Ibu kota Jakarta yang menjadi pemandangan setiap harinya, macet yang tidak melihat waktu mau malam atau pagi dan sama seperti malam ini. Macet tidak kunjung usai.
Seorang wanita cantik berkulit putih dengan rambut se dadanya yang di gerai. Berada di dalam mobil yang duduk di kursi pengemudi. Tsamara Amanda Rawles. Wanita yang berusia 23 tahun itu terlihat serius yang membolak-balikkan berkas-berkas yang tidak tahu apa yang di kerjakannya.
"Sudah mengajukan proposal ke Perusahaan yang ini dan itu. Tetapi tidak ada satupun yang percaya pada Perusahaan kami," batin Tsamara yang terlihat putus asa dengan rasa lelahnya.
"Sangat sulit untuk hidup di ibu kota seperti ini. Sudah berjuang tetapi tidak sampai puncak karir. Hanya tetap mentok di situ-situ aja,"
Bruk.
Pintu mobil yang tiba-tiba terbuka. Masuk seorang wanita cantik yang langsung duduk di sebelah Tsamara dengan membawa kantung plastik.
"Rame banget yang beli makanya aku lama," keluh wanita tersebut.
"Memang sangat ramai," sahut Tsamara tampak tidak semangat. Amel memperhatikan mimik wajah Tsamara yang merasa ada sesuatu.
"Ada apa?" tanya Amel.
"Ini!" Tsamara memperlihatkan beberapa dokumen pada Amel.
"Di tolak lagi!" tebak Amel Tsamara mengangguk.
"Lelah ternyata kita harus di tolak berkali-kali. Kalau kayak gini. Kita tidak akan pernah maju dan Perusahaan kita bisa bangkrut," ucap Tsamara yang tadi tidak hentinya mengeluh.
Tsamara menyandarkan tubuhnya di jok mobil dengan membuka kaca mobil. Menatap tingginya gedung pencakar langit yang tertulis. Grup PT MHN.
"Aku tahu Tsamara, ini tidak mudah bagi kita. Tapi percayalah padaku. Pasti suatu saat nanti akan ada Perusahaan besar yang akan membantu kita," ucap Amel sahabatnya yang memberikannya dukungan.
"Apa mungkin Perusahaan kecil kita akan bekerja sama dengan Perusahaan itu?" tanya Tsamara dengan matanya yang masih tetap melihat gedung pencakar langit tersebut yang membuat Amel juga melihatnya.
"Hmmm, semoga saja proposal yang aku ajukan pada Perusahaan itu bisa di terima," sahut Amel membuat Tsamara menoleh ke arah Amel.
"Kamu mengajukan proposal ke sana?" tanya Tsamara. Amel mengangguk.
"Kapan?" tanya Tsamara dengan wajah kagetnya.
"Aku juga lupa kapan. Tapi aku pernah mengajukan," jawab Amel.
"Pernah mengajukan. Tetapi belum ada jawaban yang artinya kita juga akan di tolak," sahut Tsamara tidak percaya diri.
"Jangan seperti itu Tsamara. Siapa tahu saja Perusahaan kalangan menengah bawah menolak kita. Karena mereka takut rugi. Jadi kalau yang menerima Perusahaan besar seperti itu. Siapa tahu aja bisa. Karena jika mereka mengeluarkan biaya untuk kerja sama dengan kita dan aku rasa kika tidak berhasil. Mereka tidak akan rugi," jelas Amel.
"Tapi tetap saja tidak mungkin. Sudahlah aku benar-benar sudah capek mengajukan proposal ke sana kemari dan tidak ada gunanya. Kita juga yang adanya dipenuhi dengan harapan yang tidak pasti," sahut Tsamara yang terus mengeluh.
"Aku juga capek sama seperti kamu. Tetapi kita berdua bukannya juga sudah berjuang sama-sama dan jika kita berhenti berjuang. Kita sama saja menunggu Perusahaan kita pelan-pelan akan hancur," sahut Amel. Tsamara terdiam dengan mengenal nafas. Keduanya memang sudah lelah dan putus asa.
