Bab 6 Kekejaman Mahendra.

Bayu yang sudah sampai tempat itu kebingungan yang tidak melihat keberadaan Tsamara dengan Bayu yang melihat lurus kedepan dan tidak ada siapa-siapa.

"Di mana Tsamara. Dia nekat pulang sendiri," Bayu bertanya-tanya yang tidak menemukan sang keponakan.

"Ya ampun Tsamara, kamu benar-benar keras kepala. Heran ya sama kamu. Kamu terlalu mandiri dan merasa sangat kuat dan sampai sudah seperti itu pun memilih untuk pulang sendiri, apa salah menunggu om sebentar," Bayu berpikiran jika Tsamara sudah pulang terlebih dahulu. Tanpa diketahui Bayu jika keponakannya berada di dalam apartemen yang ada di depannya.

Bruk.

Mahendra langsung menghempaskan Tsamara ke sofa dengan kuat yang membuat Tsamara kaget.

"Apa yang kau lakukan?" pekik Tsamara.

"Siapa kau?"

"Mau apa kau?"

Tsamara bertanya-tanya dengan wajah kaget yang tidak percaya jika dirinya ditarik masuk ke dalam Apartemen itu begitu saja.

Tsamara melihat di sekelilingnya. Apartemen mewah yang di masukinya, bisa di pastikan sang pemilik bukan orang sembarangan yang bisa melihat furniture di dalam Apartemen itu sangat mahal yang pasti dari desainer terkenal. Tetapi bukan itu yang membuat Tsamara kaget. Dia justru kaget dengan pria yang ada di hadapannya.

"Kau tidak perlu tahu siapa aku. Kau akan tahu siapa aku. Setelah kau berani menghancurkan pernikahan orang yang terpenting dalam hidupku," jawab Mahendra berdiri di depan Tsamara dengan aura wajah Mahendra yang terlihat dingin dengan wajah memerah dan rahang kokoh yang mengeras sehingga urat lehernya terlihat tegang.

"Apa yang kau bicarakan. Aku tidak mengerti!" sahut Tsamara bingung.

"Sudahlah perempuan murahan. Kau jangan bersandiwara di depanku," tegas Mahendra.

"Cukup. Kau jangan seenaknya mengatakan aku wanita murahan. Siapa dirimu yang bisa bicara seperti itu," sahut Tsamara yang hendak berdiri namun tubuh lemas itu langsung ditahan oleh Mahendra dan kembali dihempaskan Mahendra ke sofa yang membuat punggung Tsamara semakin sakit.

"Kau memang wanita murahan. Kau begitu menjijikkan dan aku tidak tahu. Bagaimana kau melayani pria-pria itu sehingga membuat mereka betah denganmu dan tidak merasa jika kau adalah bekas dari semua orang," kecam Mahendra dengan kata-kata kasar.

"Jaga bicaramu," Tsamara pasti tidak menerima dengan apa yang dikatakan Mahendra yang menjudge buruk dia.

"Kenapa kau tidak terima? tetapi memang itulah dirimu," sinis Mahendra.

"Aku ingin melihat bagaimana kau bermain di atas ranjang dan apa aku termasuk pria-pria yang menikmati jalang seperti mu!" sahut Mahendra dengan menyunggingkan senyum.

Tsamara terkejut dengan kata-kata Mahendra dan belum lagi Tsamara melihat Mahendra melonggarkan dasi yang membuat Tsamara semakin panik dengan tindakan dari pria yang tidak di kenalnya sama sekali.

"Apa yang kau lakukan?"

"Mau apa kau?"

"Jangan kurang ajar ke padaku!" Tsamara benar-benar begitu panik dengan Mahendra yang semakin menjadi-jadi yang membuat Tsamara semakin takut.

Tsamara berusaha untuk berdiri dan melepas diri dari Mahendra. Namun Mahendra kembali menarik Tsamara.

"Lepaskan aku!"

"Apa yang kau lakukan!"

"Lepaskan!" Tsamara memberontak yang berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman kuat Mahendra. Namun bukannya dilepaskan Mahendra. Mahendra malah menggendong Tsamara seperti karung beras yang membuat Tsamara semakin takut dan terus memberontak.

"Apa yang kau lakukan?"

"Turunkan aku!"

"Turunkan aku?" Tsamara memukul-mukul punggung Mahendra dan kakinya juga meronta-ronta ingin minta di turunkan. Namun, mahendra tidak mungkin melepaskan mangsanya dan menaiki anak tangga yang membawa paksa Tsamara

Sampai akhirnya Mahendra memasuki kamar dan langsung melemparkan Tsamara di ke atas tempat tidur.

Tsamara melihat di sekitarnya dan melihat tidak ada siapa-siapa di dalam ruangan kamar yang sangat luas tersebut. Dengan tempat tidur king size dan juga perabotan yang terlihat sangat mahal dengan desain dari Luar Negri sama seperti di ruang tamu tadi.

