Bab 8: Jaga Batasanmu
“Selamat ulang tahun Abian sayang.” Ucap Ruth dengan nada lembut dan mesra.
Abian menoleh ke arah di mana gadis itu berada. Lelaki tampan itu melihat Ruth dengan tatapan tajam.
“Ruth?” Gumamnya hingga terdengar oleh Bening.
“Ruth?” Tanya Bening dengan nada yang tak biasa.
“Bee!” Abian berusaha memberikan penjelasan pada Bening.
“Siapa Ruth? Dia memanggilmu sayang kak?” Tanya Bening penuh curiga.
Abian terdiam, menatap tajam gadis disampingnya. Tanpa berkata sepatah katapun pada Bening, dirinya langsung mematikan sambungan telepon. Dan itu tentu saja membuat gadis itu semakin curiga. Berulang kali Bening mencoba menghubungi Abian kembali, namun tak satupun panggilannya dijawab oleh lelaki itu. Membuat dirinya semakin kesal dan bertambah curiga.
“Ruth siapa? Sayang? Dia bahkan memanggil Kak Bian dengan sebutan sayang. Ada apa ini sebenarnya? Aku yang ingin memberinya kejutan, justru aku yang terkejut. Apa kak Bian selingkuh? Ah, tidak-tidak, ini tidak mungkin, sebaiknya aku tunggu saja sampai dia menghubungiku lagi dan menjelaskan semuanya nanti.” Pikir Bening mencoba tetap tenang dan berpikir positif.
Meskipun berusaha menenangkan diri dan berpikiran positif, tapi tetap saja Bening merasa terganggu dengan panggilan sayang dari gadis yang bernama Ruth seperti yang didengarnya terucap dari mulut lelaki yang sudah hampir 9 tahun menjalin kasih dengannya. Hingga seseorang membuyarkan lamunan gadis ini.
“Bening, kamu kenapa?” Tanya Aura pada sahabat dekatnya itu yang terlihat sedikit muram.
“Ha? Ah tidak, tidak apa-apa aku hanya…” Jawabnya ragu.
“Memikirkan seseorang?” Sahut Aura memotong ucapan Bening.
Gadis itu terdiam, entah apa yang ada dipikirannya saat ini, begitu berisik, hanya karena percakapan yang singkat dan masih terasa mengganjal. Ya akhir-akhir ini Abian memang sedikit berubah, tak biasanya lelaki itu seperti ini, mematikan telepon secara sepihak dan tanpa penjelasan apa-apa.
“Bee, kamu baik-baik saja?” Tanya Aura khawatir.
“Aku baik-baik saja.” Balasnya singkat.
“Kamu tidak lupakan hari ini kita praktik penilaian anatomi panggul? Jangan sampai karena memikirkan seseorang semua tulang belulang yang tersimpan di kepalamu jadi hilang dan lenyap. Kamu adalah mahasiswi percontohan, dosen kita akan selalu menunjukmu sebagai mahasiswi pertama yang akan menjabarkan anatomi tubuh dan segala perangkatnya di depan kelas. Jika kamu saja yang super duper jenius bisa blank, bisa bayangkan tidak, bagaimana teman yang lain juga akan ikut-ikutan blank hanya karena orang yang selalu perfect ini seketika menjadi tidak konek? Jangan sampai itu terjadi Bee.” Pinta Aura dengan sungguh-sungguh.
“Tenang saja, aku masih mengingat semuanya, tulang belulang yang kamu sebutkan itu, mulai dari tulang pinggul, ilium, pubis, ischium, sacrum sampai ke coccyx, anatomi organ dan semua fungsinya aku masih ingat.”
“Syukurlah kalau begitu, aku jadi was-was.” Ucap Aura asal.
“Was-was kenapa?” Tanya bening.
“Ya was-was dong, kalau buku berjalanku saja sudah oleng, terus aku mau bertanya pada siapa?”
“Buku berjalan?” Tanya Bening sambil mengernyitkan dahi.
“Iya kamu, aku dan teman-teman lainnya menyebut kamu buku berjalan.” Ucap Aura dengan gelak tawa.
“Apa?” Sahut Bening dengan mata terbelalak.