Dratttt Dratttt Dratttt Dratttt Dratttt.
Tiba-tiba ponsel Amel bergetar yang membuat Amel langsung mengangkatnya.
"Iya Hallo!"
"Benar sekali. Saya sendiri!"
"Ini siapa tadi?" Tsamara memperhatikan temannya yang berbicara lewat telepon tersebut.
"Lusi," sahut Amel.
"Ini serius?" Amel tampak terlihat tidak percaya.
"Baiklah kalau begitu, kapan bertemunya?"
"Oke-oke!" sahut Amel yang langsung mematikan telepon tersebut.
"Ada apa Amel?" tanya Tsamara dengan penasaran.
"Kita harus ke sana!" tunjuk Amel pada gedung pencakar langit tersebut.
"Untuk apa?" tanya Tsamara bingung.
"Kamu tahu tidak siapa yang menelpon ke tadi?" tanya Amel. Tsamara menggelengkan kepalanya.
"Dia adalah Lusi, sekretaris dari CEO Perusahaan itu. Katanya mereka tertarik dengan proposal yang kita ajukan dan mereka ingin membicarakannya langsung," jelas Amel yang membuat Tsamara kaget dengan matanya yang terbuka sempurna.
"Ini serius?" tanya Tsamara. Amel menganggukkan kepalanya.
"Aaaaaaa!" Tsamara langsung berteriak dengan memegang kedua tangan sahabatnya yang keduanya sama-sama gembira.
Padahal belum ada kejelasan. Kabar pertemuan itu saja sudah membuat keduanya benar-benar sangat bahagia dan urusan yang lainnya keduanya tidak peduli sama sekali.
**********
"Tidak pergi kalian semua!"
"Kalian semua jahat, kalian penjahat, semua telah mengkhianati ku!"
"Aku kehilangan semuanya," teriak seorang wanita muda dengan pakaian pasien rumah sakit dengan rambutnya yang berantakan yang berteriak-teriak histeris. Layaknya orang gila.
Seorang pria tampan, bertubuh tegap, berkulit putih. Aura dingin yang di perlihatkan di wajahnya, membuatnya semakin tampan dan berkarismatik. Pria tampan itu yang berada di ruangannya di dengan matanya terpejam yang bersandar pada kursinya.
Tok-tok-tok-tok. Ketukan pintu membuat Mahendra terbangun.
"Masuk!" titah Mahendra. Pintu langsung terbuka.
"Tuan!" sapa seorang pria yang memakai jas hitam yang memasuki ruangan tersebut dengan menundukkan kepalanya.
"Apa yang kau dapatkan?" tanya Mahendra.
"Ini tuan!" sahut pria itu yang langsung memberikan sebuah amplop kepada Mahendra. Mahendra kemudian langsung melihat isi amplop tersebut.
Ada beberapa photo wanita yang tak lain adalah Tsamara yang membuat dahinya mengkerut. Salah satu wanita itu di kenalnya.
"Wanita ini adalah yang menjadi simpanan tuan Alex selama ini. Dia yang sudah menghancurkan rumah tangga Nona Kayra dan tuan Alex," jelas Angga sebagai orang kepercayaan Mahendra.
"Lalu kenapa dia mengenal Karin?" tanya Mahendra.
"Ternyata dia adalah sahabatnya Nona Karin," jawan Angga
"Jadi Karin bersahabat dengan wanita yang sudah membuat kak Kayra menjadi sakit jiwa," umpat Mahendra dengan mengepal tangannya.
"Benar tuan," Angga mempertegas kembali.
"Kamu cari tahu wanita ini. Aku ingin informasi lebih jelas tentang wanita sialan inu!" titah Mahendra dengan emosi yang menggebu-gebu.
"Baik tuan!" jawab Angga dengan menganggukkan kepalanya.
"Kurang ajar. Aku harus tanya semua ini kepada Karin. Dia bahkan bersahabat dengan wanita pelakor itu yang membuat hidup kak Kayra menderita!" umpat Mahendra.
