Share

Bab 28 POV Yudi (2)

Penulis: Arira
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-24 14:40:28

"Baiklah. Tapi aku harus ijin dulu sama bos aku. Kalau bisa, aku hubungi kamu lagi. Oke?" ucapku.

"Oke! Aku tunggu, ya!"

Aku kemudian menutup sambungan telepon dari Rano.

Sebetulnya aku sedikit segan memintanya ijin pada bang Arman. Takut nanti bang Arman tidak mengijinkan. Tapi apa salahnya aku coba. Lagi pula toko dalam keadaan sepi saat ini. Aku sangat ingin berjumpa sama Rano. Setidaknya bertemu teman lama bisa mengobati kerinduan aku pada kampung halaman.

Kebetulan bang Arman sedang berkunjung ke toko blok A. Aku mendekatinya sedikit gugup.

"Bang Arman!"' panggilku.

Bang Arman mengalihkan tatapannya dari buku transaksi sejenak dan menatap ke arahku.

Aku menarik nafas pelan. "Bang, tadi teman aku dari kampung menelepon. Dia ada di Jakarta ini sekarang."

"Terus?"

"Apa aku boleh menemuinya, bang?" tanyaku lirih.

"Memangnya mau bertemu dimana?"

"Di Mangga Dua, bang!"

"Ya, sudah! Temui saja!" ucap bang Arman ringan.

Aku tersenyum senang dan juga lega. "Betul, bang?"

"Betul
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 29 POV Elisa

    Aku Elisa Nurcahya. Nama yang cantik menurut orang-orang. Aku diharapkan menjadi cahaya bagi kehidupan orang di sekitarku. Begitulah kata orang tentang namaku. Namun kenyataannya, jangankan memberi cahaya pada kehidupan orang lain, hidupku sendiri terasa gelap gulita. Semua bermula saat kedua orang tuaku kerap bertengkar. Puncaknya pada saat papa mengusir mama dari rumah. Sejak saat itu, hidupku yang damai berubah kacau balau. Papa menceraikan mama, dan mama mendapatkan hak asuh atasku dan juga Abangku Ridho. Aku ingat saat itu aku baru berumur empat belas tahun. Aku baru kelas tiga SMP. Aku dipaksa menerima kenyataan hidup terpisah dari papa dan tinggal bersama mama. Sejak kami berpisah, hubunganku dengan papa tidak lagi akrab dan dekat seperti dulu. Papa jarang berbicara padaku untuk sekedar menanyakan keadaanku di sekolah. Sesuatu yang dulu sering ia lakukan. Lambat laun aku mulai terbiasa tanpa kasih sayangnya. Aku mulai hanya menganggapnya sebagai tempat untuk meminta uang. Tida

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-25
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 30 POV Elisa (2)

    "Apa lagi yang lo pikir, Lis! Ini sudah pekerjaan gampang buat lo. Kalau lo mau, gue cariin pelanggan pertama lo. Mau nggak?" desak Sarah. Aku masih bimbang. Tapi aku juga butuh banyak uang untuk membiayai gaya hidupku. Sedangkan untuk menipu papa sudah mulai susah aku lakukan sejak perempuan kampung itu menikah dengan papa. Biasanya aku akan mengambil baju-baju yang di jual papa lalu menjualnya lagi untuk mendapatkan uang. Sekarang sudah tidak bisa lagi aku lakukan. Perempuan kampung itu akan menghalangiku. Terlebih sekarang ini, dia membawa adiknya yang dari kampung itu buat menggantikan Anton yang berhenti gara-gara aku. Adiknya yang bernama Yudi itu, sama kurang ajarnya sama kakaknya. Aku juga makin sulit mengambil uang toko papa karena sikapnya saja selalu curiga kayak anjing herder. Sepertinya tidak ada cara lain untuk mendapatkan uang. Aku memutuskan untuk menerima tawaran pekerjaan dari Sarah. "Iya, deh! Aku terima tawaran lo, Sar!" ucapku. Sarah tersenyum puas mendengar uc

