setalah Roni dikeluarkan dari rumah sakit dan menjalani perawatan di rumah saja, demi keamanannya, tinggallah sakinah dan Suryadi di rumah sakit. akibat bentrokan penembakan yang terjadi antara Imelda dan mantan suaminya bendi, Suryadi juga turut mengalami luka parah, luka tembak di bagian dada dan perut yang membuatnya harus dioperasi dan menjalani perawatan intensif. bagi keluarga kaya seperti keluarga Tuhan William menyewa alat medis dan membayar perawat kompeten adalah perkara yang mudah. tapi untuk Sakinah yang keadaan ekonominya belum membaik akibat kebangkrutan dan pencurian oleh Kartika, sakinah dan Suryadi harus menata ulang kembali hidup mereka. "bagaimana kabar Imelda di rumah Roni?"tanya mantan letnan kolonel Suryadi. vagina yang sedang menyuapinya hanya menghembuskan napas sambil menatap suaminya dengan lembut. "aku rasa dia baik-baik saja mas,"jawab wanita itu sambil mengaduk makanan dan berusaha mendinginkannya lalu menyuapinya ke mulut Suryadi. "apa dia bisa menah
Dengan segala koneksi yang ada Sakinah berusaha menghubungi salah satu kenalannya yang berprofesi sebagai dokter kandungan, Dia pernah punya hubungan baik di masa lalu sebagai istri semua orang komandan distrik militer. dia ada dokter tersebut berulang kali melakukan kerjasama dan bahkan membantu Sakinah taat kehamilannya jadi dia akan pergi menemui wanita itu untuk meminta bantuan sedikit. "aku pergi dulu.""iya hati-hati.""aku tidak terlalu mencemaskan diriku tapi kau yang ada di rumah sakit ini siapa tahu anak buah bendi datang dan menyuntikkan cairan kematian ke dalam infusmu.""sebentar lagi Siska akan datang selagi itu aku akan terjaga, aku tidak akan tidur sampai anakku datang.""baiklah jaga dirimu baik-baik Sakinah mencium kening suaminya lalu berpamitan pergi."fversama mobil tua dengan beberapa bekas lubang tembakan, Sakinah mengendarai sedan versi lama tersebut menuju ke klinik dokter langganannya. sepanjang perjalanan gerimis turun perlahan membasahi aspal berwarna kela
sebulan berlalu setelah Sakinah memberikan hasil USG kepada Imelda, sebulan berlalu setelah Roni dibawa pulang kembali ke rumah tuan William dan Suryadi suaminya sudah pulang ke rumah dan mulai jalani masa pemulihan. Setelah dua luka ditembak yang berhasil menembus dada, tapi syukurnya Suryadi masih selamat, kini Sakinah lebih berhati-hati dan lebih mengetatkan keamanan di rumahnya. dia bahkan mengganti pintu gerbang menjadi pintu baja yang kuat juga membayar seseorang untuk mengawasi kegiatan Putri keduanya yang selalu kuliah dan hangout bersama teman-temannya.sekali Imelda menelpon tapi pembicaraan hanya tentang kabar dan semuanya baik-baik saja. kadang iya menyatakan keresahannya tentang perlakuan Tuhan Heri tapi lama-kelamaan semuanya membaik seiring dengan terbuktinya kehamilan Imelda. "mama pikir kamu berpura-pura tapi ternyata mama melihat kehamilanmu dengan jelas.""Yang kulakukan adalah dosa besar dan aku tidak nyaman dengan itu, Ma. Kakek William sudah mengajukan gugatan
*Dua Minggu kemudian.hidup Sakinah berjalan dengan normal, meski hanya tinggal bertiga bersama suami dan anak bungsunya Siska tapi, Sakinah mulai merasa tentram. ditambah keyakinannya bahwa Tuan William akan melindungi Imel membuat wanita berusia 43 tahun itu sedikit tenang. "Bagaimana luka lukamu, Mas?"" Tanya sakinah Pada Suryadi suaminya. seperti biasa dia bawakan air hangat dan kompres untuk membantu pria itu mengganti perbannya. "sedikit membaik meski bekas operasi di perutku masih terasa nyeri, aku sudah terbiasa dengan luka dan aku bisa mengatasinya.""apa kita harus kembali ke klinik?" Tanya sakinah dengan khawatir. "Tidak usah. kamu tidak harus mengkhawatirkan aku, yang harus kamu khawatirkan adalah Imelda dan Roni. mereka lebih membutuhkan bantuan dibandingkan kita.""semoga situasinya membaik, sebab tuan William akan menemui pejabat berwenang di kota ini dan meminta beliau untuk menekan Erika. wanita itu tidak bisa dikalahkan dengan kekuatan Tapi dia bisa dikalahkan de
