Share

Bab 35 Tinggal bersama Hani

Author: Arira
last update Last Updated: 2023-07-01 20:15:32

"Bang, capek ya, bang?" Hani berjalan ke arah belakang bang Arman. Ia meletakkan tangannya di bahu bang Arman. "Aku pijitin ya bang!" ucapnya seraya mulai memijit bahu bang Arman.

Bang Arman diam dan menikmati sentuhan tangan Hani di bahunya.

Astaghfirullah alazim! Apa yang mereka lakukan? Apa bang Arman lupa jika wanita di depannya ini mantan istri yang ia ceraikan? Hani memijit bahu bang Arman sambil menoleh padaku. Ia tersenyum mengejek padaku.

Aku menatap tajam pada bang Arman. Kebetulan bang Arman juga menoleh padaku. Ia menyadari tatapan tidak suka dari mataku. Ia kemudian menepis tangan Hani dari bahunya.

"Sudah, Han! Sudah cukup?" ucapnya.

"Dikit lagi, bang! Abang pasti capek, kan!" Hani bersikeras dengan tidak tahu malunya. Aku makin menatap tajam pada bang Arman.

Bang Arman menarik paksa tangan Hani. "Sudah cukup kataku!" ucapnya dengan nada tinggi.

Hani menatap wajah bang Arman dengan ekspresi terkejut dan hampir menangis. Aku muak melihat wajah penuh dramanya. Aku me
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 36 Alasan Hani tidak mau pulang

    Aku menatapnya tak percaya. Namun hatiku terasa hangat. Aku tersenyum canggung pada Elisa."Aku sudah selesai, Tante! Aku tidur dulu," ucapnya seraya bangun dari duduknya dan berjalan ke kamarnya. Aku masih menatap punggungnya yang menghilang di balik pintu. Aku tersenyum. Mudah-mudahan ke depannya hubungan kami menjadi lebih baik.*** Pagi-pagi aku sudah menyiapkan sarapan untuk bang Arman dan seisi rumah. Nasi goreng, menu andalan aku untuk sarapan. "Bang, sarapan sudah siap!" ucapku pada bang Arman yang baru saja selesai mandi. "Iya, dek!" ucapnya. "Bang, apa boleh aku ikut Abang ke toko?" tanyaku lirih. Bang Arman menatapku lekat. "Kenapa?""Aku bosan di rumah terus, bang!" Bang Arman tampak berpikir. "Baiklah. Lagi pula sudah ada Hani yang menjaga Elisa," ucapnya. Aku tersenyum senang. Setelah semua selesai sarapan, aku bergegas membersihkan dapur dan meja makan. Setelahnya aku bersiap buat berganti pakaian. Aku keluar dengan penampilan yang rapi. "Eh, mau kemana kamu?"

    Last Updated : 2023-07-04
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 37 Pertengkaran karena Hani

    "Masak sih, ma?" tanya Elisa tak percaya. "Iya. Mama sudah tahu sifat papa kamu. Makanya mama mengajukan diri di sini merawat kamu. Lagian mama mau kasih pelajaran sama perempuan kampung itu. Biar dia ingat jika dia itu hanya benalu di sini. Sekali mendayung, dua pulau terlewati. Di sini mama cuma ongkang-ongkang kaki, Semua di kerjakan oleh perempuan kampung itu, dan di kasih duit lagi."Elisa terdiam. Aku mengepalkan tanganku karena geram. "Sa, bilang sama papa kamu kalau kamu tidak jadi pulang ke rumah mama!" bujuk Hani. "Tapi, aku lebih betah tinggal di tempat mama. Aku bisa ke sekolah bareng Dian. Kalau di sini nggak bisa, ma! Kejauhan kalau Dian jemput aku!" tolak Elisa. "Alah, gampang itu! Biar mama nanti yang antar kamu ke sekolah.""Iya, deh! Terserah mama. Nanti aku kasih tahu papa," ucap Elisa akhirnya. Aku pergi dari depan kamar Elisa dengan hati geram. Aku masuk ke kamarku. Aku berpapasan dengan bang Arman di depan pintu kamar. "Lho