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-25
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 31 POV Elisa (3)

    Jeritan aku berhenti ketika mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Aku melihat om Kenneth keluar dengan hanya mengenakan handuk di pinggang. Aku marah padanya. Berarti dia yang mengambil keperawananku. Aku kembali menjerit-jerit histeris dan melemparinya bantal. "Brengsek! Laki-laki brengsek! Apa yang lo lakukan pada gue?!" teriakku dengan wajah memerah dan nafas memburu. Om Kenneth tetap bersikap tenang. Ia berjalan menghampiriku. Sikap tenangnya membuat aku takut, tanpa sadar aku beringsut mundur ke belakang. Om Kenneth tersenyum. Senyum itu membuatku bergidik. "Sudah puas marahnya?" tanyanya datar. Mataku terbelalak. Bagaimana bisa laki-laki itu segitu tenangnya setelah mengambil keperawananku?!"Apa...apa yang om lakukan padaku?!" tanyaku dengan suara bergetar. Ia tersenyum. "Ternyata Sarah benar. Kamu memang masih perawan." Ia menyeringai menatapku. Aku terbelalak. Apa itu artinya Sarah dan juga dia sudah merencanakannya?! Brengsek kamu Sar

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 32 Elisa pingsan

    Aku terkejut ketika mendapati Elisa datang bersama Yudi dengan menggunakan taksi online. Wajah Elisa terlihat kusut. Ia mengenakan jaket laki-laki dengan pakaian yang sangat minim. Rambut Elisa berantakan dan Wajahnya ada noda hitam seperti bekas maskara yang luntur. Aku tercengang menatapnya. Ia tidak peduli dengan tatapan aku dan terus berjalan menuju kamarnya tanpa menghiraukan aku. Aku beralih pada Yudi. Yudi hanya mengangkat bahunya. Aku menghela nafas. Entah apa lagi yang disembunyikan Yudi padaku. Nanti aku harus memaksanya bercerita. "Oya, kak! Kenalkan ini Rano, teman aku waktu SMA." Yudi memperkenalkan temannya yang tadi datang bersamanya. Temannya tersenyum santun padaku dan mengulurkan tangannya untuk mengajakku bersalaman. Aku menerima uluran tangannya dan kami pun bersalaman. "Rano, kak!" ucapnya. "Yuni," ucapku dengan menyebut namaku. "Silakan masuk, Rano!" Rano tersenyum dan masuk ke dalam rumah diikuti oleh Yudi. "Kalian pasti belum makan siang, kan?" tanyaku.

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 33 Keguguran

    Aku terhenyak mendengar ucapan kejam Hani. Aku menatap bang Arman berharap mendapat pembelaan darinya. Bang Arman diam tanpa menoleh padaku. Aku menjauh dari mobil itu. Mobil kemudian dilajukan dengan meninggalkan aku dalam keadaan hati yang terluka. Mungkin apa yang dikatakan Hani benar, aku ini hanya orang lain di sini. Aku menunduk sedih. Aku menoleh ketika sebuah tangan menyentuh bahuku. "Yudi!" "Yang sabar, kak!" ucap Yudi. Aku mengangguk. Aku teringat dengan kejadian siang tadi ketika Yudi mengantarkan Elisa ke rumah. Pastilah Yudi tahu apa penyebab Elisa menjadi begitu. "Yud, apa kamu tahu apa yang terjadi pada Elisa?" tanyaku. Yudi terlihat gugup. "Tidak tahu, kak! Aku kan tidak terlalu dekat dengannya," jawab Yudi. Tapi aku merasa jika Yudi menyembunyikan sesuatu. "Kamu yakin, Yud?" Yudi mengangguk. "Aku ke kamar dulu, kak!" ujarnya seraya hendak beranjak pergi meninggalkan aku. "Yud! kenapa siang tadi kamu bisa mengantar Elisa? Lalu kenapa keadaan Elisa acak-acakan s