“Peace.” Cicit Aura dengan tangan mode dua, jari telunjuk dan jari tengah sambil berlari menuju kelas.
Untuk sejenak Bening melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Tapi dirinya belum sempat merayakan sedikit hari istimewa untuk lelaki istimewanya. Pikirnya nanti saja, lelaki itu pasti akan menghubunginya lagi. Lalu berjalan menuju kelas untuk menyelesaikan perkuliahannya hari ini.
Di sisi lain,
Abian langsung menarik tangan Ruth dengan sedikit keras, hingga Ruth sedikit protes dengan tindakan yang Abian lakukan. Lelaki itu tidak peduli, dirinya sudah merasa sangat kesal dengan tindakan Ruth yang dengan seenaknya saja memotong pembicaraan antara dirinya dan Bening tadi.
“Aku tidak suka bersikap kasar dengan siapapun apalagi dengan seorang perempuan. Jadi aku harap kamu tidak melakukan hal yang membuat aku marah dan terpaksa berbuat kasar denganmu. Aku tidak ingin sisi lain dari diriku ke luar tanpa permisi, kamu belum pernah kan melihat sisi gelapku, jadi jangan coba-coba bermain-main denganku, paham?” Tegas Abian memberi peringatan pada Ruth dengan nada penuh penekanan disetiap kata yang diucapkannya.
Gadis itu terdiam, mencerna semua perkataan Abian yang terdengar horor di indera pendengarannya.
“Yan, ma-af, aku hanya bercanda.” Ucapnya dengan terbata-bata dan perasaan takut.
“Jangan pernah sekalipun kamu berani masuk ke ranah privasiku dan menyela pembicaraanku dengan siapapun!”
“Yan, aku minta maaf. Aku hanya bercanda.” Ucapnya mengulang kata-kata.
“Bercanda? Bercandamu menakutiku. Ubahlah sikapmu jika tidak ingin aku membencimu. Jaga batasanmu dengan begitu aku akan lebih menghargaimu.”
“Tapi kamu kan ulang tahun hari ini, bisakah hari ini juga menjadi hari kita berteman?” Tanya Ruth tanpa rasa bersalah.
Abian hanya diam. Hampir frustasi rasanya menghadapi gadis di depannya ini. Lalu pergi meninggalkan Ruth sendiri yang sedang terpaku. Ruth benar-benar tidak menyangka Abian akan semarah itu padanya. Niatnya hanya bercanda dan membuat kekasih Abian cemburu, malah membuat Abian semakin menjauh darinya.
“Ah, kenapa jadi begini?” Teriaknya penuh kekesalan.
“Abian memang berbeda. Dia semakin membuatku tertantang untuk merebutnya dari gadis itu. Jangan panggil aku Adelia Ruth Prawita kalau tidak bisa merebut kamu darinya.”
Suasana hati Abian masih sangat kacau, mengingat terakhir percakapannya dengan Bening tadi membuatnya merasa bersalah. Memutuskan panggilan secara tiba-tiba, jelas itu tidak pernah dilakukannya.
Mengingat hari ini adalah hari ulang tahunnya, Abian kembali mengingat momen beberapa tahun silam saat dia dan Bening merayakan hari lahir Abian. Gadis itu memang punya sejuta cara menyenangkan hati orang lain. Lalu lelaki ini tersenyum, mengingat gadis ayu yang sangat dikasihinya membuatnya lupa akan kemarahannya tadi.
Dirinya mencoba mengulang kejadian saat itu.
Flashback On
“Kak, hari ini aku akan sibuk. Jadi jika nanti kakak mencari atau menelpon dan tidak terangkat, maaf ya, sepertinya aku akan sibuk sekali.”
“Sibuk apa sih? Sampai akupun terabaikan?” Tanyanya penasaran.
“Nanti aku kabari, ok!” Ucap bening mantap dan berlalu pergi dengan terburu-buru.
“Sibuk apa sih dia? Apa dia lupa hari ini hari ulang tahunku?” Gumam Abian dalam hati.
Setelah kepergian Bening, lalu lelaki ini memutuskan untuk pulang. Dirinya benar-benar berpikir bahwa Bening melupakan hari ulang tahunnya.
