Fatimah yang sedang hamil, memergoki suaminya tengah berselingkuh dengan tetangga kontrakannya. Hal itu membuat Fatimah marah dan sangat kecewa. Ia tak menyangka perempuan yang dianggap adik sendiri, tega mengkhianati kepercayaannya. Fatimah pun memutuskan untuk pindah kontrakan dan memberikan kesempatan kedua untuk suaminya. Akan tetapi, rupanya suaminya tidak menghargai kesempatan yang diberikan oleh Fatimah. Lagi-lagi, suaminya berselingkuh. Hal itu membuat Fatimah memutuskan untuk berpisah dan melanjutkan hidupnya. Fatimah berjuang membesarkan anaknya. Dari menjadi pegawai toko sampai menjadi TKW ke luar negeri ia jalani. Hingga akhirnya sang mantan suami pun menerima karma atas perbuatannya yang tega mengkhianati pernikahannya dulu.
View MoreKarma Perselingkuhan Bab 18Taiwan, I'm ComingLima jam melayang di udara, akhirnya burung besi raksasa ini mendarat di Bandara Taoyuan, Taiwan. Sesuai arahan petugas PJTKI yang di Jakarta, aku mencari sopir dari agen PJTKI sudah menunggu. Tak butuh waktu lama, akhirnya aku dan beberapa calon TKW lain pun keluar dari Bandara. Sebelum diberangkatkan ke rumah majikan yang akan mempekerjakanku, aku dan yang lain, diminta beristirahat dulu di penampungan. Aku menurut saja. Lima jam berada di pesawat terbang, cukup membuatku lelah. Apalagi ini untuk pertama kalinya buatku. Aku ingin istirahat dulu sebelum bekerja besok. Pagi hari, setelah mandi dan sarapan alakadarnya, kami semua diminta bersiap. Seorang perwakilan dari agen, akan mengantarkan kami satu persatu ke rumah calon majikan. Dengan hati berdebar tak karuan, aku bersiap. Benak dipenuhi tanya, seperti apakah majikanku nanti? Apakah sebaik keluarga Pak Burhan, bosku dulu? ***Satu persatu, dari kami diantar ke rumah calon majika
Karma Perselingkuhan Bab 17 Keputusan BapakAku menatap Bapak dan Ibu yang juga terlihat saling pandang. Mungkin, kedua orang tuaku juga terkejut dengan permintaan ibunya Mas Ahmad. Jujur, aku tidak bisa menerima permintaan mantan ibu mertua. Enak saja, setelah sekian lama, baru meminta untuk merawat Zea. Selama ini, mereka ke mana? Jangankan berkunjung, menanyakan kabar saja tidak. Kok, seenaknya tiba-tiba ingin merawat Zea. "Bagaimana, Pak, Bu? Bagus, kan, usulan saya?" tanya ibunya Mas Ahmad. Setelah beberapa saat diam, akhirnya Bapak buka suara. "Maaf, Bu Sri. Alhamdulillah kami, tidak merasa kerepotan mengurus Zea. Jadi, maaf, kami tidak bisa memberikan Zea, untuk dirawat bersama Bu Sri. Lagipula, Bu Sri, sudah direpotkan dengan dua cucu yang lain, kan?"Mendengar penolakan Bapak, wajah mantan mertuaku semakin keruh. "Kan, ada Ahmad dan Fitri. Mereka mau, kok, ngurus Zea," ketusnya. "Maaf, Bu Sri. Bukan kami tidak percaya pada kalian. Tapi, kalo nggak salah, istrinya Ahmad
Karma Perselingkuhan Bab 16Zea Jadi RebutanPerjalanan dari kampung, ke kota kabupaten untuk menuju tempat pelatihan terasa lama sekali. Mungkin karena pikiranku yang masih tertinggal di rumah. Sepanjang jalan, wajah polos Zea selalu terbayang. Air mata berkali-kali jatuh. Dalam hati dipenuhi tanya, apakah Zea mencariku? Apa bocah lucu itu tidak mengamuk saat tahu ibunya tak ada di rumah? Dua teman perjalanan yang duduk di samping kiri kanan, tak henti-hentinya menghiburku. Namanya Mbak Wati dan Mbak Rini. Ini kedua kalinya bagi mereka pergi meninggalkan keluarga. Sebelumnya Mbak Wati dan Mbak Rini bekerja menjadi TKW di Malaysia. Akan tetapi, sekarang mereka memilih Taiwan, sebagai negara tujuan untuk mengadu nasib. Mbak Wati dan Mbak Rini mengaku, bukan tak sayang keluarga atau tak bersyukur dengan penghasilan suami mereka. Akan tetapi, mereka ingin menabung untuk masa depan. Profesi tukang ojek yang digeluti suami mereka, hanya cukup untuk makan dan kebutuhan sehari-hari. Tida
