," jawab Ayu, kemudian mengambil sepotong roti di atas piring.Marni pun tersenyum ia sangat bersyukur di pertemukan dengan laki-laki seperti Faiz, meskipun mereka terlibat cinta terlarang."Apa boleh aku meminta mas Faiz secepatnya menikahiku, karena bagaimana pun juga kandunganku semakin hari semakin membesar.. Tidak mungkin jika aku mengandung masih di rumah ini," "Ibu sudah pikirkan
Faiz tidak main-main dengan ucapan nya ia segera bersiap akan mendatangi kantor pusat dimana Aluna menjabat sebagai direktur di perushaaan itu.Walaupun dia yang memimpin sebagai ceo tetap saja Aluna lah, yang berhak mengatur segala apapun yang berkaitan dengan perusahaan."Selamat siang, pak." sapa satpam disana, melihat Faiz berjalan masuk ke dalam gedung bertingkat.seperti biasa image Faiz di perusahaan memang terkenal cukup dingin cuek, dan menjadi incaran para karyawan wanita.Tidak tahu saja jika bos dingin mereka itu seleranya turun derajat! Ups :v"Lin, apa kamu megang uang cash perusahaan?" tanya Faiz, ia baru saja masuk ke dalam ruangan Linda, sebagai staf keuangan."Ada sih, pak.. Tapi, gak begitu banyak. Memang nya kenapa?" Linda berbalik tanya pada lawan bicara menatap nya penuh waspada."Gak apa-apa hanya saja.. Kata istriku dia sedang butuh uang banyak," Faiz berusaha menunjukkan wajah dramatis agar Linda dapat mempercayainya.Linda mengerutkan kening tidak mengerti, "
Aluna tersenyum puas dia saat ini tengah berada di sebuah salon kecantikan m3n!km4t1 p1j@t4n lembut di seluruh badannya."Pasti mas Faiz lagi kepanasan tuh, bingung bayar tagihan rumah sakit." gumam Aluna, S e n t u h a n demi s e n t u h a n Aluna rasakan dari terapis khusus perempuan di tempat spa. Ia baru lagi merasakan me time setelah beberapa bulan lama nya, kali ini Aluna benar-benar memanjakan diri."Maaf, kak. Jadi body scrub nya mau yang mana?" tanya therapis tersebut setelah selesai m3m1j@t seluruh badan Aluna."Coklat s u s u aja, mbak." jawab Aluna, ia memejamkan mata sungguh di buat terbuai dengan wangi aroma therapi khas di ruangan spa itu.Therapis perempuan bernama Sri terlihat dari name tage pakaian khas karyawan spa tersebut, mengoleskan body scrub ke seluruh badan ramping Aluna.Tidak lama Sri mulai menggossokkan body scrub itu sedikit kering agar kotoran-kotoran yang menempel pada kulit cantik Aluna dapat terangkat dengan sempurna.Ddddrrrttt "Maaf mbak, pons
"Aduh, bu... Perut aku sa ki t," keluh Marni, perempuan itu memagang p e r u t nya sendiri mungkin merasa melilit. "Aluna, apa yang kamu masukkan ke da la m mie ini?" Ayu menatap ta ja m menantunya itu, ia pun merasakan hal yang sama ingin buang air besar. Pret Pret Terdengar bunyi nyaring tentu saja membuat Aluna spontan mengibaskan tangan ke depan hidung mancung. Ia sungguh di buat bahagia melihat pemandangan seperti ini, mertua nya itu begitu julid mendukung per seli ngku han putranya sendiri. Bukan ia ja ha t hanya saja terlalu gemas jika mereka di biarkan begitu saja. Mana mungkin Aluna sendiri tidak melakukan apapun ketika dirinya di tindas hanya karena belum memiliki keturunan. Saat langkah nya akan menaiki undakan tangga Marni pun menahan lengan sang majikan membuat Aluna mengerutkan kening, "Tunggu, aku akan laporin mas Faiz kalau kamu menaruh banyak cabe di makanan aku dan ibu," katanya sedikit mengancam. "Aw... Takut, laporin aja." jawab Aluna santai, ia tida
"Apa maksud kamu, Mas?!" Marni tersulut es mo si, peremempuan itu bahkan sampai duduk mendengar pengakuan dari Faiz.Faiz menoleh pada Marni menatap begitu t a j a m, "Memang itu kenyataan nya, Marni. Saya tidak pernah cin-ta sama kamu," Deg.Lagi-lagi Marni tersentak kaget mendengar pengakuan yang selama ini bertolak belakang dengan tingkah juga sikapnya."Kamu kenapa, mas? Bukan kah kamu sangat suka m3nikm4ti t u b u h ku?" katanya lagi masih menatap manik mata Faiz tidak percaya.Di tatap seperti itu oleh Marni membuat Faiz memalingkan wajahnya. Perempuan itu yakin jika lelaki di hadapan nya kini sangat menc-intai dirinya namun sukar untuk mengatakan hal tersebut.Jika memang Faiz tidak mencin-tainya tidak mungkin dia akan mempertahankan janin di dalam kand-ungan nya."Jawab, mas!" bentak Marni membuat Faiz menatap nyalang. Dia tidak suka di teriaki seperti ini terutama oleh perempuan yang bukan siapa-siapa di hidupnya."Sudah saya katakan kalau itu hanya n a f s u, bukan cinta."