Mobil berhenti di kediaman rumah Tsamara dan Amel. Keduanya Baru sama-sama melakukan pekerjaan seharian.
"Kamu yakin nggak mau di temani?" tanya Tsamara.
"Nggak usah Tsamara. Kamu masuk saja. Lagi pula ini hanya sebentar saja," jawab Amel sahut Amel.
"Ya sudah kalau begitu aku langsung masuk saja," sahut Tsamara membuka sabuk pengamannya.
"Kamu hati-hati ya," ucap Tsamara.
"Iya," jawab Amel. Tsamara pun langsung keluar dari mobil dan Tsamara masih menunggu kepergian mobil Amel.
Huhhhh.
Tsamara menghela nafasnya lalu memasuki rumahnya. Namun bersamaan dengan Andre yang juga ingin masuk.
"Andrea tunggu!" langkah Andre terhenti ketika duanya sudah sama-sama memasuki rumah tersebut.
"Ada apa?" tanya Andre dengan suara dinginnya.
"Andre kamu sudah beberapa kali bolos kuliah. Jika seperti ini kamu tahun ini juga tidak akan bisa lulus. Jadi aku minta sama kamu untuk lebih memperhatikan kuliah kamu," ucap Tsamara berikan nasihat kepada Andre
"Biasanya kamu tidak pernah peduli dengan apa yang ada di rumah ini dan termasuk tidak peduli dengan bagaimana aku di rumah ini. Kamu tidak ikut-ikutan dan kenapa sekarang Kamu seolah ikut-ikutan memberikan nasehat kepadaku sama seperti Amel," sahut Andre.
"Aku mengatakan semua ini bukan sebagai kita berdua tinggal satu rumah. Tetapi aku mengatakan semua ini sebagai seorang Dosen dan kamu mahasiswa ku dan bukan hanya kamu. Jika itu mahasiswa lain aku juga akan menegurnya. Kamu harus lebih memperhatikan kuliah kamu. Jangan seperti ini. Kamu harus berusaha agar bisa lulus tahun ini," tegas Tsamara dengan bijak yang memang berperan sebagai seorang Dosen yang mengingatkan mahasiswanya. Karena selamat tinggal bersama Andre dan juga yang lainnya Tsamara sama sekali tidak pernah ikut campur dengan urusan keluarga tersebut.
Andre hanya diam saja dengan saling melihat dengan Tsamara. Namun di luar sana di dalam mobil Mahendra yang mengikuti Tsamara. Mahendra yang berada dalam dalam mobilnya melihat bagaimana Tsamara dan Andre. Meski keduanya sudah memasuki rumah tersebut.
Namun dinding di bagian bawah tokoh tersebut memang terbuat dari kaca dan terlihat dari luar bagaimana situasi di dalam. Jadi Mahendra melihat dengan jelas bagaimana Tsamara dan Andre.
Andre juga meninggalkan Tsamara. Mungkin Andre tidak ingin terlalu banyak berbicara dengan Tsamara mendengarkan ceramah dari Tsamara lebih baik dia memilih untuk pergi. Tidak lama Tsamara pun menyusul yang keduanya sama-sama menaiki anak tangga
Mahendra masih berada dalam mobilnya yang terlihat mengawasi bahkan mengangkat kepalanya melihat lantai dua rumah Tsamara. Lampu yang tadi mati dan sekarang hidup. Mungkin lampu kamar Tsamara.
"Siapa laki-laki itu?" tanya Mahendra.
"Saya tidak tahu tuan bagaimana hubungan mereka. Tetapi yang saya tahu, mereka tinggal bersama," jawab Angga.
"Cih!" Mahendra mendengar pernyataan dari Robby langsung mengendus kasar yang terasa jijik.
"Setelah bersama banyak laki-laki dan ternyata dia juga punya cadangan di dalam rumahnya yang tinggal bersamanya. Wanita ini benar-benar sangat murahan," umpat Mahendra yang terlihat kesal dengan tangannya mengepal.
"Sepertinya kehidupannya benar-benar sangat sempurna. Dia bahkan tidak mendapatkan karma setelah berhasil menghancurkan rumah tangga orang. Perjalanan hidupnya sangat baik-baik saja. Memang harus aku yang harus memberimu karma," batin Mahendra dengan penuh dendam.