    Last Updated : 2023-07-05
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 38 Keluar dari rumah Arman

    "Apa kamu sedang menantang Abang, Yun?" tanya bang Arman dengan tatapan menyala. "Aku tidak menantang Abang. Aku cuma meminta Abang memilih. Aku sudah cukup selalu dinomorduakan, bang! Jika Abang begitu susah untuk terlepas dari Hani, sebaiknya aku yang mundur, bang!" jawabku. Bang Arman terdiam menatapku dengan marah. Rahangnya mengeras dan tangannya terkepal. Aku tahu, aku sekarang seperti membangunkan singa tidur. Tapi, aku juga manusia yang punya perasaan. "Baiklah! Jika itu keinginan kamu. Pergilah! Pergi sesuka hatimu! Aku tidak akan peduli lagi padamu!!" ucapnya dengan nada tinggi. Wajahnya memerah menunjukkan kemarahannya. Aku tercekat. Sebegitu mudahnya ia melepaskan aku. Betapa aku tidak ada artinya di dalam hatinya walau cuma sedikit. Air mataku, mengalir deras. Dadaku terasa sesak. Aku menatapnya dengan mata berembun. Sedangkan bang Arman menatapku dengan mata tajam. Aku menunduk. "Baiklah! Berarti memang tidak ada gunanya aku di sini!" Aku terse

    Last Updated : 2023-07-06
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 39 Membuka warung

    "Oh, ini kakaknya Rindi ya?" sapa Bu Dijah ramah seraya menyalamiku dan menganggukkan kepala pada Yudi. "I...iya, Bu!" jawabku. "Sebetulnya saya teman Rindi yang sudah dianggap kakak olehnya, Bu!" jelasku. "Iya. Ibu tahu. Rindi sudah cerita kalau Yuni butuh tempat tinggal sementara sampai rumah kontrakan sebelah kosong. Betul begitu, Rin?" tanya Bu Dijah pada Rindi. "Iya, Bu," jawab Rindi. "Kebetulan bertemu ibu, saya minta ijin langsung untuk bisa menginap di tempat Rindi sehari dua hari, Bu," ucapku dan menatapnya penuh harap. "Oh, boleh saja," jawab Bu Dijah. "Mudah-mudahan betah, ya!" "Terima kasih banyak, Bu!" ucapku penuh syukur. "Alhamdulillah!" "Sama-sama. Kalau begitu, ibu pamit dulu ya. Ibu rencananya mau ke warung, beli garam. Eh, malah ngobrol di sini. Ibu tinggal dulu, ya!" ucap Bu Dijah. Kami membalasnya dengan senyum. Bu Dijah pun berlalu dari kami. "Ibu kos kamu baik ya, Rin!" komentarku. "Iya, kak! Makanya tempat kos ini nggak pernah sepi, kak. Soalnya Bu Dija

    Last Updated : 2023-07-09
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 40 Sulitnya menemukan pelanggan

    Aku bergegas membuatkan pesanan Bu Dijah begitu sampai di warungku. "Kak, Yuni!" Tiba-tiba Yudi datang dan mengejutkanku. Ia membawa serta dua orang temannya yang sebelumnya menolongku membuat bangku dan meja kayu. "Eh, Yud! Belum berangkat kerja?" tanyaku sambil tanganku sibuk membungkuskan pesanan Bu Dijah. "Ini mau berangkat, kak. Tapi aku mau sarapan dulu tempat kakak," ucapnya. "Oya, duduk dulu, Yud! Kakak mau antarkan pesanan Bu Dijah dulu," ucapku. "Biar aku saja yang antarkan, kak! Kakak buatkan saja pesanan aku dan kawan-kawanku ini," tawar Yudi. "Iyalah. Ini kamu antarkan ya! Kamu mau makan apa, Yud? Lontong sayur apa serabi?" tanyaku. "Lontong sayur, kak!" jawab Yudi. "Kamu mau apa, Dion? Kamu juga mau apa Sat? Pesan saja ya! Aku mau antarkan ini dulu." "Gampang itu Yud!" ucap Dion. "Aku lontong sayur saja, kak! Kamu apa, Sat?" "Sama dengan kamu aja, Yon!" jawab Satria. "Berarti lontong sayurnya tiga ya, kak! Kami makan di sini saja." "Iya. Ditunggu ya!" sahutku

