"Kamu bilang aku p u a s, mas?!" Aluna menatap sendu Faiz, perempuan itu mengulang pertanyaan suaminya.
"Tidak! Aku belum pu@s sampai kalian benar-benar merasa menyesal." jawab Aluna tegas. "Apa lagi yang akan kamu lakukan, Aluna?" "Itu urusanku!" Aluna m3mb4nt1ng pintu kamar setelah menjawab pertanyaan sang suami. Brak! ** "Faiz, jadi benar selama ini kamu ada main sama Marni?" Ayu kini sudah berada di rumah putranya kembali, perempuan paruh baya itu bertanya. Faiz menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Em.. E-enggak, bu," jawabnya. "Gak usah ngelak kamu, Faiz. Ibu dan yang lain sudah liat video syur kalian, memalukan sekali. Kenapa juga harus di kirim ke group sih?" "Maaf bu, Aluna yang kirim video itu," jawab Faiz menghela napas berat. Ia sudah yakin pasti ibunya akan marah. "Jadi perempuan mandul, itu?" Faiz mengerutkan kening tidak mengerti dengan pertanyaan sang ibu. "Istrimu yang mandul 'kan, Faiz? Sudahlah, gak apa-apa ibu dukung kamu sama Marni, dimana dia sekarang?" melihat perubahan ekspresi Faiz membuat wanita itu senang bukan main. Terlebih sudah lama sekali Ayu ingin mendepak Aluna menjadi menantunya karena perempuan itu tidak bisa memberikan Faiz keterunan, dan kini harapan nya tentu saja pada Marni. Deg. Satu tetes air mata keluar dari pelupuk mata indah Aluna, perempuan itu tengah berdiri di balik tembok penghubung antara dapur dan juga ruang keluarga. Ternyata dugaan nya selama ini salah, selama ini sikap baik sang mertua hanyalah topeng belaka, pikir Aluna. Ia pun menyimpan kembali sebuah nampan berisi minuman juga camilan yang sudah disiapkan. 'Aku harus bagaimana?' batin nya. Aluna duduk termenung memikirkan cara agar dia tidak terlihat lemah di depan keluarga suaminya, walaupun perasaan nya saat ini kembali sakit. "Aluna!" teriak Ayu, membuatnya kaget bukan main. Baru kali ini ibu mertuanya memanggil dirinya seperti itu, segera Aluna pun menghampiri ibu dan juga suaminya membawa nampan. "I-iya, bu? Ada apa?" Aluna menyimpan nampan tersebut, kemudian bertanya ragu-ragu. "Kenapa rumah berdebu begini sih, Aluna. Apa kamu tidak becus mengurus rumah?" Ayu menatap Aluna nyalang. "B-berdebu?" tanya Aluna gugup. "Lihat ini, apa kamu tidak suka membersihkan rumah?" Ayu memperlihatkan jari yang kotor akibat tumpukan debu di atas meja. Selama Marni di klinik memang perempuan itu tidak mengurus rumah dengan baik, hanya menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri saja tanpa menawarkan nya pada sang suami. Ia pikir untuk apa, toh dia sudah tidak di perlukan lagi di kehidupan Faiz. "T-tapi, bu..." jawab Aluna gugup. "Bersihkan sekarang juga! Kamu tau 'kan, ibu baru saja kembali dari rumah sakit. Semua nya harus bersih tanpa terkecuali." perintahnya membuat Aluna hanya bisa menganggukkan kepala. Perempuan paruh baya itu berdiri di bantu oleh sang suami memapahnya menuju kamar sang ibu. Flashback. "Lun... Tolong ibu," lirih Ayu, perempuan itu tengah merasa sakit di dalam kamarnya. Aluna segera menghampiri ibu mertuanya yang terlihat kesakitan, "Ibu kenapa? Apa yang sakit?" tanya Aluna panik. "Gak tau, Lun.. Bisa bawa ibu berobat?" wanita paruh baya itu menatap sendu pada menantunya berharap membawanya ke klinik kesehatan. "Ibu, tunggu sebentar ya. Aluna siap-siap dan pesan taksi dulu," kata nya seraya berlalu. Beberapa menit berlalu Aluna