**********
Tsamara keluar dari kamarnya dengan buru-buru. Tsamara tampil sangat cantik malam ini dengan menggunakan dress putih selututnya dengan lengan pendek. Rambutnya yang di ikat di bagian tengahnya yang di beri kriting di bagian bawahnya yang membuat dirinya semakin cantik. Dengan polesan make up sedikit.
Tsamara tanpa menggunakan make up emang sudah sangat terlihat sangat cantik. Karena Tsamara memang cantik sejak lahir.
"Mau kemana kamu Tsamara?" tanya Indah.
"Hari ini istri dari Om Bayu kak Tari sedang ulang tahun. Jadi mereka ada acara makan malam di rumah mereka. Tsamara mau ke sana sebentar," jawab Tsamara.
"Oh begitu pantes kamu terlihat cantik sekali," puji Indah.
"Kakak bisa saja," sahut Tsamara.
"Ya sudah kak kalau begitu Tsamara pergi dulu ya kak!" ucap Tsamara pamit.
"Ya sudah kamu hati-hati ya," ucap Tari. Tsamara menganggukkan kepalanya dan langsung pergi.
*********
Hujan deras turun begitu lebat. Cuaca sejak tadi memang tidak cerah dan malam ini di balas dengan hujan yang begitu deras. Tsamara yang baru selesai menghadiri acara makan malam kerabatnya di salah satu Apartemen.
Tsamara yang merasa tidak enak pada tubuhnya dan merasa pusing memilih untuk pulang terlebih dahulu. Sebelumnya Tsamara memang sudah tidak enak badan dan dia memaksakan pergi karena merasa tidak enak dengan istri Omnya yang satu-satunya menjadi kerabatnya.
"Astaga ada apa dengan kepalaku. Kenapa tiba-tiba aku pusing. Kamu sih Tsamara seharusnya tidak terlalu memaksakan diri dan lihat akibatnya," ucap Tsamara dengan memijat kepalanya yang terasa berat.
Sementara di parkiran Apartemen ada Mahendra yang baru sampai yang pasti di setiri oleh Angga.
"Tuan ingin saya melakukan apa?" tanya Angga lihat tuannya dari kaca spion.
"Aku memintamu mu untuk membawa wanita itu besok ke hadapanku," jawab Mahendra
"Baiklah tuan," jawab Robi.
"Kalau begitu kau pulanglah. Aku mau istirahat," titah Mahendra yang langsung keluar dari mobilnya.
Mahendra yang juga terlihat lelah langsung memasuki Apartemen yang ternyata sama dengan Apartemen yang Tsamara ada di dalamnya. Tsamara masih berjalan di koridor Apartemen dengan tangannya yang terus memijat kepalanya.
Mahendra juga akhirnya memasuki area koridor Apartemen dan melihat Tsamara yang membuat Mahendra kaget.
"Wanita itu!" lirih Mahendra.
"Untuk apa wanita itu ada di sini," batin Mahendra.
"Tsamara!" tiba-tiba Bayu memanggil Tsamara yang membuat Tsamara menghentikan langkahnya sementara Mahendra tidak tahu apa yang dilakukannya malah bersembunyi di balik dinding.
"Om!" sahut Tsamara dengan suaranya terlihat serak yang sudah berhadapan dengan Bayu.
"Kamu sakit?" tanya Bayu dengan memegang kening Tsamara dengan punggung tangannya.
"Tidak kok Om, hanya tidak enak badan saja," jawab Tsamara.
"Ya sudah biar kamu Om antar ya," ucap Bayu dengan khawatir terhadap keponakannya itu.
"Tidak usah Om. Tsamara bawa mobil kok," tolak Tsamara.
"Kamu terlihat pucat Tsamara dan tidak baik. Jika pulang sendirian. Jadi Om akan antar kamu," Bayu memang tidak akan membiarkan Tsamara pulang dalam keadaan seperti itu.
"Kamu jangan keras kepala. Lihat kamu tidak baik-baik saja," Bayu memegang lengan Tsamara dan dari tempat Mahendra berdiri terlihat sangat romantis kedua pasang tersebut. Namun Mahendra tidak mendengar apa yang dibicarakan Bayu dan juga Tsamara.
"Aku sudah tidak bisa mendeskripsikan wanita ini. Sangat wanita murahan. Tetapi ini sudah sangat keterlaluan dan bahkan sudah tidak punya harga lagi. Kau benar-benar menguji kesabaranku," batin Mahendra dengan amarahnya yang semakin memuncak melihat Tsamara yang seperti itu.