    Last Updated : 2023-07-10
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 41 Pesanan dari Bu Joko

    [Alhamdulillah, Bu. Aku baik-baik saja. Ibu bagaimana kabarnya?]Aku mengetikkan balasan untuk ibuku. Jantungku berdebar menunggu balasan darinya. [Baik, nak. Yun, tanah bapakmu yang Lima hektar sudah laku terjual lumayan mahal. Rencananya ibu mau bagikan untuk kalian berempat. Adik-adikmu sudah menerima bagiannya. Tinggal untuk kamu saja lagi. Kirimkan nomor rekeningnya, nak! Biar bisa ibu kirimkan bagian kamu]Aku membaca berulang kali pesan dari ibuku. Mataku menatap tak percaya pada tulisan itu. Betulkah ya, Allah? Di saat aku membutuhkan uang, Engkau kirimkan lewat wanita yang sangat aku cintai ini. [Apa betul, Bu? Lalu apa ibu sudah mengambil bagian untuk ibu? Bukankah ibu juga butuh biaya hidup?] balasku. Ibuku sangat baik, aku takut demi kami, ia mengabaikan haknya sendiri. [Kamu jangan khawatir, Yun! Penghasilan dari kebun sawit sudah lebih dari cukup untuk ibu. Apalagi sekarang ini harga sawit mahal. Kamu jangan khawatirkan ibu. Kalian lebih membutuhkan uang itu dari pad

    Last Updated : 2023-07-11
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 42 Telepon dari paman Surya

    "Benar, Yud! Masak kakak bohong sama kamu?!" ujarku sambil tertawa. "Kamu pasti heran dari mana kakak dapat uang, kan?" Yudi mengangguk. "Ibu mengirimi kakak uang bagian dari penjualan tanah mendiang bapak kakak. Jumlahnya lumayan, Yud! Kakak tidak khawatir lagi dengan kehidupan kakak ke depannya. Bisa juga dijadikan modal buat buka warung. Rencananya kakak juga menerima pesanan. Karena itu kakak butuh motor, Yud!" ceritaku panjang lebar. Yudi terpana. Kemudian senyumnya terkembang. "Alhamdulillah, kak! Ternyata Allah sangat sayang sama kakak," ucap Yudi. "Iya, Yud. Alhamdulillah!" Aku tersenyum. "Jadi kamu mau kan temani kakak ambil motor?" tanyaku. "Jadi dong! Oya, kakak perlu beli beberapa perlengkapan rumah, seperti kulkas, ranjang atau yang lainnya, kak!" ucap Yudi semangat. "Yang penting-penting dulu saja, Yud. Kayaknya kakak memang butuh kulkas.""Kalau begitu kita beli besok, kak!" Aku mengangguk. ***Aku bangun lebih pagi dari sebelumnya. Banyak yang harus aku persia

    Last Updated : 2023-07-12
  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 43 Ibu menyusul aku ke Jakarta

    "Yuni! Paman hanya berusaha memperbaiki hubungan kamu dengan suamimu. Kamu tahu betul, perbuatan kamu itu akan menjadi dosa bagi kamu. Jadi sadarlah, Yun! Segera pulang ke rumah kamu!" ucap paman Surya tanpa menghiraukan perasaan aku. Aku makin merasa kesal padanya. Paman Surya selalu bersikap seenaknya. Dulu ia menjodohkan aku dengan bang Arman tanpa mau mendengar pendapat aku dulu. Ia bahkan menekan ibuku agar mau menerima bang Arman sebagai jodohku. Sekarang, ketika ada masalah dalam rumah tanggaku. Paman Surya juga tidak mendengarkan isi hatiku. Aku merasa diperlakukan tidak adil juga oleh keluargaku sendiri. "Paman, maafkan Yuni jika sikap Yuni menurut paman lancang dan kurang ajar," ucapku lembut. "Maaf, paman! Aku tidak bisa pulang ke rumah bang Arman. Tolong paman jangan memaksaku! assalamualaikum!" Setelah mengatakan kalimatku, aku langsung mematikan sambungan telepon dari paman Surya. Aku yakin paman Surya saat ini sangat marah padaku. Benar saja. Tidak lama setelah aku m

    Last Updated : 2023-07-15

Latest chapter

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 56 POV Elisa

    Mama tiba-tiba meneleponku dan memintaku melakukan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehku. Aku memang tidak senang ketika mendengar ibu tiriku itu sedang mengandung anak papaku. Tapi aku juga tidak ingin menyakitinya. Aku cuma ingin hidup damai. Masalahku sudah sangat berat yang terkadang membuatku ingin pergi dari dunia ini. Tapi desakan mama membuatku seakan terdoktrin untuk melakukan itu. Mama bilang masalah harta warisan atau apapun itu, aku sungguh tidak peduli. Tapi ucapan mama adalah perintah bagiku. Aku tidak mau mama terus memakiku. Aku berpapasan dengan Tante Yuni. Kami terdiam kaku sejenak. Kemudian Tante Yuni tersenyum padaku. Aku membalasnya dengan senyum kaku. "Apa kabar, Elisa!" sapa Tante Yuni padaku. "Baik," jawabku singkat lalu kembali ke kamarku. Aku bisa melihat sekilas raut kekecewaan di wajah Tante Yuni. Aku bisa apa? Aku tidak bisa akrab dengannya karena dia itu ibu tiriku. Bangun tidur, aku mendengar suara ribut dan juga tawa. Sepertinya sangat rama

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 55 POV Hani

    Aku menatap nanar pada semua orang yang memandangku. Mereka menatapku dengan tatapan menyudutkan ku. Wajahku sudah memerah. Laki-laki asing ini begitu kurang ajar. Seenaknya saja dia ikut campur dengan urusanku bersama si Yuni ini. Bukan salahku jika wanita tua itu pingsan. Dia yang terlalu berlebihan. Sudah tahu tua, masih saja sok melawan. Seharusnya para benalu ini kembali ke kampung halamannya. Tidak mau menjadi tatapan orang-orang di kompleks perumahan kumuh ini, aku memutuskan pergi. Hatiku puas karena berhasil menyakiti maduku itu. Aku tetap menganggapnya madu meskipun aku sudah lama bercerai dari bang Arman. Wanita itu sudah membuat kesempatan aku untuk kembali pada bang Arman hilang. Aku mendengar kabar jika bang Arman berhasil membujuk wanita itu kembali bersamanya. Ini membuatku marah. Dan aku semakin marah ketika mengetahui jika wanita kampung itu sedang hamil anak bang Arman. Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus melakukan sesuatu agar mereka cepat bercerai. Sebenarny

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 54 Kembali ke rumah bang Arman

    Aku mengejap-ngejapkan mataku begitu sinar putih itu menerpaku, saat aku membuka mata. Aku melihat ruang yang serba putih dan beraroma obat. Aku tahu, sekarang aku sedang berbaring di rumah sakit. "Yun!" Aku menoleh pada suara yang memanggilku. Ibu menatapku dengan wajah cemasnya. Ia menggenggam erat tanganku. "Ibu...?" Aku berucap lemah. "Bagaimana keadaan kamu, nak?" tanya ibu. "Aku tidak tahu, Bu! Tenagaku seakan..terkuras habis," jawabku. "Aduh, Yun! Kamu buat jantung ibu seakan copot. Ibu sudah bilang berkali-kali agar kamu istirahat saja. Tapi kamu keras kepala! Hamil muda malah ikut bantu di warung!" omel ibu. "Jadi ibu tahu kalau Yuni sedang hamil?" Suara bang Arman membuat kami tersentak kaget. Ia menatap ibu dengan pandangan kecewa. Ia juga menatapku dengan pandangan yang sama. "Kenapa kalian tidak memberitahu aku?"Ibu dan aku saling pandang. "Jawab, Yun! Kenapa kamu merahasiakannya pada Abang?" tuntut bang Arman. "Karena Yuni ingin bercerai dari kamu, Man!" jawab

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 53 Haruskah aku memberitahunya?