membawa ibu mertuanya ke rumah sakit untuk memastikan perempuan itu tidak ada penyakit yang serius. Setelah melakukan pendaftaran Aluna pun duduk bersama Ayu menunggu antrian pada poli dalam. "Aluna, apa kamu tidak bisa program hamil?" tanya nya, seraya menatap wanita hamil menunggu antrian di poli kandungan bersebrangan. "Aku sama mas Faiz sudah berusaha, bu. Mungkin Allah belum kasih aku rezeki anak." Aluna menggenggam tangan mertuanya, namun tiba-tiba saja wanita itu melepas begitu saja membuat Aluna merasa kaget. Terdengar dari suara mikropon nama mertua nya di panggil segera Aluna menuntun Ayu untuk masuk ke dalam ruangan sang dokter. Setelah melakukan pemeriksaan Ayu harus segera di rawat inap tentu saja membuat Aluna merasa sedih. Beberapa perawat telah memberi intruksi agar pasien segera mendapatkan kamar. Aluna pun merawat sang ibu mertua dengan ketulusan hatinya. Tak terasa tetesan air mata Aluna kembali membasahi pipi mulusnya, ia teringat bagaimana dirinya merawat sang ibu mertua hingga kini wanita itu sehat kembali. "Ibu sama mas Faiz, mau kemana?" secepat kilat Aluna menghapus jejak air matanya, ia mendengar derap langkah menuruni undakan tangga, menatap nya dan bertanya. "Kita akan menjenguk, Marni," jawab Ayu santai. Deg. 'Apa mas Faiz sudah memberi tahu kabar kehamilannya?' batin Aluna bertanya-tanya."Bagaimana keadaan kamu, Marni?" Ayu kini sudah berada di ruang inap bersama Faiz juga Aluna.Marni hendak menjawa pertanyaan sang nyonya besar namun t ata pan ma ta nya beralih pada Faiz juga Aluna."Ada apa, Marni?" kembali perempuan paruh baya itu bertanya."T-tidak, ndoro.. Saya baik-baik saja," jawab Marni terbata.Ia tidak mungkin menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, ada perasaan khawatir menyeli-muti hati Marni hingga ia memilih untuk memalingkan wajah dari sang pujaan hati."Jangan panggil saya seperti itu, kamu akan menjadi menantu saya," katanya seulas senyum terbit di b i b i r ra-nu-m Ayu.Deg."Maksud, ibu?" Aluna menatap m-ani-k ma-ta ibu mertuanya."Iya, saya akan menikahkan Faiz dengan Marni." Ayu hanya menatap wajah Aluna sekilas lalu menoleh pada yang lain.Tak kuat dengan kenyataan yang semakin meny-ak-itkan Aluna melangkah keluar dari ruangan tersebut, ia duduk di kursi ruang tunggu seraya meremas jari jemarinya.Tete-san demi tete-san tak bisa Aluna tahan lagi
"Apa maksud kamu, Mas?!" Marni tersulut es mo si, peremempuan itu bahkan sampai duduk mendengar pengakuan dari Faiz.Faiz menoleh pada Marni menatap begitu t a j a m, "Memang itu kenyataan nya, Marni. Saya tidak pernah cin-ta sama kamu," Deg.Lagi-lagi Marni tersentak kaget mendengar pengakuan yang selama ini bertolak belakang dengan tingkah juga sikapnya."Kamu kenapa, mas? Bukan kah kamu sangat suka m3nikm4ti t u b u h ku?" katanya lagi masih menatap manik mata Faiz tidak percaya.Di tatap seperti itu oleh Marni membuat Faiz memalingkan wajahnya. Perempuan itu yakin jika lelaki di hadapan nya kini sangat menc-intai dirinya namun sukar untuk mengatakan hal tersebut.Jika memang Faiz tidak mencin-tainya tidak mungkin dia akan mempertahankan janin di dalam kand-ungan nya."Jawab, mas!" bentak Marni membuat Faiz menatap nyalang. Dia tidak suka di teriaki seperti ini terutama oleh perempuan yang bukan siapa-siapa di hidupnya."Sudah saya katakan kalau itu hanya n a f s u, bukan cinta."