"Om, sebentar minta izin sama Tante kamu dulu. Kamu tunggu sini ya," ucap Bayu. Tsamara menganggukkan kepalanya. Mau tidak mau memang dia harus menurut. Karena kepalanya yang semakin berat yang memang tidak memungkinkan dia untuk menyetir yang ada akan membahayakan dirinya sendiri. Tsamara bersandar pada dinding untuk menjadi penopang tubuhnya sementara Bayu kembali memasuki apartemennya untuk meminta izin kepada istri.
Tiba-tiba Mahendra keluar dari persembunyiannya dan berjalan di koridor kamar-kamar dengan langkah yang panjang dan tatapan mata yang sangat tajam yang semakin lama langkah itu semakin dekat ke arah Tsamara.
Tsamara menoleh ke arah Mahendra yang menghentikan langkahnya tepat di samping Tsamara di depan salah satu kamar. Tidak ada yang di pikirkan Tsamara dan dia mengalihkan tatapannya yang tetap berdiri pada tempatnya.
Sementara Mahendra di mana jarinya yang mengetik tombol sandi. Sepertinya itu adalah Apartemen Mahendra.
Ting.
Pintu terbuka silahkan masuk.
Suara otomatis itu terdengar membuat Mahendra melangkah masuk. Namun langkahnya terhenti dan tiba-tiba menarik tangan Tsamara yang memang sangat dekat di sampingnya yang membuat Tsamara kaget saat dirinya tertarik masuk kedalam.
Setelah Tsamara dan Mahendra memasuki apartemen tersebut. Apartemen tersebut langsung tertutup dan barulah Bayu datang.
Bersambung
Bayu yang sudah sampai tempat itu kebingungan yang tidak melihat keberadaan Tsamara dengan Bayu yang melihat lurus kedepan dan tidak ada siapa-siapa."Di mana Tsamara. Dia nekat pulang sendiri," Bayu bertanya-tanya yang tidak menemukan sang keponakan."Ya ampun Tsamara, kamu benar-benar keras kepala. Heran ya sama kamu. Kamu terlalu mandiri dan merasa sangat kuat dan sampai sudah seperti itu pun memilih untuk pulang sendiri, apa salah menunggu om sebentar," Bayu berpikiran jika Tsamara sudah pulang terlebih dahulu. Tanpa diketahui Bayu jika keponakannya berada di dalam apartemen yang ada di depannya.Bruk.Mahendra langsung menghempaskan Tsamara ke sofa dengan kuat yang membuat Tsamara kaget."Apa yang kau lakukan?" pekik Tsamara."Siapa kau?""Mau apa kau?"Tsamara bertanya-tanya dengan wajah kaget yang tidak percaya jika dirinya ditarik masuk ke dalam Apartemen itu begitu saja.Tsamara melihat di sekelilingnya. Apartemen mewah yang di masukinya, bisa di pastikan sang pemilik bukan o
Mahendra yang bahkan membuka bagian kancing kemejanya tanpa melepas ciuman di leher jenjang Tsamara. Tangan yang satunya juga mengusap-usap punggung Tsamara yang mencari pengait dari pakaian yang di kenakan Tsamara sampai akhirnya Mahendra menemukan pengait dress itu dan menurunkan res Tsamara.Tsamara hanya terus memberontak dengan tubuh yang pasti tidak diam. Namun pergerakan itu membuat Mahendra semakin di penuhi dengan gairah."Kau benar-benar bajingan lepaskan aku bajingan, lepaskan!" Tsamara mengumpat, memberikan makian pada Mahendra. Mahendra merasa bising dengan makian keluar dari mulut Tsamara.Mahendra menghentikan sebentar aktivitas menyenangkan itu dan terlihat bangkit dari tubuh Tsamara. Mahendra mengambil sapu tangan dan menutup mulut Tsamara dengan sapu tangan tersebut.Mahendra menyunggingkan senyum dan membuka kancing kemejanya satu persatu yang sangat puas melihat wanita yang di bawahnya sudah tidak berdaya. Tidak bisa mengeluarkan suara lagi dan tangannya juga yang