    Kehamilanku membuatku susah bergerak. Aku sering kali muntah dan merasa lemas. Padahal aku sudah meminum obat yang mengurangi muntah. Warung lebih sering dikelola ibu, kadang di bantu oleh Yudi dan Rindi. Tubuhku sangat lemas, sehingga aku tidak ikut keluar membantu ibu berjualan. Aku duduk di depan kamarku, yang menghadap langsung ke warung.Jantungku berdetak cepat, ketika melihat bang Arman datang. Seperti biasa ia memesan makanannya. Ibu melayani dengan wajah masam. Aku melihat bang Arman celingukan. Matanya menemukan sosokku yang duduk di depan jendela. Ia tersenyum ketika kami bertatapan. Aku buang muka. Aku mendadak gugup ketika bang Arman datang menghampiriku. Aku segera berdiri dan berjalan ke ranjangku. Aku berbaring dan berharap bang Arman tidak ke sini. "Yun!"Aku terperanjat kaget ketika bang Arman sudah berdiri di depan jendelaku dan memanggilku. Aku pura-pura tidak dengar dan mengabaikannya. "Kamu kenapa tidak membantu ibu jaga warung, Yun? Apa kamu sakit?" tanya b

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 52 Yuni hamil

    Aku masih dalam diam ku. Sesungguhnya aku tidak pernah berpikir untuk cerai dan menjadi jadi. Tapi, pernikahan yang kujalani dengan bang Arman juga tidak membuat aku bahagia. "Yun! Apa yang kamu pikirkan lagi? Untuk apa kamu pertahankan laki-laki seperti Arman?!" Ibu menatapku dengan kesal. Begitulah ibu. Jika ibu merasa keputusannya tepat, dia akan terus mendesak ku untuk menjalankannya. Sama halnya saat beliau memaksaku untuk menerima pinangan bang Arman dulu. "Bu, aku tidak tahu, Bu. Aku masih belum siap jadi janda.""Jadi janda bukan suatu aib, Yun. Yang paling penting kebahagiaan kamu. Menikah dengan Arman hanya akan membuat kamu sengsara. Karena Arman masih terikat sama anak dan mantan istrinya. Kamu akan terus dibuat makan hati oleh mereka. Jadi, lepaskan saja Arman itu. Siapa tahu besok kamu dapat jodoh yang lebih baik," bujuk ibuku gencar.Aku kembali terdiam. "Yun!" Ibu menggenggam erat tanganku. "Ibu sedih melihat hidupmu sekarang. Rasanya hati ibu remuk ketika melihat m

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 51 Yun, bercerailah dari Arman!

    Aku menunggu dengan gelisah. Aku sangat cemas hingga air mataku mengalir keluar. Seorang perawat datang menemui ku. "Apa mbak anaknya Bu Yanti?" tanyanya. "Iya, saya!" jawabku cepat. "Bu Yanti sudah stabil kondisinya, mbak. Dokter menyarankan agar Bu Yanti dirawat inap saja sambil melihat perkembangan kondisi kesehatannya. Kami langsung rujuk ke dokter jantung saja ya, mbak," jelas perawat itu padaku."Iy, suster! Lakukan yang terbaik saja buat ibuku," ujarku. "Kalau begitu, silakan di urus administrasinya, mbak!" "Baik, sus!" Aku bergegas ke ruang administrasi rumah sakit. ***Ibu sudah dibawa ke ruang rawat inap. Wajahnya yang tertidur terlihat begitu tenang. Aku meraih tangan ibu dan menggenggamnya kuat. Aku sangat lega karena ibu bisa melewati serangan jantungnya. Jika terjadi apa-apa pada ibu, mungkin aku bisa ikut mati bersamanya. Aku tidak pernah membayangkan akan kehilangan ibuku. Tubuhku masih gemetar ketika mengingat kejadian saat ibu tiba-tiba terkulai lemas.Drrrt..