“Gadis itu, apakah dia benar-benar lupa hari ulang tahunku? Ah, sudahlah lebih baik pulang saja.”
Hari semakin sore, lalu Abian melihat apakah gadisnya tadi menelpon? Karena tidak ada yang dikerjakan, sepulang sekolah lelaki ini langsung istirahat dan tertidur. Ternyata tidak ada sama sekali panggilan.
“Ternyata dia benar-benar lupa.” Gumamnya.
Lalu terdengar pintu kamarnya diketuk oleh seseorang, Abian yang sedang malas beranjak dari tempat tidur, lalu berkata,
“Masuk saja, aku baru bangun tidur masih sedikit mager.” Ucapnya tanpa berniat membuka pintu.
Seseorang tak juga kunjung masuk, lalu terdengar pintu kembali diketuk. Mau tidak mau Abian beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu.
“Sudah dibilang masuk aja, masih saja ketak-ketok.” Ucapnya kesal.
Dan betapa terkejutnya dirinya saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu kamarnya.
“Happy Birthday my Bii.” Teriak Bening.
“Bening, kamu tidak lupa?”
Gadis itu menggelengkan kepalanya. “Tentu saja tidak, mana mungkin bisa lupa.”
Di sana sudah berkumpul kedua orangtua Abian, adik perempuannya dan kakak lelakinya. Tak ketinggalan Dion sahabatnya. Mereka semua mengucapkan selamat ulang tahun pada Abian dan mendoakan yang terbaik untuk lelaki itu.
Lalu Abian mencari keberadaan Bening yang tak terlihat oleh netranya.
“Kemana gadis itu? Kejutan apalagi yang akan dibuatnya.” Ucap Abian dalam hati.
Hingga terdengar suara benda terjatuh dan teriakkan seseorang yang Abian hapal betul itu suara siapa.
“Brak! Suara benda terjatuh.
“Aw.” Teriak Bening dengan nada kesakitan.
“Bening!” Abian berlari mencari keberadaan gadisnya dengan penuh rasa khawatir.
Adelia Ruth Prawita, gadis periang, mempunyai rasa percaya diri tinggi, vokal dan ambisius. Apa yang ia inginkan harus didapatkan. Tidak peduli sesulit apapun itu, berusaha agar apapun bisa terwujud seperti maunya. Termasuk soal cinta, siapapun lelaki yang ia sukai harus bisa ditakhlukkan dan wajib hukumnya menjadi miliknya. Hingga pada satu ketika Ruth jatuh cinta pada seorang lelaki, yang menurutnya cukup sulit untuk digapai. Dialah Abian Anggara Firman. Seorang lelaki yang beberapa hari terakhir ini mengisi pikirannya. Berawal dari pertemuan yang tak disengaja pada sebuah insiden. Sejak saat itu, Ruth selalu mengingatnya, bayangan wajah Abian yang tampan dan rupawan terus menghantui. Dia adalah pria yang sulit didekati, sifatnya yang cool, cuek dan perfeksionis membuat nyalinya sedikit menciut. Namun tak sedikitpun ada niat untuk menyerah, selalu berusaha mencari celah agar dirinya bisa masuk ke dasar hati pria rupawan itu. Namun ada hal yang cukup membuat gadis itu ragu untuk menda
"Kamu ?" Lagi ?" “Kamu bisa gak sih jadi cewek itu anggun gak pecicilan?” Kayaknya hidup aku tuh gak beruntung banget setiap kali ketemu sama kamu." "Huft." Menghela napas panjang. Dengan penuh rasa kesal dihatinya Bian menatap Ruth tajam. “Sorry !” Sahut Ruth sambil menyatukan kedua tangannya. Kemudian Bian berlalu pergi, malas jika harus berdebat kusir dengan seorang wanita, apalagi di perpustakaan, dan tiba-tiba Ruth memanggilnya kembali. “Bian ! Maaf, aku-aku gak sengaja." Menatap lelaki didepannya dengan mata berbinar. “Sudahlah, lupakan!” berlalu pergi. “Abian kamu makin keren deh kalau lagi jengkel begitu, makin gemes dan aku semakin terpesona." Batin Ruth menatap penuh kekaguman. Kemudian dia berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan Bian. “Bian, tunggu!” “Apalagi sih? CEWEK PECICILAN ?” “What?” pekiknya dengan nada tak percaya. “CE-WEK PE-CI-CI-LAN, jelas?” Ruth hampir menangis dikatakan pecicilan oleh seorang Abian, dengan air bening men