Melihat foto tersebut membuat Mahendra mengepal tangganya. Apalagi dia melihat Karin yang tak lain adik sepupunya yang ternyata berteman dekat dengan Tsamara.
tok-tok-tok-tok.
Pintu terbuka kembali diketuk.
"Ada apa?" tanya Mahendra pada wanita yang berdiri di depan pintu dengan pakaian yang super duper ketat dan rok yang belahan pahanya yang panjang.
"Tuan saya ingin memberitahu. Jika hari ini pertemuan dengan klien kita," ucap Lusi sekretaris Mahendra.
"Kamu temui saja mereka. Aku ada urusan," jawab Mahendra.
"Tapi tuan...."
"Tapi apa lagi. Apa kamu tidak bisa menemuinya tanpa aku...." tegas Mahendra yang semakin marah membuat Lusi terdiam menunduk.
"Baik tuan saya akan menemui mereka," ucap Lusi dengan takut-takut.
"Itu saja repot," kesal Mahendra. Lusi yang tidak banyak bicara lagi langsung pergi. Sebelum menjadi sasaran Mahendra.
Mahendra Alvino Brawijaya. Seorang Pengusaha tampan kaya raya yang berusia 30 tahun. Mahendra yang mempunyai seorang kakak perempuan bernama Kayra Anastasya brawijaya yang sekarang berada di rumah sakit jiwa.
Kayra yang 3 tahun lebih tua di atasnya sudah 6 bulan menjalani perawatan di rumah sakit jiwa. Perselingkuhan suaminya di depan matanya, kehilangan anak yang di kandungnya membuat mentalnya tidak kuat. Tidak menerima kenyataan itu di dalam hidupnya.
Kayra yang mengalami gangguan mental dan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa Karena kondisinya yang parah dan tidak terkendalikan.
Atas apa yang terjadi pada sang kakak membuat Mahendra marah. Mahendra merasa gagal sebagai adik laki-laki yang tidak bisa menjaga Kakak perempuannya. Mahendra harus meninggalkan bisnisnya di Amerika dan kembali ke Indonesia untuk mencari orang-orang yang sudah menghancurkan kehidupan kakaknya.
Baru beberapa hari di Indonesia Mahendra sudah menemukan wanita yang menjadi perusak rumah tangga di antara Kakak dan kakak iparnya. Sementara Pria yang mengkhianati kakaknya tidak tahu entah di mana. Jika Mahendra menemukannya makam Mahendra akan membunuhnya.
*********
Tsamara dan Amel akhirnya mengadakan pertemuan dengan sekretaris Mahendra di Perusahaan grup PT.MHN.
"Maaf ya. Pimpinan kami tidak bisa menemui kalian langsung!" ucap Lusi yang merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa kok. Kami dua sudah sangat senang dengan diberi kesempatan datang ke Perusahaan ini," sahut Tsamara.
"Iya. Seperti apa yang saya katakan tadi ditelepon. Jika Perusahaan kamu bersedia berinvestasi di Perusahaan kalian," ucap Lusi yang membuat Tsamara dan Amel saling melihat dengan mereka yang sangat bahagia.
"Jadi saya menyuruh kalian datang untuk membicarakan hal ini," ucap Lusi. Amel dan Tsamara mengangguk-angguk saja.
Mereka bertiga membahas masalah bisnis tersebut dengan santai dan tenang sampai pembahasan hampir memakan waktu 20 menit.
"Baiklah kalau begitu!" ucap Lusi dengan ketiganya yang sama-sama berdiri.
"Saya ucapkan terima kasih atas kedatangan kalian berdua," Lusi menjulurkan tangannya yang saling berjabat tangan dengan Tsamara dan Amel.
"Kamu juga mengucapkan terima kasih.
"Kalau begitu. Kalian tunggu saja kabar selanjutnya dari kami, untuk menandatangani kontrak dan proses berikutnya. Semoga saja pimpinan kami tertarik dan mempercepat kontraknya," ucap Lusi.
"Kamu juga berharap seperti itu," sahut Tsamara.
Lusi tersenyum. Tsamara dan Amel melihat dengan wajahmu keduanya yang sama-sama sumringah. Kesempatan diberikan kepada mereka pasti memuat keduanya sama-sama tidak percaya.
Bersambung
Mobil Mahendra berhenti di depan rumah mewah miliknya. Pria dengan berkulit putih itu keluar dari mobilnya dengan langkah kakinya yang jenjang. Rahang kokoh yang mengeras dengan wajah memerah sehingga urat lehernya sangat terlihat menegang. Terlihat kemarahan di wajahnya yang meluap-luap yang ingin segera di ledakkan."Karin!" teriak Mahendra.Karin yang berada di dalam kamarnya yang baru selesai mandi yang mendengar suara Mahendra yang menggelar."Itu bukannya suara kak Mahendra? kenapa dia berteriak-teriak seperti itu?" tanya Karin kebingungan."Karin!" Teriak mahendra dengan suaranya semakin keras dan membuat Karin langsung buru-buru keluar dari kamarnya."Kak ada apa?" tanya Karin dengan wajahnya yang panik melihat wajah Mahendra seperti seorang monster yang ingin menerkam mangsanya.Mahendra langsung melemparkan foto ke wajah Karin yang membuat Karin kaget sampai matanya terpejam. Lalu Karin membuka matanya dan melihat foto yang terbuka di atas lantai."Apa hubungan kamu dengan w
Tsamara keluar dari salah satu ruang kelas. Tsamara yang berjalan di koridor kampus dengan menggunakan kaca mata minusnya yang berjalan serius dengan membolak-balik buku yang di pegangnya. Sampai Tsamara tidak menyadari ada seorang pria paruh baya yang berjalan dari arah depannya sehingga membuat mereka bertabrakan.BrukBuku yang di pegang Tsamara jadi jatuh."Maaf pak," sahut Tsamara yang mengangkat tangannya. Tsamara langsung berjongkok untuk mengambil bukunya yang jatuh."Saya yang salah Tsamara!" sahut pria berkacamata itu yang langsung berjongkok membantu Tsamara"Sudah pak tidak apa-apa. Ini semua salah saya," sahut Tsamara yang mengambil bukunya. Namun tangan pria itu juga ingin mengambilnya yang terakhir memegang tangan Tsamara. Tsamara yang menyadari hal itu merasa risih dan langsung menjauhkan tangannya."Maaf pak sekali lagi," ucapnya gugup dan langsung berdiri."Tidak apa-apa Tsamara, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Pria itu memegang lengan bagian atas Tsamara melihat hal
Setelah menemui Bayu Tsamara keluar dari dalam Club dan kembali kedalam mobil."Bagaimana sudah beres?" tanya Amel."Sudah Amel!" jawab Tsamara dengan memakai sabuk pengamannya."Ya sudah kalau begitu kita langsung pulang. Aku sudah lelah," ucap Tsamara."Ya sudah terserah kamu saja," jawab Amel. Amel langsung menarik gas mobil dan langsung melajukan mobil dengan kecepatan sedang.*********Tidak berapa lama akhirnya Tsamara dan Amel sampai juga di kediaman rumah mereka. Di mana keduanya tinggal di ruko berlantai 2. Lantai utama di gunakan sebagai usaha kecil-kecilan toko roti dan lantai kedua sebagai rumah.Mereka juga tinggal di tempat strategis yang memang di pinggir jalan raya di tengah kota yang memang cocok untuk usaha mereka."Siapa itu?" tanya Tsamara saat melihat ada 2 orang Pria berbadan tegap yang berdiri di kediaman toko mereka dan berhadapan dengan seorang wanita muda yang berusia sekitaran 35 tahunan."Aku juga tidak tahu siapa yang di temui kak Indah?" tanya Amel penasa
Mobil berhenti di kediaman rumah Tsamara dan Amel. Keduanya Baru sama-sama melakukan pekerjaan seharian."Kamu yakin nggak mau di temani?" tanya Tsamara."Nggak usah Tsamara. Kamu masuk saja. Lagi pula ini hanya sebentar saja," jawab Amel sahut Amel."Ya sudah kalau begitu aku langsung masuk saja," sahut Tsamara membuka sabuk pengamannya."Kamu hati-hati ya," ucap Tsamara."Iya," jawab Amel. Tsamara pun langsung keluar dari mobil dan Tsamara masih menunggu kepergian mobil Amel.Huhhhh.Tsamara menghela nafasnya lalu memasuki rumahnya. Namun bersamaan dengan Andre yang juga ingin masuk."Andrea tunggu!" langkah Andre terhenti ketika duanya sudah sama-sama memasuki rumah tersebut."Ada apa?" tanya Andre dengan suara dinginnya."Andre kamu sudah beberapa kali bolos kuliah. Jika seperti ini kamu tahun ini juga tidak akan bisa lulus. Jadi aku minta sama kamu untuk lebih memperhatikan kuliah kamu," ucap Tsamara berikan nasihat kepada Andre"Biasanya kamu tidak pernah peduli dengan apa yang
Bayu yang sudah sampai tempat itu kebingungan yang tidak melihat keberadaan Tsamara dengan Bayu yang melihat lurus kedepan dan tidak ada siapa-siapa."Di mana Tsamara. Dia nekat pulang sendiri," Bayu bertanya-tanya yang tidak menemukan sang keponakan."Ya ampun Tsamara, kamu benar-benar keras kepala. Heran ya sama kamu. Kamu terlalu mandiri dan merasa sangat kuat dan sampai sudah seperti itu pun memilih untuk pulang sendiri, apa salah menunggu om sebentar," Bayu berpikiran jika Tsamara sudah pulang terlebih dahulu. Tanpa diketahui Bayu jika keponakannya berada di dalam apartemen yang ada di depannya.Bruk.Mahendra langsung menghempaskan Tsamara ke sofa dengan kuat yang membuat Tsamara kaget."Apa yang kau lakukan?" pekik Tsamara."Siapa kau?""Mau apa kau?"Tsamara bertanya-tanya dengan wajah kaget yang tidak percaya jika dirinya ditarik masuk ke dalam Apartemen itu begitu saja.Tsamara melihat di sekelilingnya. Apartemen mewah yang di masukinya, bisa di pastikan sang pemilik bukan o
Mahendra yang bahkan membuka bagian kancing kemejanya tanpa melepas ciuman di leher jenjang Tsamara. Tangan yang satunya juga mengusap-usap punggung Tsamara yang mencari pengait dari pakaian yang di kenakan Tsamara sampai akhirnya Mahendra menemukan pengait dress itu dan menurunkan res Tsamara.Tsamara hanya terus memberontak dengan tubuh yang pasti tidak diam. Namun pergerakan itu membuat Mahendra semakin di penuhi dengan gairah."Kau benar-benar bajingan lepaskan aku bajingan, lepaskan!" Tsamara mengumpat, memberikan makian pada Mahendra. Mahendra merasa bising dengan makian keluar dari mulut Tsamara.Mahendra menghentikan sebentar aktivitas menyenangkan itu dan terlihat bangkit dari tubuh Tsamara. Mahendra mengambil sapu tangan dan menutup mulut Tsamara dengan sapu tangan tersebut.Mahendra menyunggingkan senyum dan membuka kancing kemejanya satu persatu yang sangat puas melihat wanita yang di bawahnya sudah tidak berdaya. Tidak bisa mengeluarkan suara lagi dan tangannya juga yang
"Tuhan kenapa harus aku? Kenapa harus aku. Apa salahku.?Kenapa engkau tidak menolongku. Kenapa engkau membiarkan laki-laki pijat itu memperkosaku. Kenapa?" teriak Tsamara dengan suaranya yang serak dan dadanya yang terasa sesak."Sekarang aku sudah tidak berguna lagi. Aku sudah menjadi wanita kotor, wanita yang menjijikkan, wanita sampah," Tsamara terus mengutuk dirinya, menyalahkan sang pencipta dengan apa yang terjadi.Tsamara menganggap jika kejadian yang menimpanya malam itu adalah mimpi buruk di dalam hidupnya. Namun ternyata tidak sama sekali. Itu adalah kenyataan. Sangat sial Tsamara yang di perkosa dengan pria yang sama sekali tidak di kenalnya.Di paksa untuk melakukan hubungan itu tanpa ada perasaan apa-apa tanpa ada persetujuan dengan kehormatannya yang di jaganya selama 23 tahun di renggut paksa dan tidak ada cinta dalam melakukan hubungan tersebut***********Setelah merasa cukup tenang akhirnya Tsamara menghidupkan mesin mobil untuk segera pulang. Sementara dikediaman T