"Tuhan kenapa harus aku? Kenapa harus aku. Apa salahku.?Kenapa engkau tidak menolongku. Kenapa engkau membiarkan laki-laki pijat itu memperkosaku. Kenapa?" teriak Tsamara dengan suaranya yang serak dan dadanya yang terasa sesak."Sekarang aku sudah tidak berguna lagi. Aku sudah menjadi wanita kotor, wanita yang menjijikkan, wanita sampah," Tsamara terus mengutuk dirinya, menyalahkan sang pencipta dengan apa yang terjadi.Tsamara menganggap jika kejadian yang menimpanya malam itu adalah mimpi buruk di dalam hidupnya. Namun ternyata tidak sama sekali. Itu adalah kenyataan. Sangat sial Tsamara yang di perkosa dengan pria yang sama sekali tidak di kenalnya.Di paksa untuk melakukan hubungan itu tanpa ada perasaan apa-apa tanpa ada persetujuan dengan kehormatannya yang di jaganya selama 23 tahun di renggut paksa dan tidak ada cinta dalam melakukan hubungan tersebut***********Setelah merasa cukup tenang akhirnya Tsamara menghidupkan mesin mobil untuk segera pulang. Sementara dikediaman T
Tidak tahu apa yang membuat Mahendra begitu marah tiba-tiba. Dia seakan menyesal dengan apa yang telah dia lakukan. Mungkin karena informasi yang didapatkan sang Asisten tidak semua sesuai dengan kenyataan yang ada.Mungkin itu yang membuat Mahendra marah. Mahendra yang marah karena Tsamara yang justru masih wanita suci dan dia adalah yang pertama kali menyentuh Tsamara dan bagaimana mungkin Tsamara menjadi selingkuhan dari suami sang kakak dan belum lagi kedekatan Tsamara dengan berbagai pria yang nyata di depan mata. Jadi hal itu yang membuat Mahendra frustasi.Karena merasa ada kesalahan yang tidak dapat di jelaskan, dengan semua pikiran itu yang terbawa kedalam pikiran Mahendra.**********Mahendra, Karin dan juga Vira mama Mahendra yang mana mereka makan malam bersama."Mama senang Mahendra kamu mau makan malam di rumah," ucap Vira yang memang memasak banyak hari ini dan menyuruh sang putra yang tidak tinggal 1 rumah dengan dia dan Karin untuk mampir makan malam bersama."Lain ka
Keesokannya harinya Perusahaan Nct Mahendra yang berada di dalam ruangannya dengan Angga yang berdiri di depan Mahendra. "Kamu tidak perlu mencari tahu tentang apapun dari wanita itu lagi," ucap Mahendra yang memberikan perintah kepada Angga. "Kenapa tuan?" tanya Angga heran. "Sejak kapan kamu harus tahu setiap alasan perintah yang saya berikan?' tanya Kevin membuat Angga terdiam dengan menunduk. "Kamu hanya pastikan saja jika Karin tidak berhubungan lagi atau bertemu lagi dengan wanita itu," tegas Mahendra. "Baiklah tuan!" sahut Angga. "Kalau sudah tidak ada lagi. Maka saya permisi dulu!" ucap Angga. "Oh iya jam berapa pertemuan dengan klien yang dikatakan Lusi?" tanya Mahendra. "Jam 9 tuan," jawab Angga. "Ya sudah kalau begitu. Saya ada pertemuan sebentar di depan. Di Restaurant depan dan ketika tamunya sudah datang. Kamu suruh Mira menunggu di ruangan saya," ucap Mahendra. "Baiklah tuan," jawab Angga. "Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Angga pamit kemba
"Hentikan!" Mahendra dengan amarah menahan tangan Tsamara dengan mencengkram kuat pergelangan tangan Tsamara yang tepat berada di depan wajah Tsamara. "Berani sekali kau mengatai ku seperti itu," Mahendra tampak tidak terima dengan kata-kata kasar yang dikeluarkan Tsamara. "Lepaskan aku bajingan!" umpat Tsamara yang langsung melepaskan kasar tangan itu dari cengkraman kuat Mahendra. "Kau memang pantas mendapatkan kata-kata seperti itu. Kau itu laki-laki biadap yang sudah merusak kehidupan ku. Untuk apa kau di sini menunjukkan dirimu dengan berani di hadapanku," tegas Tsamara dengan mengeluarkan emosi yang meledak-ledak sembari menunjuk-nunjuk Mahendra. "Heh Nona. Ini adalah kantorku dan Perusahaan. Jadi pertanyaan mu tidak harus kujawab," jawab Mahendra menegaskan. "Apa ini kantormu dan artinya kau!" lirih Tsamara yang semakin kaget. "Iya. Jadi jaga sopan santunmu saat berbicara dengan ku," tegas Mahendra. "Apa katamu sopan santun. Aku tidak harus punya sopan santun denga