Abian telah kembali ke tempat di mana dia menyewa sebuah rumah bersama Dion sahabatnya. Ya rumah yang tidak terlalu besar yang terdiri dari dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Rumah dengan design minimalis dengan cat berwarna hijau muda yang terlihat bersih dan terawat. Cukup nyaman dengan taman kecil yang ditumbuhi rumput hijau dan bunga-bunga yang bermekaran menambah keasrian rumah tersebut. Di tengah langit senja yang temaram, pria tampan itu menjatuhkan bokongnya pada salah satu kursi di teras rumah yang ditempatinya. “ Kenapa aku begitu merindukannya ?” sedang apa dia gadis ayuku ?” Meraih gawai dari saku celana jeansnya hendak melihat apakah ada pesan atau telpon dari sang pemilik hati. “Tidak ada!” gumamnya Lalu jemarinya sibuk mengetik sebuah pesan yang ditujukan kepada gadis ayunya “Assalamualaikum Bee ” “Kamu lagi sibuk banget ya ? Sampai satu hari ini gak ada kabar dari kamu, nanti kalau kamu udah baca pesan aku, telpon atau kabari aku !” Ok !” “Miss you so m
Kemudian gadis ayu ini membuka hpnya dan membaca semua pesan yang dikirimkan kepadanya dari lelaki yang selalu menjadi nomor satu di hati. “Assalamualaikum Bee!" "Kamu lagi sibuk banget ya? Satu hari ini tidakk ada kabar dari kamu, nanti kalau kamu udah baca pesan aku, telpon atau kabari aku,Ok!" “Miss you so much Bee!” Kemudian gadis ayu ini langsung mencari contack name dengan nama “ My Bii”, lalu mencoba menelpon seseorang di sana yang sudah sangat merindukannya. Tut,tut,tut, belum ada jawaban kemudian ia mengulangi panggilan kembali Tut, tut, tut, tut Sementara Abian yang memang sudah menunggu kabar dari gadis ayunya segera berlari meraih gawainya, berharap seseorang yang dirindukannyalah yang menghubunginya. Senyum manis terukir di bibirnya mnegetahui siapa yang sudah menelponnya. Sebuah name contack dengan tulisan “ My Bee “. Lalu dengan segera menekan tombol hijau. “Hallo, assalammualaikum Bee!" Suara bariton itu lembut menyapa gadis ayu yang sudah sangat dirindukan
BAB 5 : Ragu dan Menyerah ? Pagi yang cerah. “Yan, libur semester ini balik gak ?” Tanya Dion pada sahabatnya. “Belum tau sih, Di. Rencana pas kelar kuliah aja baru balik, maunya cepat selesai biar cepat kerja, nabung buat ngelamar Bening.” “Ceileh, dah mikir kawin aja lo!” Sahut Dion dengan nada kentara meledek. “Ya iyalah Di, kamu kan tau, aku sama dia udah berjarak lama banget. Kalau gak cepat-cepat dihalalin ntar keburu orang lain yang halalin. Udah sejauh ini juga kan?” “Benar juga sih. Asal jangan lo yang ngebet, lo yang ngingkari.” Ucap Dion mengingatkan kalau temannya lupa. Untuk sejenak Abian terdiam. Kata-kata sahabatnya itu seperti menusuk tepat di jantungnya. Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba gawai Abian berdering tanda sebuah notifikasi masuk dari gawainya. Senyum lelaki tampan itu mengembang sempurna dari sudut bibirnya, melihat siapa pengirim pesan bertuliskan “My Bee”. Kemudian dia langsung membuka dan membaca pesan yang dikirimkan oleh pujaan hatinya yang
Abian begitu terkejut dengan pengakuan tiba-tiba dari seorang gadis yang menurutnya terlalu berani dan blak-blakan soal pengakuan perasaannya. Saat ini bahkan dirinya belum sempat mencerna keadaan apa yang sedang terjadi. Namun dirinya sempat berpikir bahwa gadis ini sangat bertolak belakang dengan gadis ayunya. Jika Bening adalah seorang gadis yang lembut, ayu, dan penuh kehati-hatian, tidak blak-blakan, baik bahkan sangat baik dan berhati malaikat. Maka Ruth adalah kebalikan dari gadisnya. Lebih terbuka, blak-blakan, periang, ambisius, sangat vokal dan dominan. "Kamu ngomong apa sih Ruth?" Tanyanya memastikan. "Aku suka sama kamu Yan." Sahut Ruth penuh keyakinan. "Ruth kamu?" Abian seolah tak mampu berkata-kata. "Gila?" Sela Ruth memotong pembicaraan. "Iya, aku gila, tergila-gila sama kamu Yan." Mencoba meraih tangan kanan Abian. "Kamu apa-apaan sih? Lepaskan Ruth!" Perintahnya sambil menepis tangan Ruth. "Yan, kasi aku kesempatan untuk kamu mengenal aku dan aku menge
Hari ini setelah pengakuan yang cukup mengejutkan dan melewati hari yang panjang dengan jadwal perkuliahan yang cukup menguras tenaga, Abian sedang duduk di bawah pohon nan rindang, ditemani angin sepoi-sepoi yang cukup membuat udara sekitar menjadi lebih segar. Lelaki tampan itu lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya, dirinya baru saja mengingat bahwa ada pesan dari Bening yang sempat terabaikan, lalu ia segera membuka aplikasi berkirim pesan berwarna hijau itu dan membuka ruang chat dengan kontak nama”My Bee”. Senyum terukir dari bibirnya, setelah membaca pesan singkat dari gadis yang kesetiaannya tidak diragukan lagi.“Kak, kapan pulang? Rasanya aku sudah tidak kuat menahan rasa rindu yang kian membuncah ini. Sudah hampir dua tahun kamu tidak pulang. Apakah kamu tidak merindukanku atau rinduku tidak sebesar rindumu padaku kak?”"Kak?”“Kak Bii ?”“My Bii ?”“Abiaaaaaannn?”“ABIAN ANGGARA FIRMAN? Kamu kemana sih?”“MENYEBALKAN.”Setelah membaca pesan singkat dari gadis pujaan hati,
Bab 8: Jaga Batasanmu“Selamat ulang tahun Abian sayang.” Ucap Ruth dengan nada lembut dan mesra.Abian menoleh ke arah di mana gadis itu berada. Lelaki tampan itu melihat Ruth dengan tatapan tajam.“Ruth?” Gumamnya hingga terdengar oleh Bening.“Ruth?” Tanya Bening dengan nada yang tak biasa.“Bee!” Abian berusaha memberikan penjelasan pada Bening.“Siapa Ruth? Dia memanggilmu sayang kak?” Tanya Bening penuh curiga.Abian terdiam, menatap tajam gadis disampingnya. Tanpa berkata sepatah katapun pada Bening, dirinya langsung mematikan sambungan telepon. Dan itu tentu saja membuat gadis itu semakin curiga. Berulang kali Bening mencoba menghubungi Abian kembali, namun tak satupun panggilannya dijawab oleh lelaki itu. Membuat dirinya semakin kesal dan bertambah curiga.“Ruth siapa? Sayang? Dia bahkan memanggil Kak Bian dengan sebutan sayang. Ada apa ini sebenarnya? Aku yang ingin memberinya kejutan, justru aku yang terkejut. Apa kak Bian selingkuh? Ah, tidak-tidak, ini tidak mungkin, seba