Tak bisa ditunda-tunda lagi, rencana untuk menemui Erika dan menawarkan perdamaian akan segera dilakukan oleh sakinah. Sakinah melangkah memasuki ruangan mewah Ny. Erika, hati berdebar kencang. Udara di ruangan itu terasa berat, dipenuhi aroma parfum mahal dan ketegangan yang mencekam. Ny. Erika duduk di sofa beludru, wajahnya dingin dan begitu melihat Sakinah kebengisan dan dendam terlihat jelas di sana. "Kau berani datang ke sini?" desis Ny. Erika, suaranya dingin dan menusuk. "Kau berani datang setelah kau menghancurkan hidupku?"Sakinah menghela napas panjang. Ia tahu bahwa Ny. Erika masih mendendam padanya. Ia tahu bahwa Ny. Erika ingin membalas dendam atas apa yang telah terjadi. terutama kepada putrinya yang telah membuat dia kehilangan separuh bisnisnya, kehilangan gudangnya karena kebakaran dan sempat masuk penjara meski hanya beberapa bulan. "Erika, aku datang untuk meminta kesempatan," kata Sakinah, suaranya lembut dan penuh ketulusa
Sakinah berlari keluar dari istana Ny. Erika, hatinya berdebar kencang seperti gendang yang dipukul keras. Ia merasakan kepanikan yang mencengkeram jiwanya. Ny. Erika tahu di mana Imelda berada dan Ny. Erika akan melakukan apa saja untuk membalas dendam."Aku harus mencari Heri," gumam Sakinah, napasnya terengah-engah. "Aku harus memberitahunya tentang ancaman ini."Sakinah melesat cepat menuju showroom motor milik Heri. Ia tahu bahwa Heri sedang berusaha menata hidupnya kembali setelah kejadian yang menimpanya. tepat saat tiba di sana, Sakinah menemukan Heri sedang menunjukkan motor baru kepada seorang pelanggan. saat mereka saling pandang Heri nampak sangat sini sedang Sakinah menatap dengan pandangan yang penuh kekhawatiran."pak herii," kata Sakinah, suaranya bergetar. "Aku harus berbicara padamu."Sakinah menarik Heri ke sisi dan menceritakan semuanya. Ia menceritakan pertemuannya
Ia memutar kemudi dengan kencang dan berbalik menuju arah rumah sakit, aku yang kaget, langsung menegakkan badan di kursi memberi ekspresi penuh pertanyaan padanya."Kenapa berbalik arah?""Ada hal yang aku lupakan, dan tidak boleh ditunda," ujarnya.*Ia menepikan mobil di depan pagar utama dan langsung bergegas masuk dan naik ke lantai tiga lewat lift. Aku menyusul karena rasa penasaran sementara para pekerja yang bertugas terlihat aneh menatap kami yang lalu lalang untuk kedua kalinya."Mau ngapain sih?" cecarku menyusulnya cepat.Pria itu membuka pintu kamar dan Didit ternyata masih ada di sana, duduk di depan Kartika dan terlihat sedang bicara serius.Mereka seketika terkejut saat mendapati kami datang lagi."Aku lupa membicarakan satu hal," ujar Mas Yadi " ... Tadinya aku ingin menjemputmu dan menunaikan tanggung jawabku sebagai orang yang sudah menikahimu, tapi aku kecewa. Karenanya mulai detik ini kau kujatuhi talak!"Wanita itu terdiam, entah tak mau pusing atau malu, yang p
"Sakinah, apa yang terjadi, Sakinah ...."Pendengaranku samar, perlahan kabur, sakit di perut makin menjadi jadi, sementara tubuh mulai lemas dan berkeringat dingin."Apa yang kau rasakan?" tanya Mas Yadi panik.Aku tak mampu menjawab karena bibir ini sudah kelu dan rasa sakit yang melilit membuatku tak mampu menggerakkan lidah.Hingga semuanya buyar dan menggelap.**"Nyonya Sakinah ....""Lakukan sesuai prosedur!""Tanda tangan di sini!""Sakinah ... sadarlah, Sakinah ....."Lamat-lamat kudengar Mas Yadi dan orang orang ramai, lampu yang menyilaukan namun semuanya masih kabur. Mas Yadi dan seorang pria memanggil sambil mengguncang tubuhku, tapi tapi aku masih tidak sanggup membuka mata lagi.*Terbangun ketika diri ini menyadari bahwa aku sudah berada di sebuah ranjang dan ketika pupil mata membuka sempurna, kusadari semua infus menggantung di dekatku dan jarumnya menancap di tangan. Entah apa yang terjadi sebelum itu aku tidak tahu."Nyonya sudah siuman?""Iya, kenapa, saya di mana