"Aduh, bu... Perut aku sa ki t," keluh Marni, perempuan itu memagang p e r u t nya sendiri mungkin merasa melilit. "Aluna, apa yang kamu masukkan ke da la m mie ini?" Ayu menatap ta ja m menantunya itu, ia pun merasakan hal yang sama ingin buang air besar. Pret Pret Terdengar bunyi nyaring tentu saja membuat Aluna spontan mengibaskan tangan ke depan hidung mancung. Ia sungguh di buat bahagia melihat pemandangan seperti ini, mertua nya itu begitu julid mendukung per seli ngku han putranya sendiri. Bukan ia ja ha t hanya saja terlalu gemas jika mereka di biarkan begitu saja. Mana mungkin Aluna sendiri tidak melakukan apapun ketika dirinya di tindas hanya karena belum memiliki keturunan. Saat langkah nya akan menaiki undakan tangga Marni pun menahan lengan sang majikan membuat Aluna mengerutkan kening, "Tunggu, aku akan laporin mas Faiz kalau kamu menaruh banyak cabe di makanan aku dan ibu," katanya sedikit mengancam. "Aw... Takut, laporin aja." jawab Aluna santai, ia tida
Aluna tersenyum puas dia saat ini tengah berada di sebuah salon kecantikan m3n!km4t1 p1j@t4n lembut di seluruh badannya."Pasti mas Faiz lagi kepanasan tuh, bingung bayar tagihan rumah sakit." gumam Aluna, S e n t u h a n demi s e n t u h a n Aluna rasakan dari terapis khusus perempuan di tempat spa. Ia baru lagi merasakan me time setelah beberapa bulan lama nya, kali ini Aluna benar-benar memanjakan diri."Maaf, kak. Jadi body scrub nya mau yang mana?" tanya therapis tersebut setelah selesai m3m1j@t seluruh badan Aluna."Coklat s u s u aja, mbak." jawab Aluna, ia memejamkan mata sungguh di buat terbuai dengan wangi aroma therapi khas di ruangan spa itu.Therapis perempuan bernama Sri terlihat dari name tage pakaian khas karyawan spa tersebut, mengoleskan body scrub ke seluruh badan ramping Aluna.Tidak lama Sri mulai menggossokkan body scrub itu sedikit kering agar kotoran-kotoran yang menempel pada kulit cantik Aluna dapat terangkat dengan sempurna.Ddddrrrttt "Maaf mbak, pons
"Ah, iya mas.. Lebih d a l a m." Deg. Degub jantung Aluna seketika berpacu dengan cepat ketika mendengar sayup-sayup l e n g u h a n dari seorang perempuan. 'Suara itu?' batin Aluna, menerka-nerka.Langkah Aluna mengendap-ngendap rasa penasaran semakin tinggi seiring dengan l e n g u h a n tak pantas dirinya dengar.Seingat dia hanya Marni sang Art yang ada di rumah ketika dia pergi ke rumah sakit untuk mengurus ibu mertuanya terlebih dahulu.BRAK! Pintu di buka dengan keras Aluna sudah siap dengan ponsel yang mengarah pada mereka.CEKREK.Deg!Aluna terdiam seketika melihat pasangan sejoli tengah memadu kasih itu di atas r@nj@ng. Badan nya bergetar hebat seiring ponsel yang dia masukkan ke dalam saku pakaian.PRANG! Aluna memb4nt1ng vas bunga yang ada di kamar.BUGH! tidak hanya itu saja, Aluna pun melempar photo-photo yang terpajang di atas nakas."Kurang ajar. Begini kelakuan kalian di belakang, saya! Hah?!" Aluna menarik rambut Marni yang terurai."Aaaaa, mas tolong rambutku s
BRAK! Faiz juga Aluna melihat ke arah pintu kamar mereka."Yang sopan dong kalau mau masuk!" Aluna terlihat santai, perempuan cantik itu melipat kedua tangan di depan d a d a melihat apa yang akan di lakukan plakor rasa pembantu."Diam, kamu! Saya mau bicara sama mas Faiz." bentak Marni, menghampiri majikan laki-laki sebagai sang kekasih.'Berani juga nyalinya.' batin Aluna."Apa ini balasan kamu, mas? Setelah kamu m3n1km4t1 seluruh tubuhku ini, hah?!" Marni memelas menatap sendu pria yang masih berstatus suami majikan nya itu."Ck. Menjijikan," Aluna berjalan keluar dia sudah tidak sanggup mendengar apapun lagi yang keluar dari mulut pembantunya itu."Aluna, kamu mau kemana?" Faiz mengalihkan pertanyaan pada sang istri, mengabaikan Marni."Bukan urusan kamu, Mas!" Aluna menjawab seraya pergi dari ruangan.Faiz hendak menyusul langkah sang istri. Tetapi, Marni menahan lengan nya."Tunggu, Mas. Kamu belum jawab pertanyaanku," Marni mentap mata Faiz begitu dalam."Oke, kamu tunggu disi