Tidak tahu apa yang membuat Mahendra begitu marah tiba-tiba. Dia seakan menyesal dengan apa yang telah dia lakukan. Mungkin karena informasi yang didapatkan sang Asisten tidak semua sesuai dengan kenyataan yang ada.Mungkin itu yang membuat Mahendra marah. Mahendra yang marah karena Tsamara yang justru masih wanita suci dan dia adalah yang pertama kali menyentuh Tsamara dan bagaimana mungkin Tsamara menjadi selingkuhan dari suami sang kakak dan belum lagi kedekatan Tsamara dengan berbagai pria yang nyata di depan mata. Jadi hal itu yang membuat Mahendra frustasi.Karena merasa ada kesalahan yang tidak dapat di jelaskan, dengan semua pikiran itu yang terbawa kedalam pikiran Mahendra.**********Mahendra, Karin dan juga Vira mama Mahendra yang mana mereka makan malam bersama."Mama senang Mahendra kamu mau makan malam di rumah," ucap Vira yang memang memasak banyak hari ini dan menyuruh sang putra yang tidak tinggal 1 rumah dengan dia dan Karin untuk mampir makan malam bersama."Lain ka
Setelah menghabiskan malam pertama mereka berdua Mahendra dan Tsamara yang melanjutkan dengan bermain-main di pinggir pantai. Tsamara yang tampil begitu anggun menggunakan dress putih sampai mata kakinya yang sekarang berlari-lari dikejar-kejar Mahendra yang juga menggunakan setelan kemeja berwarna putih dengan celana pendek berwarna coklat susu. Pasangan itu sama sekali tidak hentinya saling bercanda satu sama lain.Sekarang Mahendra yang memutarkan tubuh sang istri dengan menggendongnya yang membuat Tsamara terus saja berteriak dengan kedua tangannya berada di leher Mahendra.Kedua tangan Mahendra yang berada di bawah pantat Tsamara yang menggendong istrinya itu dan sesekali Tsamara merentangkan tangannya dan sampai akhirnya menempelkan dahinya di dahi Mahendra. "Kamu sangat bahagia?" tanya Mahendra.Tsamara menganggukkan kepalanya."Bagaimana mungkin aku tidak bahagia dan aku juga tidak bisa menggambarkan kebahagiaanku seperti apa," jawab Tsamara."Aku juga sangat bahagia," sahut
Acara pernikahan yang telah selesai. Mahendra dan Tsamara yang sekarang berada di dalam kamar Hotel. Kamar pengantin pada umumnya yang penuh dengan suasana romantis. Tempat tidur king size dengan sprei berwarna putih yang ditaburi dengan kelopak mawar yang dibentuk dengan love dan di bagian tengahnya terdapat dua angsa yang saling berhadapan. Selain itu juga terdapat banyak tangkai mawar yang berada di atas lantai yang menambah suasana kamar tersebut yang semakin romantis dan belum lagi dengan lampu yang tidak terlalu terang dan juga tidak terlalu gelap. Di tambah dengan aroma kamar tersebut yang begitu khas dan sangat menyejukkan. Tsamara yang duduk di depan cermin yang sedang menyisir rambutnya. Setelah acara pernikahan yang sangat melelahkan itu selesai. Tsamara langsung membersihkan diri agar terlihat fresh. Dia sudah mandi dan tidak lupa keramas yang juga sudah melepas gaun pengantinnya dengan baju tidur berwarna merah mencolok yang panjang sampai mata kaki. Krrekkk Su