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-28
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 34 Kedatangan Hani

    Sepulang dari rumah sakit, Elisa dibawa kembali ke rumah kami. Bang Arman memintaku untuk merawat Elisa pasca di kuret. Ia mengatakan jika ia lebih mempercayai aku untuk merawat Elisa dibandingkan dengan ibu kandung Elisa itu sendiri. Tentu saja aku tidak keberatan. Bagiku, Elisa sudah aku anggap sebagai anakku sendiri, meskipun ia bersikap kasar padaku. Mudah-mudahan jika kami sering bersama, hatinya akan melunak dan mau menerimaku. Jika bukan sebagai ibu sambungnya, setidaknya sebagai teman, harapku. Aku membantu Elisa berbaring di ranjangnya. Awalnya ia menolak pertolonganku. Tapi tidak ada satupun yang bisa menolongnya saat ini. Hani tidak ikut mengantarkan Elisa ke rumah kami. Sedangkan bang Arman dan Ridho kembali ke toko. Di rumah ini hanya ada aku dan Elisa saja. Setelah Elisa berbaring, aku merapikan selimut untuknya juga menghidupkan kips angin agar dia tidak kepanasan. Aku sedikit beberes agar dia merasa nyaman istirahat di kamarnya. Jam satu siang, aku mengetuk pintu ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-30
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 35 Tinggal bersama Hani

    "Bang, capek ya, bang?" Hani berjalan ke arah belakang bang Arman. Ia meletakkan tangannya di bahu bang Arman. "Aku pijitin ya bang!" ucapnya seraya mulai memijit bahu bang Arman. Bang Arman diam dan menikmati sentuhan tangan Hani di bahunya.Astaghfirullah alazim! Apa yang mereka lakukan? Apa bang Arman lupa jika wanita di depannya ini mantan istri yang ia ceraikan? Hani memijit bahu bang Arman sambil menoleh padaku. Ia tersenyum mengejek padaku. Aku menatap tajam pada bang Arman. Kebetulan bang Arman juga menoleh padaku. Ia menyadari tatapan tidak suka dari mataku. Ia kemudian menepis tangan Hani dari bahunya. "Sudah, Han! Sudah cukup?" ucapnya. "Dikit lagi, bang! Abang pasti capek, kan!" Hani bersikeras dengan tidak tahu malunya. Aku makin menatap tajam pada bang Arman. Bang Arman menarik paksa tangan Hani. "Sudah cukup kataku!" ucapnya dengan nada tinggi. Hani menatap wajah bang Arman dengan ekspresi terkejut dan hampir menangis. Aku muak melihat wajah penuh dramanya. Aku me

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-01
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 36 Alasan Hani tidak mau pulang

    Aku menatapnya tak percaya. Namun hatiku terasa hangat. Aku tersenyum canggung pada Elisa."Aku sudah selesai, Tante! Aku tidur dulu," ucapnya seraya bangun dari duduknya dan berjalan ke kamarnya. Aku masih menatap punggungnya yang menghilang di balik pintu. Aku tersenyum. Mudah-mudahan ke depannya hubungan kami menjadi lebih baik.*** Pagi-pagi aku sudah menyiapkan sarapan untuk bang Arman dan seisi rumah. Nasi goreng, menu andalan aku untuk sarapan. "Bang, sarapan sudah siap!" ucapku pada bang Arman yang baru saja selesai mandi. "Iya, dek!" ucapnya. "Bang, apa boleh aku ikut Abang ke toko?" tanyaku lirih. Bang Arman menatapku lekat. "Kenapa?""Aku bosan di rumah terus, bang!" Bang Arman tampak berpikir. "Baiklah. Lagi pula sudah ada Hani yang menjaga Elisa," ucapnya. Aku tersenyum senang. Setelah semua selesai sarapan, aku bergegas membersihkan dapur dan meja makan. Setelahnya aku bersiap buat berganti pakaian. Aku keluar dengan penampilan yang rapi. "Eh, mau kemana kamu?"

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-04

Bab terbaru

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 56 POV Elisa

    Mama tiba-tiba meneleponku dan memintaku melakukan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehku. Aku memang tidak senang ketika mendengar ibu tiriku itu sedang mengandung anak papaku. Tapi aku juga tidak ingin menyakitinya. Aku cuma ingin hidup damai. Masalahku sudah sangat berat yang terkadang membuatku ingin pergi dari dunia ini. Tapi desakan mama membuatku seakan terdoktrin untuk melakukan itu. Mama bilang masalah harta warisan atau apapun itu, aku sungguh tidak peduli. Tapi ucapan mama adalah perintah bagiku. Aku tidak mau mama terus memakiku. Aku berpapasan dengan Tante Yuni. Kami terdiam kaku sejenak. Kemudian Tante Yuni tersenyum padaku. Aku membalasnya dengan senyum kaku. "Apa kabar, Elisa!" sapa Tante Yuni padaku. "Baik," jawabku singkat lalu kembali ke kamarku. Aku bisa melihat sekilas raut kekecewaan di wajah Tante Yuni. Aku bisa apa? Aku tidak bisa akrab dengannya karena dia itu ibu tiriku. Bangun tidur, aku mendengar suara ribut dan juga tawa. Sepertinya sangat rama

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 55 POV Hani

    Aku menatap nanar pada semua orang yang memandangku. Mereka menatapku dengan tatapan menyudutkan ku. Wajahku sudah memerah. Laki-laki asing ini begitu kurang ajar. Seenaknya saja dia ikut campur dengan urusanku bersama si Yuni ini. Bukan salahku jika wanita tua itu pingsan. Dia yang terlalu berlebihan. Sudah tahu tua, masih saja sok melawan. Seharusnya para benalu ini kembali ke kampung halamannya. Tidak mau menjadi tatapan orang-orang di kompleks perumahan kumuh ini, aku memutuskan pergi. Hatiku puas karena berhasil menyakiti maduku itu. Aku tetap menganggapnya madu meskipun aku sudah lama bercerai dari bang Arman. Wanita itu sudah membuat kesempatan aku untuk kembali pada bang Arman hilang. Aku mendengar kabar jika bang Arman berhasil membujuk wanita itu kembali bersamanya. Ini membuatku marah. Dan aku semakin marah ketika mengetahui jika wanita kampung itu sedang hamil anak bang Arman. Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus melakukan sesuatu agar mereka cepat bercerai. Sebenarny

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 54 Kembali ke rumah bang Arman

    Aku mengejap-ngejapkan mataku begitu sinar putih itu menerpaku, saat aku membuka mata. Aku melihat ruang yang serba putih dan beraroma obat. Aku tahu, sekarang aku sedang berbaring di rumah sakit. "Yun!" Aku menoleh pada suara yang memanggilku. Ibu menatapku dengan wajah cemasnya. Ia menggenggam erat tanganku. "Ibu...?" Aku berucap lemah. "Bagaimana keadaan kamu, nak?" tanya ibu. "Aku tidak tahu, Bu! Tenagaku seakan..terkuras habis," jawabku. "Aduh, Yun! Kamu buat jantung ibu seakan copot. Ibu sudah bilang berkali-kali agar kamu istirahat saja. Tapi kamu keras kepala! Hamil muda malah ikut bantu di warung!" omel ibu. "Jadi ibu tahu kalau Yuni sedang hamil?" Suara bang Arman membuat kami tersentak kaget. Ia menatap ibu dengan pandangan kecewa. Ia juga menatapku dengan pandangan yang sama. "Kenapa kalian tidak memberitahu aku?"Ibu dan aku saling pandang. "Jawab, Yun! Kenapa kamu merahasiakannya pada Abang?" tuntut bang Arman. "Karena Yuni ingin bercerai dari kamu, Man!" jawab

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 53 Haruskah aku memberitahunya?