Karma PerselingkuhanBab 15Mengejar MimpiMbak Rania menyimak penuturanku dengan seksama, hingga selesai. Wanita berhidung mancung itu menarik napas lalu membuangnya perlahan. "Fat, sebenarnya, saya keberatan kalo kamu mengundurkan diri. Dari kamu masih jadi karyawan di toko mama, saya udah suka cara kerja kamu. Tapi, saya juga nggak berhak menghalangi mimpi kamu. Saya yakin, bukan hanya sekedar masalah gaji besar yang kamu kejar. Ada impian besar lain yang ingin kamu raih, betul?"Air mataku kembali tumpah mendengar kalimat Mbak Rania. "Pergilah, Fat. Kejar mimpimu. Jangan pernah menoleh sebelum mimpi itu menjadi nyata. Saya mengizinkan kamu mundur, dengan catatan kamu harus lebih sukses daripada sewaktu kerja dengan saya, paham, kan, maksud saya?" Aku mengangguk sambil terus mengusap air mata. Tak disangka, Mbak Rania bangun dan memelukku."Saya yakin, kamu akan berhasil. Kamu wanita hebat," bisik Mbak Rania sambil melepas pelukan. Wanita berkerudung biru itu tersenyum sambil me
Karma Perselingkuhan Bab 14 Mengundurkan Diri Berbulan-bulan setelah permintaan maaf itu, Mas Ahmad tak pernah lagi muncul. Entahlah, mungkin dia tidak lagi merindukan Zea yang semakin besar dan aktif. Dari kabar yang kudengar, Fitri akhirnya hamil lagi. Mungkin tiga atau empat bulan lagi, dia melahirkan. Mungkin karena itulah, Mas Ahmad sudah tidak peduli pada Zea. Walaupun kasihan pada Zea, tapi, aku tak peduli. Yang penting, mereka tidak mengganggu hidupku. Itu sudah lebih dari cukup. "Fatimah? Kamu, Fatimah, kan?" sapa seorang perempuan berkerudung kuning gading padaku. Aku mengerutkan kening, mencoba mengenali perempuan yang tengah tersenyum padaku itu. Kemudian mataku membulat, saat menyadari siapa yang kinu berdiri di depanku. "Anisa?" pekikku senang. Perempuan itu mengangguk, lalu menyalami dan memelukku. Kami saling menanyakan kabar masing-masing, lalu Anisa memperkenalkan anak dan suaminya. "Kok, bisa ada di sini, Nis?" tanyaku penasaran. Karena setahuku, Anisa beker
Karma Perselingkuhan Bab 13Keguguran Waktu terus berlalu. Tidak terasa delapan bulan sudah, aku resmi menjadi janda di mata hukum negara dan agama. Ada kelegaan tersendiri yang kurasakan setelah mengantongi akta cerai. Mas Ahmad dan istrinya tak lagi datang mengganggu hidupku dan Zea. Mas Ahmad tak terdengar kabarnya. Dia memutus semua komunikasi denganku. Itu lebih baik untukku. Akan tetapi, terkadang aku merasa kasihan pada Zea. Dia menjadi korban keegoisan ayah dan ibu tirinya. Bocah cantik itu hanya tumbuh bersamaku. Padahal, aku dengar, Mas Ahmad dan istrinya tinggal di Jakarta. Mas Ahmad bekerja di sebuah pabrik. Namun, kalau memang Mas Ahmad tak ingin menemui anaknya, aku bisa apa? Tak mungkin aku memaksanya datang untuk Zea. Toh, Zea dikelilingi orang-orang yang menyayanginya. "Mbak, ada yang nyari," ujar Rara, lembut. Aku yang sedang mencatat stok barang, menoleh pada Rara, yang tampak tak sendiri. Untuk beberapa detik, aku tertegun melihat siapa yang datang bersama R