"Itu calon istrimu!" tunjuk Andre yang membuat Mahendra langsung menoleh. Mahendra melihat calon istrinya berjalan begitu cantik dan anggun yang didampingi oleh sahabat-sahabatnya. Tsamara terlihat sangat tenang dengan memegang buket bunga di tangannya. Mahendra sampai tidak berkedip melihat calon istrinya yang benar-benar seperti bidadari yang sangat cantik.Bukan hanya mata calon suami yang tidak berkedip melihat pengantin yang sangat cantik itu. Semua tamu undangan juga langsung tertuju pada Tsamara yang benar-benar harus memuji kecantikan Tsamara. Mereka tidak tanggung-tanggung yang pasti berbisik-bisik membicarakan Tsamara yang pasti mengagumi calon pengantin tersebut. "Ngedip woy!" tegur Andre yang membuat Mahendra tersentak dengan dirinya yang tersenyum geleng-geleng. Bagaimana dia bisa berkedip jika calon pengantinnya saja seperti itu."Tenang bentar lagi kamu akan bisa menatapnya secara dekat dan tidak perlu khawatir akan hal apapun," sejak tadi Andre terus saja menggoda Ma
Hari Pernikahan. Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu datang juga. Hari pernikahan Tsamara dan Mahendra. Pernikahan mereka yang diadakan secara order di salah satu tempat yang sudah di dekor dengan seindah mungkin yang sesuai dengan keinginan Tsamara dan Mahendra. Tempat pernikahan itu sudah mulai dikunjungi para tamu yang berdatangan yang turut menghadiri acara sakral tersebut. Dengan susunan bangku yang rapi yang berwarna putih yang sudah disusun sedemikian rupa. Tidak lupa dengan paduan dekorasi yang indah dengan bunga berwarna putih yang dipadukan dengan pink. Para tamu undangan yang benar-benar dimanjakan dengan pemandangan yang sangat indah itu. Sementara Tsamara yang masih berada di salah satu ruangan yang khusus untuk pengantin wanita yang masih sedang di make up. Tsamara juga terlihat sangat cantik menggunakan gaun panjang berwarna putih tanpa lengan. Gaun Indah itu sampai menyapu lantai. Tsamara yang berdiri dengan memegang bunga dan menatap dirinya di cermin. Ame
Tsamara yang berada di dalam kamar yang baru saja selesai dari kamar mandi dan menghampiri cermin yang seperti biasa sebelum tidur memakai skin care terlebih dahulu. Ponsel Tsamara yang berdering membuat Tsamara yang langsung melihat panggilan masuk tersebut yang ternyata dari Mahendra. "Kenapa dia menelpon? apa ada sesuatu?" tanyanya dengan rasa penasaran. Tanpa berpikir panjang yang akhirnya Tsamara mengangkat panggilan telepon tersebut. "Hallo!" sapa Tsamara."Kamu sedang apa?" tanya Mahendra dengan suara yang sangat lembut. Tsamara pasti sangat merindukan suara yang berbicara itu. "Ingin tidur," jawab Tsamara."Kamu bisa tidur dan kamu tahu tidak tahu, bahwa aku sama sekali tidak bisa tidur," ucap Mahendra."Oh iya. Memang kenapa?" tanya Tsamara "Bagaimana aku bisa tidur jika beberapa hari ini kita tidak pernah bertemu dan bahkan baru kali ini aku menelpon kamu. Walau dilarang berkomunikasi dengan kamu. Ternyata hal itu membuatku tidak tahan dan mau tidak mengulur menghubungi
Tsamara begitu sangat bahagia mendapatkan kejutan dari sahabatnya. Tsamara sampai meneteskan air mata yang mungkin tidak bisa berkata-kata dengan apa yang telah diberikan sahabatnya kepada dia. Sangat wajar dalam situasi seperti itu dia sangat terharu."Kamu oke Tsamara?" tanya Rora yang mendapati sang sahabat menegaskan air mata.Tsamara hanya menganggukkan kepala dengan terharu."Tapi aku melihat kamu tidak baik-baik saja. Kamu sampai meneteskan air mata. Apa kita melakukan kesalahan?" tanya Rora dengan panik.Tsamara menggelengkan kepala, "kalian sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun. Bagaimana aku tidak meneteskan air mata dengan keadaan yang sekarang aku dapatkan. Selama ini aku hanya punya kalian bertiga. Aku bersama dengan Amel perjuangan kami yang besar dan perjuangan itu juga tidak mudah. Aku mengenal kamu Rora yang selalu memberikan dukungan kepadaku. Kamu juga Karin. Di luar semua yang terjadi. Kamu adalah orang satu-satunya yang sangat mengerti aku dan terus memberi