Lusi sekarang berada di depan Mahendra dengan Mahendra yang terlihat emosi dengan dahi yang masih berdarah akibat ulah Tsamara."Kenapa kamu tidak bilang. Jika yang akan bekerja sama itu adalah mereka?" tanya Mahendra yang sekarang marah-marah."Tuan tidak ada bertanya kepada saya dan sejak awal sudah setuju dengan proyek yang mereka ajukan dan pertemuan pertama juga baik-baik saja," jawab Lusi."Apa harus saya selalu bertanya setiap saat kepadamu," sentak Mahendra yang membuat Lusi tersentak kaget."Saya juga tidak ikut dalam pertemuan pertama dan seharusnya kamu menjelaskan dengan saya dengan jelas siapa orang yang akan bekerjasama dengan Perusahaan ini dan bukan malah mendatangkan mereka dengan sepertinya ini!" tegas Mahendra yang tidak mau di salahkan."Maaf tuan," sahut Lusi hanya menundukkan kepala."Wanita sialan! berani sekali dia mencelakaiku dan juga memakiku," umpat Mahendra dengan kesal."Kamu keluar dari sini! kamu sangat tidak berguna!" tegas Mahendra yang mengusir Lusi
"Tetapi bukankah tuan mengatakan jika tidak perlu lagi menyelidiki nyonya Tsamara?" tanya Robi."Aku sudah mengatakan berkali-kali kepadamu jangan biasakan bertanya setelah aku memberikan perintah kepadamu! jika aku mengatakan ini dan itu, tugasmu hanya menjalankan saja!" tegas Mahendra yang membuat Robi terdiam."Maaf tuan!" ucap Mahendra yang menunduk.Mahendra mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya yang ternyata sebuah foto dan melemparkan di atas meja."Kau juga cari tahu tentang kedekatan mereka?" tegas Mahendra, dengan memperlihatkan foto Andre dan Tsamara."Baik tuan. Tapi seperti informasi yang saya berikan sebelumnya. Jika mereka adalah pasangan kekasih yang tinggal bersama dan hubungan mereka sangat jauh yang menurut informasi yang saya dapatkan jika mereka berdua......""Saya menyuruh kamu untuk langsung mencari informasi sendiri yang bukan melalui orang lain. Jadi cari informasi dengan benar dan jangan asal-asalan!" tegas Mahendra yang memotong pembicaraan Robi."Baik tua
Setelah menghabiskan malam pertama mereka berdua Mahendra dan Tsamara yang melanjutkan dengan bermain-main di pinggir pantai. Tsamara yang tampil begitu anggun menggunakan dress putih sampai mata kakinya yang sekarang berlari-lari dikejar-kejar Mahendra yang juga menggunakan setelan kemeja berwarna putih dengan celana pendek berwarna coklat susu. Pasangan itu sama sekali tidak hentinya saling bercanda satu sama lain.Sekarang Mahendra yang memutarkan tubuh sang istri dengan menggendongnya yang membuat Tsamara terus saja berteriak dengan kedua tangannya berada di leher Mahendra.Kedua tangan Mahendra yang berada di bawah pantat Tsamara yang menggendong istrinya itu dan sesekali Tsamara merentangkan tangannya dan sampai akhirnya menempelkan dahinya di dahi Mahendra. "Kamu sangat bahagia?" tanya Mahendra.Tsamara menganggukkan kepalanya."Bagaimana mungkin aku tidak bahagia dan aku juga tidak bisa menggambarkan kebahagiaanku seperti apa," jawab Tsamara."Aku juga sangat bahagia," sahut
Acara pernikahan yang telah selesai. Mahendra dan Tsamara yang sekarang berada di dalam kamar Hotel. Kamar pengantin pada umumnya yang penuh dengan suasana romantis. Tempat tidur king size dengan sprei berwarna putih yang ditaburi dengan kelopak mawar yang dibentuk dengan love dan di bagian tengahnya terdapat dua angsa yang saling berhadapan. Selain itu juga terdapat banyak tangkai mawar yang berada di atas lantai yang menambah suasana kamar tersebut yang semakin romantis dan belum lagi dengan lampu yang tidak terlalu terang dan juga tidak terlalu gelap. Di tambah dengan aroma kamar tersebut yang begitu khas dan sangat menyejukkan. Tsamara yang duduk di depan cermin yang sedang menyisir rambutnya. Setelah acara pernikahan yang sangat melelahkan itu selesai. Tsamara langsung membersihkan diri agar terlihat fresh. Dia sudah mandi dan tidak lupa keramas yang juga sudah melepas gaun pengantinnya dengan baju tidur berwarna merah mencolok yang panjang sampai mata kaki. Krrekkk Su