Karma PerselingkuhanBab 12Apa Maumu? Untuk beberapa detik, aku terpaku di tempat sambil mengeratkan pelukan pada Zea. Sementara sosok itu semakin dekat. Dari sekian banyak pusat perbelanjaan di Jakarta, kenapa dia memilih datang ke sini? "Fatimah! Kamu di sini? Bagaimana kabar kalian?"Kalau bukan tempat umum aku pasti sudah menjawab pertanyaan itu dengan omelan. Buat apa dia menanyakan kabar kami? Bukankah kami terlihat baik-baik saja? "Eh, baik, Mas."Aku sama sekali tak berniat menanyakan kabarnya. Buat apa? Basa-basi? Toh, dia terlihat sehat dan bahagia. "Kamu di sini? Jalan-jalan atau?""Aku kerja. Maaf, Mas permisi, aku mau lanjut kerja."Belum sempat aku masuk ke dalam toko, seorang perempuan tiba-tiba menghampiri kami. Langkahnya tampak tergesa. "Oh, jadi kalian janjian di sini! Pantas aja, aku lagi milih baju ditinggal!" teriaknya membuat beberapa orang menoleh. Aku terkejut, tak menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti ini. Otak bergerak cepat, mengantisipasi kal
Karma Perselingkuhan Bab 11Kepala TokoSejak pertengkaran Mas Ahmad dan istrinya di depan rumah orang tuaku, mantan suamiku itu tidak pernah datang lagi. Boro-boro datang, atau memberikan nafkah untuk anaknya, menanyakan kabar saja tidak. Sedangkan warungku semakin hari semakin sepi. Terkadang malah aku menombok saat belanja lagi. Semalam, tiba-tiba Bu Rani menghubungiku, menawarkan pekerjaan. Bu Rani mengabarkan bahwa, anaknya membuka toko perlengkapan bayi di sebuah pusat perbelanjaan. Mereka butuh karyawan yang bisa dipercaya. Bu Rani menawariku untuk menjaga toko tersebut. Bahkan, aku boleh membawa serta Zea. Untuk tempat tinggal, aku tidak perlu pusing. Aku diperbolehkan tinggal di rumah pemilik toko, bersama dua karyawan lain. "Ibu perhatikan, kamu melamun terus dari pagi. Ada apa, Fat?" Aku menoleh pada Ibu yang sedang menidurkan Zea. "Nggak ada apa-apa, Bu. Cuma, kepikiran tawaran Bu Rani semalam.""Oh. Ibu sih, terserah kamu saja. Tidak akan menyuruh menerima atau menola
Karma PerselingkuhanBab 10Masalah Belum Selesai Empat bulan sudah aku resmi menyandang status janda. Aku pikir, masalah akan selesai saat aku tak lagi memiliki ikatan apa-apa dengan Mas Ahmad. Namun, ternyata pikiranku salah. Mantan suamiku itu tak kunjung mengurus surat perceraian kami ke pengadilan. Bahkan, sepertinya dia cenderung mengulur waktu. Entah apa maksudnya. Sedangkan untuk mengurus sendiri, aku belum punya cukup uang. Uang tabungan yang kumiliki, sebagian dipakai untuk modal membuka warung kecil di depan rumah orang tuaku. Sisanya, kusimpan saja untuk berjaga-jaga kalau ada kebutuhan mendadak. Akan tetapi, tetap saja belum cukup untuk mengurus perceraianku dengan Mas Ahmad. Tentang nafkah yang seharusnya tetap diberikan oleh Mas Ahmad, jangan tanyakan itu. Boro-boro memberikan uang untuk kebutuhanku dan Zea selama aku berada dalam masa iddah. Menanyakan kabar anaknya saja tidak. Bahkan, kudengar, Mas Ahmad sudah menikah lagi dengan Fitri, satu bulan setelah ia menjat
Karma Perselingkuhan Bab 1TerpergokTergesa aku melangkah menyusuri gang sempit menuju kontrakan untuk mengambil dompet yang tertinggal. Tak biasanya aku bisa lupa membawa benda penting itu. Sebenarnya tadi, bos pemilik toko tempatku bekerja menawariku memakai uang toko untuk membeli makan siang. Akan tetapi, aku juga ingat, suamiku juga pasti belum makan. Tadi pagi aku bangun kesiangan dan tidak sempat memasak. Karena itulah aku memaksa pulang saat jam makan siang, selain mengambil uang juga sekalian mengajak suamiku makan.Sesampainya di kontrakan, aku mendorong pintu yang terbuat dari papan tipis itu. Dikunci. Mungkin suamiku masih tidur. Semalam ia yang kebagian shift siang, pulang sudah hampir tengah malam. "Mas!" panggilku sambil mengetuk pintu. Tak ada sahutan. "Mas! Mas! Mas Ahmad!"Tak ada sahutan, tapi samar terdengar kasak-kusuk dari dalam kontrakan."Mas!" panggilku lagi. "Ya, bentar!" terdengar suara Mas Ahmad menyahut dari dalam. Lalu pintu terbuka. Sepintas aku meli
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments