Tentu saja mendengar berita itu kami langsung terkesiap dan saling memandang, ada beberapa sisa tamu dan kerabat yang masih duduk dan menemani kami, mereka juga tak kalah terkejutnya mendengar berita berita itu."Apa sungguh, Kartika mengalami kecelakaan?""Iya, sudah dikonfirmasi bahwa itu mobil range Rover hitam milik Pak Rudi.""Astaghfirullah ...." Aku hanya bisa mengelus dada sambil berkali-kali mengucapkan istighfar tak menyangka bahwa si wanita yang baru saja membuat onar di pesta kami, akan mengalami kecelakaan dengan begitu tragisnya. Hanya saja, hal yang belum bisa aku pastikan adalah, apakah penumpang dari mobil tersebut sudah meninggal atau masih bisa diselamatkan."Apakah tim penyelamat sudah datang?""Sudah dan saat ini sedang dilakukan evakuasi. Mobilnya hancur dan ringsek parah serta terbakar, jadi saya rasa sedikit harapan untuk bisa ....""Sudah jangan dilanjutkan, aku akan minta Mas Yadi untuk pergi ke lokasi dan memastikan keadaan Kartika""Usahlah, Ma, ngapain? Bi
Tujuh hari setelah kematian kartika rumah kami kembali ramai, akan ada acara akad nikah yang kami selenggarakan esok hari.Para kerabat jauh datang untuk membantu mempersiapkan acara, Bibi, Paman dan sepupu anakku berkumpul untuk mendekor, menyiapkan souvernir dan memastikan bahwa esok hari akan berjalan lancar dengan sempurna.Para tukang masak, yang sengaja kami datangkan langsung dari sebuah rumah katering paling terkenal sibuk di halaman belakang dengan tugas masing masing. Temui putriku yang sedang duduk manis di dalam kamarnya, dia nampak sangat ceria dengan senyum tulus di wajahnya."Gimana sayang? Kamu udah siap buat besok?""Iya, Ma. Siap.""Alhamdulillah, tapi, jangan sampai malam ini kamu telat tidurnya, ya," ucapku dengan tepukan lembut di bahunya."Siap, Ma."*Sejak pukul 4 pagi kami sekeluarga sibuk untuk bersiap diri mandi dan mulai di make-up oleh tim rias pengantin, termasuk aku, siska, dan Mas Yadi yang akan jadi pendamping Imelda.Putriku nampak sangat bahag
Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa hari ini aku akan kedatangan seorang tamu yang cukup membuatku berpikir berkali-kali.Pagi tadi ketika aku telah selesai dengan tugas rumah dan baru saja mandi, tiba tiba pintu diketuk, kubuka dengan oenadaran karena pemua yang datang amat tampan, perawakannya seperti pangeran Brunai dan tubuhnya sangat atletis layaknya pemain polo."Selamat pagi, Nyonya?""Selamat pagi," jawabku."Kenalkan saya Roni," ujarnya tersenyum."Oh, saya sakinah, ada apa ya?""Boleh saya masuk, Nyonya?"Senyum dan bahasa tubuhnya mengisyaratkan bahwa pemuda itu adalah pemuda yang dididik dari keluarga baik-baik."Ya, silakan."Pemuda itu kupersilahkan duduk sementara kuambilkan segelas teh untuknya. Aku kembali dari dapur ketika pemuda itu sedang berdiri dan menatap foto keluarga kami dia tersenyum kepadaku dan kembali ke tempat duduknya."Kira-kira, ada apa ya?" tanyaku memulai percakapan."Saya adalah cucu Kolonel William, Ibu saya adalah anak dari istri pert
Mengetahui anakku dan segala sepak terjangnya yang memusingkan, aku sungguh tak tahu harus berkata apa lagi untuk mencegahnya.**Hari itu ...Setelah tak terhitung berapa kali aku harus bertengkar dengan Nyonya Erika, membahas dan mendebat keputusan kejamnya yang ingin memaksa Bendi untuk mempoligami anakku,Akhirnya ini puncak dari semua itu.Erika datang melempar surat cerai ke atas meja, dan pergi dengan senyum jahatnya meninggalkan segala kemarahan dan sumpah serapah putriku yang tak terima dengan perlakuannya. Sesungguhnya saat itulah hati seorang ibu yang berharap putrinya akan bahagia dengan pernikahan, menjadi hancur. Aku marah, ingin sekali menangis saat membaca lembaran putih bertuliskan nama Imelda dengan pengesahan cerai, namun aku menahannya agar putriku tidak semakin rapuh.Aku dan Mas Yadi berusaha untuk membuatnya tetap tegar dengan segala saran dan ucapan tulus kami untuk menghiburnya. Meski dalam dada, jiwaku tergerus oleh rasa kecewa dan ingin sekali diriku--and
Aku tidak mengerti apa saja yang dilakukan Imelda, selama tinggal denganku, anak itu sering keluar masuk dan pergi dari rumah tapi tidak pernah mengungkapkan ke mana tujuannya. Aku yang sibuk dengan kebun dan bisnis jarang bertanya, tidak tahu apa yang dia rencanakan dan apa yang ingin dilakukan, tapi aku berharap bahwa dia menjadi wanita yang bijak dan mengerti keinginan sendiri."Belakangan kamu sering keluar, kemana saja kamu?" tanyaku suatu malam ketika dia kembali dengan mantel panjang dan rambut tergerai. Wajahnya nampak pucat dan matanya sembab."Aku dari rumah Bendi," jawabnya."Ngapain? Bukankah kalian udah pisah?""Aku hanya ...." Anak Perempuanku itu menggeleng sedih."Kau merindukan dia?" Aku menghampiri dan menyentuh bahunya. Anakku yang tak menjawab hanya meneteskan air mata dengan bahu terguncang."Imel ... kenapa kamu terlihat rapuh sekali?""Karena tadi, aku sudah mencium Roni do hadapan Bendi, Ma.""Hah, masak?""Entah terbawa suasana atau apa, tapi Bendi menyaksik
Selama kuserahkan Imelda ke tangan Bendi tak pernah lagi hatiku menghangat oleh rasa bahagia selain di hari pernikahannya yang terkesan buru-buru dan tertutup. Rupanya firasat Mas Yadi benar, anakku telah menumbalkan dirinya pada kecelakaan besar. Dia sudah masuk dalam keluarga jahat yang mengerikan.Dan ...Dari sekian mimpi buruk yang kuhindari dalam hidup ini, hanya satu yang paling menyakitkan tapi sialnya itu menjadi nyata. Imelda anakku, akhirnya terjebak di antara klan wlilliam dan dia tidak punya pilihan lain selain bertahan dengan berpura-pura demi melindungi nyawa dan keselamatannya dari ancaman nyonya Erika.**Malam itu, setelah Roni dan suamiku di bawah ke UGD. Rombongan keluarga Roni datang, mereka sangat ramai dan gaduh, penuh kepanikan dan rasa sedih, juga pertanyaan yang terus terlontar mengapa peristiwa itu bisa terjadi.Aku tak melihat kedatangan musuh yang lebih menggelisahkan selain kedatangan mereka. Aku sampai berdebar tegang dan berkeringat dingin. Buk
Entah sudah berapa kali anakku memberiku kejutan yang tidak terduga, dia menyimpan begitu banyak misteri dalam hidupnya dan sekali lagi membuat kami semua terperanjat. Dia mengatakan hamil syaraf-syaraf kepalaku langsung menegang, adrenalinku naik, pun perasaan kaget yang bergejolak. Aku tidak percaya dia hamil, lebih tidak percaya pada apa yang sudah dia lakukan, dia berusaha melenyapkan nyawa seseorang. Sungguh, sakit hatinya Imelda membuat ia kehilangan akal sehat, rela mengambil resiko terburuk yang ancamannya bisa 20 tahun penjara atau bahkan mati di tiang gantungan. "Ya Allah, Imelda." Aku hanya bisa terbelalak ketika ia meyakinkan semua orang bahwa dia sedang hamil, pun Kolonel William, Pria yang terkenal angker dan kejam itu tatapan matanya langsung meredup ketika mengetahui cucunya menghamili putriku. "Sekarang, apa rencanamu?!" bisikku pada Imelda, di sela-sela keributan keluarga itu, mereka gaduh menimbang apakah anakku harus dilepas atau dibawa pulang oleh mereka. "
"tunggu Ma, Aku ingin membahas sesuatu dengan Mama." Imelda meletakkan ponselnya dan menyelinap turun untuk menemui Sakinah yang masih menunggu di gerbang. Imelda yang membahas membahas masalah surat yang dibawakan oleh Sakinah serta memintanya agar menyembunyikan rahasia itu rapat-rapat.. perlahan Imelda menyelinap dari pintu belakang dan menemui Sakinah. Hati Sakinah berdebar kencang. Tangannya gemetar setelah memegang surat laporan kehamilan palsu yang dibuatnya untuk Imelda. "mama!" Imelda menghambur memeluk mamanya. "makasih ya Ma." "Ini benar-benar jalan yang berbahaya, Mel," gumamnya, matanya berkaca-kaca. Imelda, putrinya yang keras kepala, telah membawanya ke dalam pusaran masalah yang rumit."Ma ini demi aku , tolong aku," mohon Imelda, suaranya bergetar. "Aku tidak ingin hidup dengan Bendy lagi. Dia tidak mencintaiku, dia hanya menginginkanku karena aku adalah anak dari Sakinah."Sakinah menghela napas panjang. Ia tahu Imelda benar. Bendy, anak buah mafia yang telah