Di sudut kamar yang remang, suara tangis terdengar sangat pelan, hampir tertelan oleh hening nya malam.Mata Aluna basah, Air mata nya mengalir tanpa henti m e m b a s a h i pipinya yang dingin. Sesekali ia menarik napas panjang mencoba menguasai dirinya, namun isakan kecil pecah di sela b i b i r nya.Jari jemari nya bergetar saat ia mencoba menyeka air mata yang terus menerus berjatuhan, seolah tak ingin berhenti. Hatinya terasa sesak mengingat apa yang telah di lakukan sang suami bersama art di rumahnya."A-aku... Harus kuat," lirihnya menyeka air mata.Helaan napas panjang Aluna keluarkan demi bisa berdamai dengan dirinya sendiri, ia harus bisa menguasai perasaan sakit itu walau sulit.Aluna sudah memikirkan cara nya agar suami bersama gundiknya merasa terancam tidak bisa berkutik. Ceklek."Sayang," Faiz membuka pintu kamar mereka. Ia masuk begitu d a l a m menghidupkan penerangan di sana.Melihat sang istri tertidur membelakangi membuat seulas senyum terbit dari wajah tampan san
"Arghhhh!!! Panas, sakit. Kamu jangan diam aja dong, mas!" Jerit Marni, merasakan panas yang luar biasa seperti terbakar di area sensitif membuat perempuan itu menangis histeris bukan main.Faiz pun segera berlari setelah menggunakan pakaian lengkap mencari keberadaan sang istri. Entah apa yang akan di lakukan pria itu mencari Aluna."MAS FAIIZ CEPAT!!" rancu Marni meninggikan suaranya.Faiz segera datang menghampiri sang pujaan hati yang masih dalam keadaan b e r t e l a n j a n g tanpa menggunakan apapun.Dia baru saja membujuk sang istri meminta bantuan nya untuk membawa Marni ke klinik terdekat. Rasa khawatir padanya begitu kentara terlihat dari wajah tampan Faiz."Gimana, mas? Kamu mau 'kan bawa aku ke klinik?" Marni menatap mata lelaki di depan nya. Memohon agar dirinya segera mendapatkan pertolongan."M-maaf, Mar. Aluna tidak memberikan kita akses keluar dari rumah ini," sesal Faiz. Lelaki itu menundukkan wajahnya tidak berani menatap sang kekasih.Deg.Pandangan Marni mulai ka
Aluna tersenyum puas dia saat ini tengah berada di sebuah salon kecantikan m3n!km4t1 p1j@t4n lembut di seluruh badannya."Pasti mas Faiz lagi kepanasan tuh, bingung bayar tagihan rumah sakit." gumam Aluna, S e n t u h a n demi s e n t u h a n Aluna rasakan dari terapis khusus perempuan di tempat spa. Ia baru lagi merasakan me time setelah beberapa bulan lama nya, kali ini Aluna benar-benar memanjakan diri."Maaf, kak. Jadi body scrub nya mau yang mana?" tanya therapis tersebut setelah selesai m3m1j@t seluruh badan Aluna."Coklat s u s u aja, mbak." jawab Aluna, ia memejamkan mata sungguh di buat terbuai dengan wangi aroma therapi khas di ruangan spa itu.Therapis perempuan bernama Sri terlihat dari name tage pakaian khas karyawan spa tersebut, mengoleskan body scrub ke seluruh badan ramping Aluna.Tidak lama Sri mulai menggossokkan body scrub itu sedikit kering agar kotoran-kotoran yang menempel pada kulit cantik Aluna dapat terangkat dengan sempurna.Ddddrrrttt "Maaf mbak, pons
"Aduh, bu... Perut aku sa ki t," keluh Marni, perempuan itu memagang p e r u t nya sendiri mungkin merasa melilit. "Aluna, apa yang kamu masukkan ke da la m mie ini?" Ayu menatap ta ja m menantunya itu, ia pun merasakan hal yang sama ingin buang air besar. Pret Pret Terdengar bunyi nyaring tentu saja membuat Aluna spontan mengibaskan tangan ke depan hidung mancung. Ia sungguh di buat bahagia melihat pemandangan seperti ini, mertua nya itu begitu julid mendukung per seli ngku han putranya sendiri. Bukan ia ja ha t hanya saja terlalu gemas jika mereka di biarkan begitu saja. Mana mungkin Aluna sendiri tidak melakukan apapun ketika dirinya di tindas hanya karena belum memiliki keturunan. Saat langkah nya akan menaiki undakan tangga Marni pun menahan lengan sang majikan membuat Aluna mengerutkan kening, "Tunggu, aku akan laporin mas Faiz kalau kamu menaruh banyak cabe di makanan aku dan ibu," katanya sedikit mengancam. "Aw... Takut, laporin aja." jawab Aluna santai, ia tida