    Kehamilanku membuatku susah bergerak. Aku sering kali muntah dan merasa lemas. Padahal aku sudah meminum obat yang mengurangi muntah. Warung lebih sering dikelola ibu, kadang di bantu oleh Yudi dan Rindi. Tubuhku sangat lemas, sehingga aku tidak ikut keluar membantu ibu berjualan. Aku duduk di depan kamarku, yang menghadap langsung ke warung.Jantungku berdetak cepat, ketika melihat bang Arman datang. Seperti biasa ia memesan makanannya. Ibu melayani dengan wajah masam. Aku melihat bang Arman celingukan. Matanya menemukan sosokku yang duduk di depan jendela. Ia tersenyum ketika kami bertatapan. Aku buang muka. Aku mendadak gugup ketika bang Arman datang menghampiriku. Aku segera berdiri dan berjalan ke ranjangku. Aku berbaring dan berharap bang Arman tidak ke sini. "Yun!"Aku terperanjat kaget ketika bang Arman sudah berdiri di depan jendelaku dan memanggilku. Aku pura-pura tidak dengar dan mengabaikannya. "Kamu kenapa tidak membantu ibu jaga warung, Yun? Apa kamu sakit?" tanya b

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 52 Yuni hamil

    Aku masih dalam diam ku. Sesungguhnya aku tidak pernah berpikir untuk cerai dan menjadi jadi. Tapi, pernikahan yang kujalani dengan bang Arman juga tidak membuat aku bahagia. "Yun! Apa yang kamu pikirkan lagi? Untuk apa kamu pertahankan laki-laki seperti Arman?!" Ibu menatapku dengan kesal. Begitulah ibu. Jika ibu merasa keputusannya tepat, dia akan terus mendesak ku untuk menjalankannya. Sama halnya saat beliau memaksaku untuk menerima pinangan bang Arman dulu. "Bu, aku tidak tahu, Bu. Aku masih belum siap jadi janda.""Jadi janda bukan suatu aib, Yun. Yang paling penting kebahagiaan kamu. Menikah dengan Arman hanya akan membuat kamu sengsara. Karena Arman masih terikat sama anak dan mantan istrinya. Kamu akan terus dibuat makan hati oleh mereka. Jadi, lepaskan saja Arman itu. Siapa tahu besok kamu dapat jodoh yang lebih baik," bujuk ibuku gencar.Aku kembali terdiam. "Yun!" Ibu menggenggam erat tanganku. "Ibu sedih melihat hidupmu sekarang. Rasanya hati ibu remuk ketika melihat m

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 51 Yun, bercerailah dari Arman!

    Aku menunggu dengan gelisah. Aku sangat cemas hingga air mataku mengalir keluar. Seorang perawat datang menemui ku. "Apa mbak anaknya Bu Yanti?" tanyanya. "Iya, saya!" jawabku cepat. "Bu Yanti sudah stabil kondisinya, mbak. Dokter menyarankan agar Bu Yanti dirawat inap saja sambil melihat perkembangan kondisi kesehatannya. Kami langsung rujuk ke dokter jantung saja ya, mbak," jelas perawat itu padaku."Iy, suster! Lakukan yang terbaik saja buat ibuku," ujarku. "Kalau begitu, silakan di urus administrasinya, mbak!" "Baik, sus!" Aku bergegas ke ruang administrasi rumah sakit. ***Ibu sudah dibawa ke ruang rawat inap. Wajahnya yang tertidur terlihat begitu tenang. Aku meraih tangan ibu dan menggenggamnya kuat. Aku sangat lega karena ibu bisa melewati serangan jantungnya. Jika terjadi apa-apa pada ibu, mungkin aku bisa ikut mati bersamanya. Aku tidak pernah membayangkan akan kehilangan ibuku. Tubuhku masih gemetar ketika mengingat kejadian saat ibu tiba-tiba terkulai lemas.Drrrt..