Hari ini setelah pengakuan yang cukup mengejutkan dan melewati hari yang panjang dengan jadwal perkuliahan yang cukup menguras tenaga, Abian sedang duduk di bawah pohon nan rindang, ditemani angin sepoi-sepoi yang cukup membuat udara sekitar menjadi lebih segar. Lelaki tampan itu lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya, dirinya baru saja mengingat bahwa ada pesan dari Bening yang sempat terabaikan, lalu ia segera membuka aplikasi berkirim pesan berwarna hijau itu dan membuka ruang chat dengan kontak nama”My Bee”. Senyum terukir dari bibirnya, setelah membaca pesan singkat dari gadis yang kesetiaannya tidak diragukan lagi.“Kak, kapan pulang? Rasanya aku sudah tidak kuat menahan rasa rindu yang kian membuncah ini. Sudah hampir dua tahun kamu tidak pulang. Apakah kamu tidak merindukanku atau rinduku tidak sebesar rindumu padaku kak?”"Kak?”“Kak Bii ?”“My Bii ?”“Abiaaaaaannn?”“ABIAN ANGGARA FIRMAN? Kamu kemana sih?”“MENYEBALKAN.”Setelah membaca pesan singkat dari gadis pujaan hati,
Abian begitu terkejut dengan pengakuan tiba-tiba dari seorang gadis yang menurutnya terlalu berani dan blak-blakan soal pengakuan perasaannya. Saat ini bahkan dirinya belum sempat mencerna keadaan apa yang sedang terjadi. Namun dirinya sempat berpikir bahwa gadis ini sangat bertolak belakang dengan gadis ayunya. Jika Bening adalah seorang gadis yang lembut, ayu, dan penuh kehati-hatian, tidak blak-blakan, baik bahkan sangat baik dan berhati malaikat. Maka Ruth adalah kebalikan dari gadisnya. Lebih terbuka, blak-blakan, periang, ambisius, sangat vokal dan dominan. "Kamu ngomong apa sih Ruth?" Tanyanya memastikan. "Aku suka sama kamu Yan." Sahut Ruth penuh keyakinan. "Ruth kamu?" Abian seolah tak mampu berkata-kata. "Gila?" Sela Ruth memotong pembicaraan. "Iya, aku gila, tergila-gila sama kamu Yan." Mencoba meraih tangan kanan Abian. "Kamu apa-apaan sih? Lepaskan Ruth!" Perintahnya sambil menepis tangan Ruth. "Yan, kasi aku kesempatan untuk kamu mengenal aku dan aku menge
BAB 5 : Ragu dan Menyerah ? Pagi yang cerah. “Yan, libur semester ini balik gak ?” Tanya Dion pada sahabatnya. “Belum tau sih, Di. Rencana pas kelar kuliah aja baru balik, maunya cepat selesai biar cepat kerja, nabung buat ngelamar Bening.” “Ceileh, dah mikir kawin aja lo!” Sahut Dion dengan nada kentara meledek. “Ya iyalah Di, kamu kan tau, aku sama dia udah berjarak lama banget. Kalau gak cepat-cepat dihalalin ntar keburu orang lain yang halalin. Udah sejauh ini juga kan?” “Benar juga sih. Asal jangan lo yang ngebet, lo yang ngingkari.” Ucap Dion mengingatkan kalau temannya lupa. Untuk sejenak Abian terdiam. Kata-kata sahabatnya itu seperti menusuk tepat di jantungnya. Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba gawai Abian berdering tanda sebuah notifikasi masuk dari gawainya. Senyum lelaki tampan itu mengembang sempurna dari sudut bibirnya, melihat siapa pengirim pesan bertuliskan “My Bee”. Kemudian dia langsung membuka dan membaca pesan yang dikirimkan oleh pujaan hatinya yang
Kemudian gadis ayu ini membuka hpnya dan membaca semua pesan yang dikirimkan kepadanya dari lelaki yang selalu menjadi nomor satu di hati. “Assalamualaikum Bee!" "Kamu lagi sibuk banget ya? Satu hari ini tidakk ada kabar dari kamu, nanti kalau kamu udah baca pesan aku, telpon atau kabari aku,Ok!" “Miss you so much Bee!” Kemudian gadis ayu ini langsung mencari contack name dengan nama “ My Bii”, lalu mencoba menelpon seseorang di sana yang sudah sangat merindukannya. Tut,tut,tut, belum ada jawaban kemudian ia mengulangi panggilan kembali Tut, tut, tut, tut Sementara Abian yang memang sudah menunggu kabar dari gadis ayunya segera berlari meraih gawainya, berharap seseorang yang dirindukannyalah yang menghubunginya. Senyum manis terukir di bibirnya mnegetahui siapa yang sudah menelponnya. Sebuah name contack dengan tulisan “ My Bee “. Lalu dengan segera menekan tombol hijau. “Hallo, assalammualaikum Bee!" Suara bariton itu lembut menyapa gadis ayu yang sudah sangat dirindukan