"Apa maksud kamu, Mas?!" Marni tersulut es mo si, peremempuan itu bahkan sampai duduk mendengar pengakuan dari Faiz.Faiz menoleh pada Marni menatap begitu t a j a m, "Memang itu kenyataan nya, Marni. Saya tidak pernah cin-ta sama kamu," Deg.Lagi-lagi Marni tersentak kaget mendengar pengakuan yang selama ini bertolak belakang dengan tingkah juga sikapnya."Kamu kenapa, mas? Bukan kah kamu sangat suka m3nikm4ti t u b u h ku?" katanya lagi masih menatap manik mata Faiz tidak percaya.Di tatap seperti itu oleh Marni membuat Faiz memalingkan wajahnya. Perempuan itu yakin jika lelaki di hadapan nya kini sangat menc-intai dirinya namun sukar untuk mengatakan hal tersebut.Jika memang Faiz tidak mencin-tainya tidak mungkin dia akan mempertahankan janin di dalam kand-ungan nya."Jawab, mas!" bentak Marni membuat Faiz menatap nyalang. Dia tidak suka di teriaki seperti ini terutama oleh perempuan yang bukan siapa-siapa di hidupnya."Sudah saya katakan kalau itu hanya n a f s u, bukan cinta."
"Bagaimana keadaan kamu, Marni?" Ayu kini sudah berada di ruang inap bersama Faiz juga Aluna.Marni hendak menjawa pertanyaan sang nyonya besar namun t ata pan ma ta nya beralih pada Faiz juga Aluna."Ada apa, Marni?" kembali perempuan paruh baya itu bertanya."T-tidak, ndoro.. Saya baik-baik saja," jawab Marni terbata.Ia tidak mungkin menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, ada perasaan khawatir menyeli-muti hati Marni hingga ia memilih untuk memalingkan wajah dari sang pujaan hati."Jangan panggil saya seperti itu, kamu akan menjadi menantu saya," katanya seulas senyum terbit di b i b i r ra-nu-m Ayu.Deg."Maksud, ibu?" Aluna menatap m-ani-k ma-ta ibu mertuanya."Iya, saya akan menikahkan Faiz dengan Marni." Ayu hanya menatap wajah Aluna sekilas lalu menoleh pada yang lain.Tak kuat dengan kenyataan yang semakin meny-ak-itkan Aluna melangkah keluar dari ruangan tersebut, ia duduk di kursi ruang tunggu seraya meremas jari jemarinya.Tete-san demi tete-san tak bisa Aluna tahan lagi
"Kamu bilang aku p u a s, mas?!" Aluna menatap sendu Faiz, perempuan itu mengulang pertanyaan suaminya."Tidak! Aku belum pu@s sampai kalian benar-benar merasa menyesal." jawab Aluna tegas."Apa lagi yang akan kamu lakukan, Aluna?" "Itu urusanku!" Aluna m3mb4nt1ng pintu kamar setelah menjawab pertanyaan sang suami.Brak!** "Faiz, jadi benar selama ini kamu ada main sama Marni?" Ayu kini sudah berada di rumah putranya kembali, perempuan paruh baya itu bertanya.Faiz menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Em.. E-enggak, bu," jawabnya."Gak usah ngelak kamu, Faiz. Ibu dan yang lain sudah liat video syur kalian, memalukan sekali. Kenapa juga harus di kirim ke group sih?" "Maaf bu, Aluna yang kirim video itu," jawab Faiz menghela napas berat. Ia sudah yakin pasti ibunya akan marah."Jadi perempuan mandul, itu?" Faiz mengerutkan kening tidak mengerti dengan pertanyaan sang ibu."Istrimu yang mandul 'kan, Faiz? Sudahlah, gak apa-apa ibu dukung kamu sama Marni, dimana dia sekarang?" m