Setelah melakukan semua kegiatan Mahendra dan Tsamara yang akhirnya hari ini Tsamara dan Mahendra yang sudah sampai di depan rumah Tsamara dengan mereka berdua yang masih berada di dalam mobil. Mahendra memegang tangan Tsamara dengan tersenyum pada Tsamara."Sebentar lagi kita berdua akan menikah," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala."Kata kak Indah menjelang hari pernikahan kita tidak boleh bertemu dulu," ucap Tsamara yang membuat Mahendra mengkerutkan dahi."Kita tidak boleh bertemu!" tanya Mahendra memastikan. Tsamara menganggukkan kepala."Kak Indah mengatakan jika hal itu pamali menghindari hal-hal yang tidak terduga. Jadi kita berdua jangan bertemu sampai pernikahan minggu depan dan lagi pula persiapan pernikahan kita sudah sampai 95%. Kita sudah menyiapkan lokasi pernikahan, undangan pernikahan, catering dan hal-hal lainnya," ucap Tsamara."Tapi masa iya kita tidak bertemu selama satu minggu," sahut Mahendra yang sangat keberatan dengan keinginan Tsamara.
Setelah seharian Mahendra dan Tsamara bersama mengurus segala persiapan pernikahan mereka berdua yang akhirnya sekarang pasangan itu yang berada di dalam mobil yang berhenti di kediaman Mahendra."Ayo turun!" ajak Mahendra."Memang kita harus mampir lagi ya?" tanya Tsamara yang mungkin terlihat begitu capek dan rasanya ingin pulang saja. "Sebentar saja Tsamara. Ada yang ingin dikatakan mama kepada kamu dan mungkin saja mama harus mengatakan sekarang," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menghela nafas.Mahendra yang langsung meraih tangan kekasihnya itu."Kamu capek ya seharian?" tanya Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala dan memang benar-benar begitu capek dan sangat melelahkan."Bagaimana? kalau kamu menginap saja di rumah. Besok kamu baru pulang?" tanya Mahendra memberikan saran. "Mana boleh seperti itu," sahut Tsamara membuat Mahendra mengkerutkan dahi. "Kenapa?" tanya Mahendra heran."Kita belum menikah dan aku tidak mau menginap di rumah calon suamiku," ucap Tsam
Tsamara yang tiba di rumahnya dan ingin memasuki kamar yang bersamaan dengan Amel yang juga baru pulang. "Aku pikir kamu sudah kembali sejak tadi," ucap Tsamara yang memang tadi Amel duluan pulang terlebih dahulu bersama dengan Mahendra dan ternyata mereka bahkan malah sampai berbarengan dan padahal Tsamara dan Mahendra tadi tidak langsung pulang. "Iya aku memang baru sampai," jawab Amel."Memang kamu habis dari mana?" tanya Tsamara kebingungan."Tadi aku sama Andre mampir sebentar ke minimarket. Aku membeli beberapa cemilan yang memang stoknya sudah habis," jawab Amel "Hmmm, aku lihat kamu dan Andre belakangan ini sangat dekat. Apa akan ada hilal setelah ini," ucap Tsamara yang menatap curiga sahabatnya itu. "Hilal apa maksud kamu Tsamara. Kamu itu ada-ada saja!" ucap Amel dengan geleng-geleng kepala."Ya, hubungan kalian berdua itu sangat tidak biasa dan bukankah wajar aku mempertanyakan hal itu dan siapa tahu saja kalian berdua memiliki hubungan yang spesial yang tanpa aku keta