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 50 POV Adam

    Namaku Adam, aku seorang guru SMA di sebuah sekolah swasta yang cukup terkenal di kota ini. Setahun yang lalu aku kehilangan istriku yang meninggal karena suatu penyakit. Kami belum sempat punya anak. Meninggalnya istriku sempat membuat aku begitu terpuruk. Hidupku mulai tidak teratur. Aku sering menyendiri dan duduk termenung mengenang Mitha, istriku. Bagiku dia wanita yang sempurna. Cantik, lembut dan juga pandai masak. Sejak kepergiannya, aku tidak lagi makan teratur karena semua yang aku makan tidak sesuai seleraku. Aku hanya makan untuk sekedar menghilangkan rasa lapar, bukan untuk menikmatinya, seperti saat istriku masih hidup. Suatu ketika, aku lewat di gang sebelah. Aku melihat ada warung makan yang baru buka. Warung itu kecil namun terlihat bersih. Aku masuk ke dalam. Seorang wanita muda tersenyum padaku. "Silakan masuk, pak! Mau makan apa?" tanyanya ramah. Aku melirik pada etalase yang memajang aneka masakan. "Ayam bakar, Bu," jawabku sambil duduk di kursi yang sudah dise

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 49 Ibu masuk rumah sakit

    Bang Arman selalu datang ke warungku untuk sarapan dan juga makan siang. Padahal aku dan ibu menampakkan wajah tidak suka kami padanya, namun bang Arman terlihat tidak peduli. "Yun! Kamu bilang sama Arman agar dia tidak ke sini terus. Ibu khawatir jika warga salah paham sama kamu. Mereka akan mengira jika kamu perempuan tidak benar," kata ibu ketika bang Arman pulang setelah makan siang di warungku. Aku menghela nafas. "Aku sudah bilang, Bu. Tapi bang Arman bilang jika dia juga berhak beli di warung kita. Aku tidak mau ribut, Bu. Malu sama tetangga," ucapku mengatakan alasanku. Ibu terdiam. Wajahnya terlihat kusut. "Sudahlah, Bu! Lagi pula dia cuma makan saja di sini. Lama-lama Yuni yakin, dia akan bosan sendiri.""Tapi kamu harus memperjelas hubungan kamu dengan Arman, Yun! Jika kamu memang berniat menceraikannya, sebaiknya kamu urus surat perceraian kamu itu. Jika kamu masih ingin menjadi istrinya, kamu tidak boleh tinggal terpisah darinya," nasihat ibuku. Aku terdiam. Sesunggu

  • Karena Usia, Kunikahi Duda Anak Dua   Bab 48 Maafkan Abang, Yun!

    "Bang Arman?" Aku tercengang menatap sosok yang ada di hadapanku. Bang Arman berjalan mendekatiku. "Yun!" Ia menyebut namaku dan berusaha tersenyum. Aku hanya membalasnya dengan senyum tipis yang dipaksakan. "Dari mana Abang tahu aku ada di sini?" tanyaku ketus. "Dari Rindi," jawab bang Arman. Mataku mendelik. Rindi melanggar janjinya padaku. "Kamu jangan memarahi Rindi, Yun. Abang hanya mendengar pembicaraannya, jika ia membawa bekal lontong dari warungmu."Aku diam. Aku memang tidak pantas marah pada Rindi. Rindi sangat berjasa padaku. "Untuk apa Abang ke sini?" tanyaku dingin. Aku masih mengingat betapa wajahnya angkuh saat terakhir kali aku melihatnya. "Maafkan Abang, Yun!" pintanya dengan wajah menunduk.Aku terperangah. Sosok angkuh ini ternyata bisa juga meminta maaf. Tapi aku tidak semudah itu terperdaya lagi olehnya. Dia sering kali menyakitiku dan menganggap semua ucapan aku tidak penting. Aku tidak menginginkan suami seperti itu. Lebih baik aku hidup sendiri dari pada

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status