"Arghhhh!!! Panas, sakit. Kamu jangan diam aja dong, mas!" Jerit Marni, merasakan panas yang luar biasa seperti terbakar di area sensitif membuat perempuan itu menangis histeris bukan main.Faiz pun segera berlari setelah menggunakan pakaian lengkap mencari keberadaan sang istri. Entah apa yang akan di lakukan pria itu mencari Aluna."MAS FAIIZ CEPAT!!" rancu Marni meninggikan suaranya.Faiz segera datang menghampiri sang pujaan hati yang masih dalam keadaan b e r t e l a n j a n g tanpa menggunakan apapun.Dia baru saja membujuk sang istri meminta bantuan nya untuk membawa Marni ke klinik terdekat. Rasa khawatir padanya begitu kentara terlihat dari wajah tampan Faiz."Gimana, mas? Kamu mau 'kan bawa aku ke klinik?" Marni menatap mata lelaki di depan nya. Memohon agar dirinya segera mendapatkan pertolongan."M-maaf, Mar. Aluna tidak memberikan kita akses keluar dari rumah ini," sesal Faiz. Lelaki itu menundukkan wajahnya tidak berani menatap sang kekasih.Deg.Pandangan Marni mulai ka
Di sudut kamar yang remang, suara tangis terdengar sangat pelan, hampir tertelan oleh hening nya malam.Mata Aluna basah, Air mata nya mengalir tanpa henti m e m b a s a h i pipinya yang dingin. Sesekali ia menarik napas panjang mencoba menguasai dirinya, namun isakan kecil pecah di sela b i b i r nya.Jari jemari nya bergetar saat ia mencoba menyeka air mata yang terus menerus berjatuhan, seolah tak ingin berhenti. Hatinya terasa sesak mengingat apa yang telah di lakukan sang suami bersama art di rumahnya."A-aku... Harus kuat," lirihnya menyeka air mata.Helaan napas panjang Aluna keluarkan demi bisa berdamai dengan dirinya sendiri, ia harus bisa menguasai perasaan sakit itu walau sulit.Aluna sudah memikirkan cara nya agar suami bersama gundiknya merasa terancam tidak bisa berkutik. Ceklek."Sayang," Faiz membuka pintu kamar mereka. Ia masuk begitu d a l a m menghidupkan penerangan di sana.Melihat sang istri tertidur membelakangi membuat seulas senyum terbit dari wajah tampan san
BRAK! Faiz juga Aluna melihat ke arah pintu kamar mereka."Yang sopan dong kalau mau masuk!" Aluna terlihat santai, perempuan cantik itu melipat kedua tangan di depan d a d a melihat apa yang akan di lakukan plakor rasa pembantu."Diam, kamu! Saya mau bicara sama mas Faiz." bentak Marni, menghampiri majikan laki-laki sebagai sang kekasih.'Berani juga nyalinya.' batin Aluna."Apa ini balasan kamu, mas? Setelah kamu m3n1km4t1 seluruh tubuhku ini, hah?!" Marni memelas menatap sendu pria yang masih berstatus suami majikan nya itu."Ck. Menjijikan," Aluna berjalan keluar dia sudah tidak sanggup mendengar apapun lagi yang keluar dari mulut pembantunya itu."Aluna, kamu mau kemana?" Faiz mengalihkan pertanyaan pada sang istri, mengabaikan Marni."Bukan urusan kamu, Mas!" Aluna menjawab seraya pergi dari ruangan.Faiz hendak menyusul langkah sang istri. Tetapi, Marni menahan lengan nya."Tunggu, Mas. Kamu belum jawab pertanyaanku," Marni mentap mata Faiz begitu dalam."Oke, kamu tunggu disi
"Ah, iya mas.. Lebih d a l a m." Deg. Degub jantung Aluna seketika berpacu dengan cepat ketika mendengar sayup-sayup l e n g u h a n dari seorang perempuan. 'Suara itu?' batin Aluna, menerka-nerka.Langkah Aluna mengendap-ngendap rasa penasaran semakin tinggi seiring dengan l e n g u h a n tak pantas dirinya dengar.Seingat dia hanya Marni sang Art yang ada di rumah ketika dia pergi ke rumah sakit untuk mengurus ibu mertuanya terlebih dahulu.BRAK! Pintu di buka dengan keras Aluna sudah siap dengan ponsel yang mengarah pada mereka.CEKREK.Deg!Aluna terdiam seketika melihat pasangan sejoli tengah memadu kasih itu di atas r@nj@ng. Badan nya bergetar hebat seiring ponsel yang dia masukkan ke dalam saku pakaian.PRANG! Aluna memb4nt1ng vas bunga yang ada di kamar.BUGH! tidak hanya itu saja, Aluna pun melempar photo-photo yang terpajang di atas nakas."Kurang ajar. Begini kelakuan kalian di belakang, saya! Hah?!" Aluna menarik rambut Marni yang terurai."Aaaaa, mas tolong rambutku s