Abian begitu terkejut dengan pengakuan tiba-tiba dari seorang gadis yang menurutnya terlalu berani dan blak-blakan soal pengakuan perasaannya. Saat ini bahkan dirinya belum sempat mencerna keadaan apa yang sedang terjadi. Namun dirinya sempat berpikir bahwa gadis ini sangat bertolak belakang dengan gadis ayunya. Jika Bening adalah seorang gadis yang lembut, ayu, dan penuh kehati-hatian, tidak blak-blakan, baik bahkan sangat baik dan berhati malaikat. Maka Ruth adalah kebalikan dari gadisnya. Lebih terbuka, blak-blakan, periang, ambisius, sangat vokal dan dominan.
"Kamu ngomong apa sih Ruth?" Tanyanya memastikan. "Aku suka sama kamu Yan." Sahut Ruth penuh keyakinan. "Ruth kamu?" Abian seolah tak mampu berkata-kata. "Gila?" Sela Ruth memotong pembicaraan. "Iya, aku gila, tergila-gila sama kamu Yan." Mencoba meraih tangan kanan Abian. "Kamu apa-apaan sih? Lepaskan Ruth!" Perintahnya sambil menepis tangan Ruth. "Yan, kasi aku kesempatan untuk kamu mengenal aku dan aku mengenal kamu. Aku gak minta kamu buru-buru membuat keputusan. Paling tidak kasi aku kesempatan buat bisa dekat sama kamu." "Kamu sudah semakin gila. Aku gak bisa!" tegas Abian. " Hentikan sekarang juga dan jangan berharap apapun." "Kenapa gak bisa? Pacar kamu? iya? Maka aku akan merebut kamu dari dia. Dia gak ada di sini, dia jauh dari kamu kan? Aku, aku bisa melakukan apa yang dia tidak bisa lakukan Yan. Aku bisa memberikan apa yang dia tidak bisa berikan ke kamu." Ucap Ruth dengan keyakinan full. "Kamu ngomong apa sih Ruth? Maksud kamu kalau aku mengkhianatinya maka dia tidak akan pernah tahu begitukah?" Tanya Abian penuh selidik dan sedikit amarah yang terselip di setiap nada dari kata-katanya. "Hm!" Gadis itu mengangguk, membenarkan kata-kata yang diucapkan Abian. "Kamu benar-benar gila, kamu bisa bayangkan kalau seandainya kamulah yang berada diposisinya dia? kamu pernah bayangkan kalau seandainya kamu yang dikhianati?" Tanya Lelaki itu penuh emosi. Menatap tajam gadis didepannya dengan penuh keheranan. "Abian, a-aku." Ucapnya terbata-bata. Kata-kata itu seolah tercekat dan tertahan di tenggorokkannya. "Apa aku salah menyukaimu? Apa aku salah juga ingin memilikimu?" Tanyanya berharap mendapatkan jawaban sesuai inginnya. "Maksud kamu?" Sela Abian meminta penjelasan dari kata-kata yang terlontar dari mulut gadis yang menurutnya terlalu frontal mengutarakan isi hati. Seperti yang ia katakan tadi, Ruth berbanding terbalik dengan Bening. Jika Bening selalu memilah-milih kata-kata untuk berucap, seolah penuh kehati-hatian, maka Ruth adalah kebalikannya, gadis ini terlalu bar-bar dan selalu blak-blakkan berucap. "Kamu bukan orang bodoh yang begitu sulit memahami kata-kataku Yan. Aku yakin kamu sangat memahaminya." Ucapnya lagi-lagi dengan penuh percaya diri. "Kamu benar, aku tidak sebodoh itu untuk memahami dan mengerti maksud dari kata-katamu. Juga ingin memilikiku?" Abian mengulang kata-kata itu dengan penuh penekanan. Ada makna tersirat dari rangkaian kalimat singkat itu. "Iya, aku juga ingin memilikimu." Ucap Ruth mengulang kata itu kembali. "Aku juga ingin Egois Yan, bahwa hanya aku saja. Kamu mengertikan?" Tanyanya lagi memastikan, bahwa lelaki itu benar-benar memahami pesan yang tersirat dari kalimat sederhana namun sarat makna. "Aku hanya berusaha untuk tidak mengerti dan memahami inginmu. Oh tidak, aku meralat kata-kataku." Ia mengangkat sebelah tangannya menginterupsi ucapannya. "Hanya saja kalimat itu terasa ambigu di indra pendengaranku. Juga? kata-kata itu seperti.." Ucapannya berhenti sejenak, tercekat. Abian seakan tak sanggup meneruskan ucapannya. Kalimat itu menyesakkan, ia membayangkan bagaimana jika Bening mendengarnya? "Aku memang egois Yan. Semua tentang kamu, aku akui aku egois. Jika aku tidak, maka dia juga tidak." Ucapnya tegas dan menyiratkan ambisi yang menyala. "Ruth hentikan." Teriak Abian sedikit melengking. Lelaki tampan yang biasanya terlihat tenang itu, saat ini penuh gejolak dan amarah. "Aku suka kamu." ucap gadis itu lagi. "Ruth." Ucap Abian penuh penekanan. "Berhentilah menghalu." "Aku suka kamu, ingin memilikimu. Dan hanya aku saja." Ucapnya sekali lagi. "Jangan seperti ini, kamu membuat aku takut." "Aku tidak sedang menakuti kamu." selanya. "Bersikaplah seperti biasanya, jangan sampai sikap kamu membuat aku kehilangan respect sama kamu!" Gadis itu terdiam, sedikitpun tak bergeming dari posisinya. Lalu berkata "Jadilah pacar aku Yan." Ucapnya penuh harap. Deg. "Apa?" Tanya Abian seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya. Lelaki itu memilih pergi dan menjauh. Berada di tempat yang sama dan menghirup udara yang sama dengan gadis itu membuat napasnya tak lega menghirup oksigen. Menjauh dan pergi adalah solusi terbaik pikirnya. " Jadilah pacar aku." Teriak Ruth yang masih terdengar jelas di telinga Abian. Tanpa mereka berdua sadari, ada seseorang yang mendengar semua percakapan antara Abian dan Ruth. Ia terdiam membeku. Terpaku pada posisinya. Lalu berkata "Percintaan yang rumit." Ucapnya lalu beranjak pergi.Ada beberapa BAB dan dialog yang saya revisi. Maaf upate sedikit, ini pun mencuri-curi waktu di tengah pekerjaan. Saya akab usahakan untuk update setiap hari. Terima kasih untuk yang sudah membaca. Percayalah saya menyayangi kalian. plis tinggalkan jejak. Itu mood booster loh. Terimakasih.