Tapi bukan tentang kemewahan isi kamar itu yang dipikirkan Tsamara. Tetapi tentang ketakutan dengan apa yang akan dilakukan pria yang seperti monster yang berdiri di hadapannya yang sekarang membuka lengan kancing kemeja itu dan menggulung lengan itu dengan tatapan jahat dari sorot pria yang seperti kehausan.

"Apa yang kau lakukan?"

"Kau jangan macam-macam kepadaku,"

"Aku akan berteriak!" ancam Tsamara yang mulai takut.

"Berteriak lah dengan sesukamu. Kau pikir akan ada mendengarkan teriak mu yang berisik itu Kau malam ini akan selesai di tanganku dan aku akan mencoba bagaimana wanita yang suka menjajal tubuhnya kepada banyak pria," ucap Mahendra dengan sinis.

"Cukup kau menghinaku sejak tadi. Aku tidak mengenal sama sekali siapa dirimu jadi aku mohon kepadamu lepaskan aku," tegas Tsamara.

"Aku tidak mungkin melepaskan wanita yang sudah menghancurkan kakak ku," tegas Mahendra yang menaiki ranjang.

Tsamara yang semakin panik langsung berdiri dan ingin kabur. Namun lagi-lagi dia tidak bisa lolos dari Mahendra dengan Mahendra yang langsung menahan dengan tangannya dan perut Tsamara tertarik yang membuat gadis itu terlentang di atas ranjang dan Mahendra langsung menindih tubuh kecil itu dengan mencengkram kedua tak lengan Tsamara yang sejajar dengan kepalanya.

"Kau pikir bisa kabur," umpat Mahendra dengan menekan suara dan menatap Tsamara dengan tajam dengan jarak wajah mereka yang berdekatan.

"Apa yang kau lakukan, aku mohon lepaskan aku!" suara Tsamara bergetar yang semakin takut dengan pria seperti monster di hadapannya itu.

"Jangan sok jual mahal. Seharusnya kau bersyukur bisa bermain bersamaku malam ini. Aku jauh lebih sempurna dibandingkan laki-laki yang sering menikmati dirimu," tegas Mahendra.

Tsamara geleng-geleng kepala dengan permohonan.

"Aku mohon jangan lakukan itu kepadaku. Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, aku mohon!" terlihat air mata keluar dari pelupuk mata Tsamara. Bibir yang bergetar dengan wajah yang sangat pucat. Selain sangat takut Tsamara juga memang kurang sehat dan begitu lemah.

"Jangan jual mahal. Aku tidak akan melepaskan mu. Mahendra yang langsung menempelkan bibirnya pada bibir Tsamara yang membuat Tsamara kaget dan berusaha memberontak.

Mpt, mpt, mpt, mpt.

Tsamara hanya menggoyang-goyangkan kepala untuk menghindari ciuman yang sangat memaksa dari Mahendra. Tangan yang di cekal dengan kuat yang membuat Tsamara tidak bisa melawan sama sekali.

"Ya Allah siapa pria ini. Kenapa dia melakukan semua kepadaku. Aku mohon tolong aku ya Allah," batin Tsamara yang hanya bisa berdoa di dalam hatinya.

Mahendra yang memang sudah tidak peduli lagi dengan penolakan wanita yang di bawahnya itu. Bahkan dia mencium dengan kasar Tsamara. Pikirannya sudah dipenuhi dengan dendam yang mengingat penderitaan sang kakak yang ditinggalkan karena perselingkuhan dan wanita yang di bawahnya bagi Mahendra adalah wanita selingkuhan dari mantan kakak iparnya.

Satu tangan Mahendra lepas dari cengkraman lengan Tsamara dan bukan berarti dia membiarkan lengan itu lepas begitu saja dan bisa memberontak dan bahkan memukul-mukul. Ternyata kedua tangan Tsamara di satukan di atas kepala Tsamara dan dengan jahat Mahendra yang mengikat dengan dasi. Agar tangan itu tidak mengganggu aktivitas.

Mahendra juga melepas ciuman itu dan melihat ke arah Tsamara dengan wajah Tsamara yang penuh dengan air mata.

"Aku mohon tolong hentikan!" suara Tsamara yang semakin lemas dan tidak berdaya yang hanya bisa memohon pada Mahendra.

"Jangan jual mahal kepadaku. Kau sering melakukan hal ini," umpat Mahendra sinis. Bahkan tidak ada rasa kasihan padanya terhadap wanita di bawahnya.

Mahendra yang sekarang mencium leher jenjang Tsamara. Meski memaksa Tsamara untuk menuruti nafsu bejatnya. Namun gairahnya justru semakin naik. Kata jijik yang di ucapkan untuk tidak bersentuhan dengan wanita yang setahunya bekas dari berbagai laki-laki telah hilang begitu.

Bersambung