"Itu calon istrimu!" tunjuk Andre yang membuat Mahendra langsung menoleh. Mahendra melihat calon istrinya berjalan begitu cantik dan anggun yang didampingi oleh sahabat-sahabatnya. Tsamara terlihat sangat tenang dengan memegang buket bunga di tangannya. Mahendra sampai tidak berkedip melihat calon istrinya yang benar-benar seperti bidadari yang sangat cantik.Bukan hanya mata calon suami yang tidak berkedip melihat pengantin yang sangat cantik itu. Semua tamu undangan juga langsung tertuju pada Tsamara yang benar-benar harus memuji kecantikan Tsamara. Mereka tidak tanggung-tanggung yang pasti berbisik-bisik membicarakan Tsamara yang pasti mengagumi calon pengantin tersebut. "Ngedip woy!" tegur Andre yang membuat Mahendra tersentak dengan dirinya yang tersenyum geleng-geleng. Bagaimana dia bisa berkedip jika calon pengantinnya saja seperti itu."Tenang bentar lagi kamu akan bisa menatapnya secara dekat dan tidak perlu khawatir akan hal apapun," sejak tadi Andre terus saja menggoda Ma
Hari Pernikahan. Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu datang juga. Hari pernikahan Tsamara dan Mahendra. Pernikahan mereka yang diadakan secara order di salah satu tempat yang sudah di dekor dengan seindah mungkin yang sesuai dengan keinginan Tsamara dan Mahendra. Tempat pernikahan itu sudah mulai dikunjungi para tamu yang berdatangan yang turut menghadiri acara sakral tersebut. Dengan susunan bangku yang rapi yang berwarna putih yang sudah disusun sedemikian rupa. Tidak lupa dengan paduan dekorasi yang indah dengan bunga berwarna putih yang dipadukan dengan pink. Para tamu undangan yang benar-benar dimanjakan dengan pemandangan yang sangat indah itu. Sementara Tsamara yang masih berada di salah satu ruangan yang khusus untuk pengantin wanita yang masih sedang di make up. Tsamara juga terlihat sangat cantik menggunakan gaun panjang berwarna putih tanpa lengan. Gaun Indah itu sampai menyapu lantai. Tsamara yang berdiri dengan memegang bunga dan menatap dirinya di cermin. Ame
Tsamara yang berada di dalam kamar yang baru saja selesai dari kamar mandi dan menghampiri cermin yang seperti biasa sebelum tidur memakai skin care terlebih dahulu. Ponsel Tsamara yang berdering membuat Tsamara yang langsung melihat panggilan masuk tersebut yang ternyata dari Mahendra. "Kenapa dia menelpon? apa ada sesuatu?" tanyanya dengan rasa penasaran. Tanpa berpikir panjang yang akhirnya Tsamara mengangkat panggilan telepon tersebut. "Hallo!" sapa Tsamara."Kamu sedang apa?" tanya Mahendra dengan suara yang sangat lembut. Tsamara pasti sangat merindukan suara yang berbicara itu. "Ingin tidur," jawab Tsamara."Kamu bisa tidur dan kamu tahu tidak tahu, bahwa aku sama sekali tidak bisa tidur," ucap Mahendra."Oh iya. Memang kenapa?" tanya Tsamara "Bagaimana aku bisa tidur jika beberapa hari ini kita tidak pernah bertemu dan bahkan baru kali ini aku menelpon kamu. Walau dilarang berkomunikasi dengan kamu. Ternyata hal itu membuatku tidak tahan dan mau tidak mengulur menghubungi