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 50 POV Adam

    Namaku Adam, aku seorang guru SMA di sebuah sekolah swasta yang cukup terkenal di kota ini. Setahun yang lalu aku kehilangan istriku yang meninggal karena suatu penyakit. Kami belum sempat punya anak. Meninggalnya istriku sempat membuat aku begitu terpuruk. Hidupku mulai tidak teratur. Aku sering menyendiri dan duduk termenung mengenang Mitha, istriku. Bagiku dia wanita yang sempurna. Cantik, lembut dan juga pandai masak. Sejak kepergiannya, aku tidak lagi makan teratur karena semua yang aku makan tidak sesuai seleraku. Aku hanya makan untuk sekedar menghilangkan rasa lapar, bukan untuk menikmatinya, seperti saat istriku masih hidup. Suatu ketika, aku lewat di gang sebelah. Aku melihat ada warung makan yang baru buka. Warung itu kecil namun terlihat bersih. Aku masuk ke dalam. Seorang wanita muda tersenyum padaku. "Silakan masuk, pak! Mau makan apa?" tanyanya ramah. Aku melirik pada etalase yang memajang aneka masakan. "Ayam bakar, Bu," jawabku sambil duduk di kursi yang sudah dise

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 49 Ibu masuk rumah sakit

    Bang Arman selalu datang ke warungku untuk sarapan dan juga makan siang. Padahal aku dan ibu menampakkan wajah tidak suka kami padanya, namun bang Arman terlihat tidak peduli. "Yun! Kamu bilang sama Arman agar dia tidak ke sini terus. Ibu khawatir jika warga salah paham sama kamu. Mereka akan mengira jika kamu perempuan tidak benar," kata ibu ketika bang Arman pulang setelah makan siang di warungku. Aku menghela nafas. "Aku sudah bilang, Bu. Tapi bang Arman bilang jika dia juga berhak beli di warung kita. Aku tidak mau ribut, Bu. Malu sama tetangga," ucapku mengatakan alasanku. Ibu terdiam. Wajahnya terlihat kusut. "Sudahlah, Bu! Lagi pula dia cuma makan saja di sini. Lama-lama Yuni yakin, dia akan bosan sendiri.""Tapi kamu harus memperjelas hubungan kamu dengan Arman, Yun! Jika kamu memang berniat menceraikannya, sebaiknya kamu urus surat perceraian kamu itu. Jika kamu masih ingin menjadi istrinya, kamu tidak boleh tinggal terpisah darinya," nasihat ibuku. Aku terdiam. Sesunggu

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 48 Maafkan Abang, Yun!

    "Bang Arman?" Aku tercengang menatap sosok yang ada di hadapanku. Bang Arman berjalan mendekatiku. "Yun!" Ia menyebut namaku dan berusaha tersenyum. Aku hanya membalasnya dengan senyum tipis yang dipaksakan. "Dari mana Abang tahu aku ada di sini?" tanyaku ketus. "Dari Rindi," jawab bang Arman. Mataku mendelik. Rindi melanggar janjinya padaku. "Kamu jangan memarahi Rindi, Yun. Abang hanya mendengar pembicaraannya, jika ia membawa bekal lontong dari warungmu."Aku diam. Aku memang tidak pantas marah pada Rindi. Rindi sangat berjasa padaku. "Untuk apa Abang ke sini?" tanyaku dingin. Aku masih mengingat betapa wajahnya angkuh saat terakhir kali aku melihatnya. "Maafkan Abang, Yun!" pintanya dengan wajah menunduk.Aku terperangah. Sosok angkuh ini ternyata bisa juga meminta maaf. Tapi aku tidak semudah itu terperdaya lagi olehnya. Dia sering kali menyakitiku dan menganggap semua ucapan aku tidak penting. Aku tidak menginginkan suami seperti itu. Lebih baik aku hidup sendiri dari pada

DMCA.com Protection Status