Share

20. Apa Perlu Suami Baru?

"Nenek salah paham. Saya masih punya suami. Saya karyawan Kang Jaya," kataku mencoba menjelaskan, tetapi nenek Kang Jaya malah tersenyum, lalu masuk ke ruang kontrakan yang aku tinggali.

"Kamu tinggal di sini? Siapa nama kamu?" tanya nenek itu.

"Iya, Nek, saya tinggal di sini, sekalian bantu Kang Jaya jualan. Rapi-rapi daster dan barang lainnya. Jadi kalau ada tetangga ...."

"Katanya punya suami, kenapa tinggal di sini? Apa suaminya tinggal di sini juga?" Aku menghela napas.

"Nggak, Nek, sudah pisah, tetapi belum cerai."

"Berarti bisa jadi calon istri Jaya dong. Perkenalkan nama saya Anggita. Jaya biasa memanggil saya Oma Anggit," terang wanita tua itu sambil memeriksa seluruh ruangan di dalam rumah kontrakan. Tangannya terus menggunakan kipas kecil yang memakai baterai untuk menghilangkan gerah.

"Oh, baik, Oma. Apa Oma mau saya buatkan minum?" tanyaku penuh hormat.

"Boleh, teh manis, tapi gula sedikit saja."

"Baik, Oma, saya buatkan dulu ya." Aku bergegas ke dapur dengan sejuta
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status