Sebelum Acara pernikahan Imel yang akan diselenggarakan beberapa bukan mendatang aku dan Mas Yadi sepakat untuk kembali rujuk dan menata kembali hidup kami yang sudah berantakan dari awal. Ada komitmen untuk berubah dan melupakan semua kejadian kelam, bodoh dan konyol yang pernah sama sana kami lakukan.Hari itu, di kebun kecil belakang villa, kami membangun dekorasi minimalis dengan tenda dan bunga. Diihadiri oleh anak-anakku, beberapa sahabat dan saudara kami serta petugas pencatat nikah, kami kembali melangsungkqn pernikahan. Kujajaki jalan setapak menuju meja pernikahan, anak anak mentap dengan berbinar, juga senyum tersungging dari calon menantu dan tamu undangan.Aku mendekat dan seolah ini adalah pernikahan pertama kalinya, sudut mata Mas Yadi terlihat basah, melihatku datang. Ia tersenyum sambil memberikan uluran tangan yang kemudian kusambut dengan tatap haru dann bahagia."Kamu cantik hari ini," bisiknya."Terima kasih," jawabku."Meski wajahmu sudah berubah tirus karena
Wanita plin plan itu ternyata berhasil menyembuhkan dirinya dari kanker, entah bagaimana caranya kulihat ia setelah beberapa minggu kemudian berjalan jalan di kota bersama kedua anaknya. Agak kaget tadinya tapi setelah dipastikan itu memang dia, aku yakin bahwa wanita itu sudah pulih dari sakitnya.Seolah menghindari pertemuan, aku segera memutar kemudi dan melaju meninggalkan tempat itu sebelum dia melihatku dan akan ada drama saling mengejek antara kami berdua.Sebenarnya sebutan ratu pelakor sangat cocok untuknya, bayangkan, suamiku dua-duanya digoda dan diembat olehnya. Pertama Mas Suryadi lalu setelahnya Mad Didit, dan pada akhirnya, selesai! dia tak bersama salah satu dari mereka. Baik Yadi maupun Didit.Lalu lucunya, aku berada di pusaran takdir yang sama, terkait dan bermasalah dengan orang yang sama. Bosan, lelah, jengah, sekaligus jengkel tak terkira.**Di sisi lain, aku punya hidup sempurna, sebentar lagi Imel menikah, persiapan kami sudah hampir sembilan puluh persen d
Waktu bergulir, berganti membawa suasana baru, perlahan tapi pasti semuanya akan berubah, masa lalu akan dilupakan dan berganti dengan banyak kejutan dan kedatangan orang orang baru dalam hidup kami Sebentar lagi imel akan melangsungkan pernikahannya bersama Bendi, tenda sudah terpasang, kamar pengantin sudah didekorasi dan menu katering sudah dipesan.Selagi mencatat semua detail bahan makanan yang akan dibeli, Imel datang dan menghampiri."Ma ....""Iya, Sayang.""Aku takut semuanya akan gagal.""Gagal bagaimana? Semuanya sudah direncanakan dan disusun rapi," jawabku.."Tapi, tetap saja, aku bimbang," balasnya sambil menjatuhkan kepala ke meja makan, menunjukkan kegelisahan."Jangan khawatir, Nak. Mama akan mengurus segalanya, kamu menikah dan berbahagialah.""Apa keputusan menikah muda adalah keputusan terbaik?" tanyanya sambil mendesah pelan."Iya, jika itu adalah pilihan terbaik dan panggilan jodohmu sudah datang, jangan tunda lagi," jawabku menggengam tangannya."Aku ragu Ben
Tentu saja mendengar berita itu kami langsung terkesiap dan saling memandang, ada beberapa sisa tamu dan kerabat yang masih duduk dan menemani kami, mereka juga tak kalah terkejutnya mendengar berita berita itu."Apa sungguh, Kartika mengalami kecelakaan?""Iya, sudah dikonfirmasi bahwa itu mobil range Rover hitam milik Pak Rudi.""Astaghfirullah ...." Aku hanya bisa mengelus dada sambil berkali-kali mengucapkan istighfar tak menyangka bahwa si wanita yang baru saja membuat onar di pesta kami, akan mengalami kecelakaan dengan begitu tragisnya. Hanya saja, hal yang belum bisa aku pastikan adalah, apakah penumpang dari mobil tersebut sudah meninggal atau masih bisa diselamatkan."Apakah tim penyelamat sudah datang?""Sudah dan saat ini sedang dilakukan evakuasi. Mobilnya hancur dan ringsek parah serta terbakar, jadi saya rasa sedikit harapan untuk bisa ....""Sudah jangan dilanjutkan, aku akan minta Mas Yadi untuk pergi ke lokasi dan memastikan keadaan Kartika""Usahlah, Ma, ngapain? Bi
Tujuh hari setelah kematian kartika rumah kami kembali ramai, akan ada acara akad nikah yang kami selenggarakan esok hari.Para kerabat jauh datang untuk membantu mempersiapkan acara, Bibi, Paman dan sepupu anakku berkumpul untuk mendekor, menyiapkan souvernir dan memastikan bahwa esok hari akan berjalan lancar dengan sempurna.Para tukang masak, yang sengaja kami datangkan langsung dari sebuah rumah katering paling terkenal sibuk di halaman belakang dengan tugas masing masing. Temui putriku yang sedang duduk manis di dalam kamarnya, dia nampak sangat ceria dengan senyum tulus di wajahnya."Gimana sayang? Kamu udah siap buat besok?""Iya, Ma. Siap.""Alhamdulillah, tapi, jangan sampai malam ini kamu telat tidurnya, ya," ucapku dengan tepukan lembut di bahunya."Siap, Ma."*Sejak pukul 4 pagi kami sekeluarga sibuk untuk bersiap diri mandi dan mulai di make-up oleh tim rias pengantin, termasuk aku, siska, dan Mas Yadi yang akan jadi pendamping Imelda.Putriku nampak sangat bahag
Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa hari ini aku akan kedatangan seorang tamu yang cukup membuatku berpikir berkali-kali.Pagi tadi ketika aku telah selesai dengan tugas rumah dan baru saja mandi, tiba tiba pintu diketuk, kubuka dengan oenadaran karena pemua yang datang amat tampan, perawakannya seperti pangeran Brunai dan tubuhnya sangat atletis layaknya pemain polo."Selamat pagi, Nyonya?""Selamat pagi," jawabku."Kenalkan saya Roni," ujarnya tersenyum."Oh, saya sakinah, ada apa ya?""Boleh saya masuk, Nyonya?"Senyum dan bahasa tubuhnya mengisyaratkan bahwa pemuda itu adalah pemuda yang dididik dari keluarga baik-baik."Ya, silakan."Pemuda itu kupersilahkan duduk sementara kuambilkan segelas teh untuknya. Aku kembali dari dapur ketika pemuda itu sedang berdiri dan menatap foto keluarga kami dia tersenyum kepadaku dan kembali ke tempat duduknya."Kira-kira, ada apa ya?" tanyaku memulai percakapan."Saya adalah cucu Kolonel William, Ibu saya adalah anak dari istri pert
Mengetahui anakku dan segala sepak terjangnya yang memusingkan, aku sungguh tak tahu harus berkata apa lagi untuk mencegahnya.**Hari itu ...Setelah tak terhitung berapa kali aku harus bertengkar dengan Nyonya Erika, membahas dan mendebat keputusan kejamnya yang ingin memaksa Bendi untuk mempoligami anakku,Akhirnya ini puncak dari semua itu.Erika datang melempar surat cerai ke atas meja, dan pergi dengan senyum jahatnya meninggalkan segala kemarahan dan sumpah serapah putriku yang tak terima dengan perlakuannya. Sesungguhnya saat itulah hati seorang ibu yang berharap putrinya akan bahagia dengan pernikahan, menjadi hancur. Aku marah, ingin sekali menangis saat membaca lembaran putih bertuliskan nama Imelda dengan pengesahan cerai, namun aku menahannya agar putriku tidak semakin rapuh.Aku dan Mas Yadi berusaha untuk membuatnya tetap tegar dengan segala saran dan ucapan tulus kami untuk menghiburnya. Meski dalam dada, jiwaku tergerus oleh rasa kecewa dan ingin sekali diriku--and
Aku tidak mengerti apa saja yang dilakukan Imelda, selama tinggal denganku, anak itu sering keluar masuk dan pergi dari rumah tapi tidak pernah mengungkapkan ke mana tujuannya. Aku yang sibuk dengan kebun dan bisnis jarang bertanya, tidak tahu apa yang dia rencanakan dan apa yang ingin dilakukan, tapi aku berharap bahwa dia menjadi wanita yang bijak dan mengerti keinginan sendiri."Belakangan kamu sering keluar, kemana saja kamu?" tanyaku suatu malam ketika dia kembali dengan mantel panjang dan rambut tergerai. Wajahnya nampak pucat dan matanya sembab."Aku dari rumah Bendi," jawabnya."Ngapain? Bukankah kalian udah pisah?""Aku hanya ...." Anak Perempuanku itu menggeleng sedih."Kau merindukan dia?" Aku menghampiri dan menyentuh bahunya. Anakku yang tak menjawab hanya meneteskan air mata dengan bahu terguncang."Imel ... kenapa kamu terlihat rapuh sekali?""Karena tadi, aku sudah mencium Roni do hadapan Bendi, Ma.""Hah, masak?""Entah terbawa suasana atau apa, tapi Bendi menyaksik