Abian telah kembali ke tempat di mana dia menyewa sebuah rumah bersama Dion sahabatnya. Ya rumah yang tidak terlalu besar yang terdiri dari dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Rumah dengan design minimalis dengan cat berwarna hijau muda yang terlihat bersih dan terawat. Cukup nyaman dengan taman kecil yang ditumbuhi rumput hijau dan bunga-bunga yang bermekaran menambah keasrian rumah tersebut. Di tengah langit senja yang temaram, pria tampan itu menjatuhkan bokongnya pada salah satu kursi di teras rumah yang ditempatinya. “ Kenapa aku begitu merindukannya ?” sedang apa dia gadis ayuku ?” Meraih gawai dari saku celana jeansnya hendak melihat apakah ada pesan atau telpon dari sang pemilik hati. “Tidak ada!” gumamnya Lalu jemarinya sibuk mengetik sebuah pesan yang ditujukan kepada gadis ayunya “Assalamualaikum Bee ” “Kamu lagi sibuk banget ya ? Sampai satu hari ini gak ada kabar dari kamu, nanti kalau kamu udah baca pesan aku, telpon atau kabari aku !” Ok !” “Miss you so m
"Kamu ?" Lagi ?" “Kamu bisa gak sih jadi cewek itu anggun gak pecicilan?” Kayaknya hidup aku tuh gak beruntung banget setiap kali ketemu sama kamu." "Huft." Menghela napas panjang. Dengan penuh rasa kesal dihatinya Bian menatap Ruth tajam. “Sorry !” Sahut Ruth sambil menyatukan kedua tangannya. Kemudian Bian berlalu pergi, malas jika harus berdebat kusir dengan seorang wanita, apalagi di perpustakaan, dan tiba-tiba Ruth memanggilnya kembali. “Bian ! Maaf, aku-aku gak sengaja." Menatap lelaki didepannya dengan mata berbinar. “Sudahlah, lupakan!” berlalu pergi. “Abian kamu makin keren deh kalau lagi jengkel begitu, makin gemes dan aku semakin terpesona." Batin Ruth menatap penuh kekaguman. Kemudian dia berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan Bian. “Bian, tunggu!” “Apalagi sih? CEWEK PECICILAN ?” “What?” pekiknya dengan nada tak percaya. “CE-WEK PE-CI-CI-LAN, jelas?” Ruth hampir menangis dikatakan pecicilan oleh seorang Abian, dengan air bening men
Adelia Ruth Prawita, gadis periang, mempunyai rasa percaya diri tinggi, vokal dan ambisius. Apa yang ia inginkan harus didapatkan. Tidak peduli sesulit apapun itu, berusaha agar apapun bisa terwujud seperti maunya. Termasuk soal cinta, siapapun lelaki yang ia sukai harus bisa ditakhlukkan dan wajib hukumnya menjadi miliknya. Hingga pada satu ketika Ruth jatuh cinta pada seorang lelaki, yang menurutnya cukup sulit untuk digapai. Dialah Abian Anggara Firman. Seorang lelaki yang beberapa hari terakhir ini mengisi pikirannya. Berawal dari pertemuan yang tak disengaja pada sebuah insiden. Sejak saat itu, Ruth selalu mengingatnya, bayangan wajah Abian yang tampan dan rupawan terus menghantui. Dia adalah pria yang sulit didekati, sifatnya yang cool, cuek dan perfeksionis membuat nyalinya sedikit menciut. Namun tak sedikitpun ada niat untuk menyerah, selalu berusaha mencari celah agar dirinya bisa masuk ke dasar hati pria rupawan itu. Namun ada hal yang cukup membuat gadis itu ragu untuk menda