Tsamara begitu sangat bahagia mendapatkan kejutan dari sahabatnya. Tsamara sampai meneteskan air mata yang mungkin tidak bisa berkata-kata dengan apa yang telah diberikan sahabatnya kepada dia. Sangat wajar dalam situasi seperti itu dia sangat terharu."Kamu oke Tsamara?" tanya Rora yang mendapati sang sahabat menegaskan air mata.Tsamara hanya menganggukkan kepala dengan terharu."Tapi aku melihat kamu tidak baik-baik saja. Kamu sampai meneteskan air mata. Apa kita melakukan kesalahan?" tanya Rora dengan panik.Tsamara menggelengkan kepala, "kalian sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun. Bagaimana aku tidak meneteskan air mata dengan keadaan yang sekarang aku dapatkan. Selama ini aku hanya punya kalian bertiga. Aku bersama dengan Amel perjuangan kami yang besar dan perjuangan itu juga tidak mudah. Aku mengenal kamu Rora yang selalu memberikan dukungan kepadaku. Kamu juga Karin. Di luar semua yang terjadi. Kamu adalah orang satu-satunya yang sangat mengerti aku dan terus memberi
Setelah melakukan semua kegiatan Mahendra dan Tsamara yang akhirnya hari ini Tsamara dan Mahendra yang sudah sampai di depan rumah Tsamara dengan mereka berdua yang masih berada di dalam mobil. Mahendra memegang tangan Tsamara dengan tersenyum pada Tsamara."Sebentar lagi kita berdua akan menikah," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala."Kata kak Indah menjelang hari pernikahan kita tidak boleh bertemu dulu," ucap Tsamara yang membuat Mahendra mengkerutkan dahi."Kita tidak boleh bertemu!" tanya Mahendra memastikan. Tsamara menganggukkan kepala."Kak Indah mengatakan jika hal itu pamali menghindari hal-hal yang tidak terduga. Jadi kita berdua jangan bertemu sampai pernikahan minggu depan dan lagi pula persiapan pernikahan kita sudah sampai 95%. Kita sudah menyiapkan lokasi pernikahan, undangan pernikahan, catering dan hal-hal lainnya," ucap Tsamara."Tapi masa iya kita tidak bertemu selama satu minggu," sahut Mahendra yang sangat keberatan dengan keinginan Tsamara.
Setelah seharian Mahendra dan Tsamara bersama mengurus segala persiapan pernikahan mereka berdua yang akhirnya sekarang pasangan itu yang berada di dalam mobil yang berhenti di kediaman Mahendra."Ayo turun!" ajak Mahendra."Memang kita harus mampir lagi ya?" tanya Tsamara yang mungkin terlihat begitu capek dan rasanya ingin pulang saja. "Sebentar saja Tsamara. Ada yang ingin dikatakan mama kepada kamu dan mungkin saja mama harus mengatakan sekarang," ucap Mahendra yang membuat Tsamara menghela nafas.Mahendra yang langsung meraih tangan kekasihnya itu."Kamu capek ya seharian?" tanya Mahendra yang membuat Tsamara menganggukkan kepala dan memang benar-benar begitu capek dan sangat melelahkan."Bagaimana? kalau kamu menginap saja di rumah. Besok kamu baru pulang?" tanya Mahendra memberikan saran. "Mana boleh seperti itu," sahut Tsamara membuat Mahendra mengkerutkan dahi. "Kenapa?" tanya Mahendra heran."Kita belum menikah dan aku tidak mau menginap di rumah calon suamiku," ucap Tsam
Tsamara yang tiba di rumahnya dan ingin memasuki kamar yang bersamaan dengan Amel yang juga baru pulang. "Aku pikir kamu sudah kembali sejak tadi," ucap Tsamara yang memang tadi Amel duluan pulang terlebih dahulu bersama dengan Mahendra dan ternyata mereka bahkan malah sampai berbarengan dan padahal Tsamara dan Mahendra tadi tidak langsung pulang. "Iya aku memang baru sampai," jawab Amel."Memang kamu habis dari mana?" tanya Tsamara kebingungan."Tadi aku sama Andre mampir sebentar ke minimarket. Aku membeli beberapa cemilan yang memang stoknya sudah habis," jawab Amel "Hmmm, aku lihat kamu dan Andre belakangan ini sangat dekat. Apa akan ada hilal setelah ini," ucap Tsamara yang menatap curiga sahabatnya itu. "Hilal apa maksud kamu Tsamara. Kamu itu ada-ada saja!" ucap Amel dengan geleng-geleng kepala."Ya, hubungan kalian berdua itu sangat tidak biasa dan bukankah wajar aku mempertanyakan hal itu dan siapa tahu saja kalian berdua memiliki hubungan yang spesial yang tanpa aku keta