Hari ini setelah pengakuan yang cukup mengejutkan dan melewati hari yang panjang dengan jadwal perkuliahan yang cukup menguras tenaga, Abian sedang duduk di bawah pohon nan rindang, ditemani angin sepoi-sepoi yang cukup membuat udara sekitar menjadi lebih segar. Lelaki tampan itu lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya, dirinya baru saja mengingat bahwa ada pesan dari Bening yang sempat terabaikan, lalu ia segera membuka aplikasi berkirim pesan berwarna hijau itu dan membuka ruang chat dengan kontak nama”My Bee”. Senyum terukir dari bibirnya, setelah membaca pesan singkat dari gadis yang kesetiaannya tidak diragukan lagi.“Kak, kapan pulang? Rasanya aku sudah tidak kuat menahan rasa rindu yang kian membuncah ini. Sudah hampir dua tahun kamu tidak pulang. Apakah kamu tidak merindukanku atau rinduku tidak sebesar rindumu padaku kak?”"Kak?”“Kak Bii ?”“My Bii ?”“Abiaaaaaannn?”“ABIAN ANGGARA FIRMAN? Kamu kemana sih?”“MENYEBALKAN.”Setelah membaca pesan singkat dari gadis pujaan hati,
Bab 8: Jaga Batasanmu“Selamat ulang tahun Abian sayang.” Ucap Ruth dengan nada lembut dan mesra.Abian menoleh ke arah di mana gadis itu berada. Lelaki tampan itu melihat Ruth dengan tatapan tajam.“Ruth?” Gumamnya hingga terdengar oleh Bening.“Ruth?” Tanya Bening dengan nada yang tak biasa.“Bee!” Abian berusaha memberikan penjelasan pada Bening.“Siapa Ruth? Dia memanggilmu sayang kak?” Tanya Bening penuh curiga.Abian terdiam, menatap tajam gadis disampingnya. Tanpa berkata sepatah katapun pada Bening, dirinya langsung mematikan sambungan telepon. Dan itu tentu saja membuat gadis itu semakin curiga. Berulang kali Bening mencoba menghubungi Abian kembali, namun tak satupun panggilannya dijawab oleh lelaki itu. Membuat dirinya semakin kesal dan bertambah curiga.“Ruth siapa? Sayang? Dia bahkan memanggil Kak Bian dengan sebutan sayang. Ada apa ini sebenarnya? Aku yang ingin memberinya kejutan, justru aku yang terkejut. Apa kak Bian selingkuh? Ah, tidak-tidak, ini tidak mungkin, seba
Teriakkan Bening terdengar nyaring di telinga Abian, dia langsung berlari ke arah sumber suara. Di dapur terlihat gadis itu tengah memegang lututnya yang terluka. Lantai yang licin akibat ada sedikit tumpahan minuman membuat Bening terpeleset dan karena mencari pegangan agar tidak terjatuh, tangan kanannya memegang pada sebuah rak di mana tersusun piring dan mangkuk berbahan plastik dengan brand ternama. Pada akhirnya bukan hanya Bening yang terjatuh, tapi piring dan mangkuk plastik itupun terjatuh dan menimpa dirinya.Abian yang melihat posisi gadis itu terjatuh sambil mengelus-elus kepalanya yang kejatuhan benda sambil memegangi lututnya yang sedikit berdarah langsung mendekati.“Kamu tidak apa-apa? Kenapa bisa jatuh?” Jelas raut khawatir terlukis diwajah dan nada suaranya.Gadis itu menggelengkan kepalanya, ia hampir menangis, airmatanya sudah siap untuk tumpah membasahi pipinya. Abian yang cepat tanggap pada keadaan langsung mencegah agar gadisnya tidak menangis.“Jangan menangis
Ucapan Dion cukup mengejutkan bagi Abian. Lelaki itu seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Lalu dirinya kembali mempertanyakannya lagi.“Di, kamu serius dengan apa yang kamu katakan tadi?”“Yan, Yan, aku hanya bercanda. Mana mungkin aku mengkhianatimu. Kamu dan Bening itu sahabatku, kalian berdua sudah seperti keluargaku sendiri. Tenang saja, masih banyak gadis-gadis lain yang bisa aku suka.”“Benarkah? Tapi kenapa kamu masih sendiri saja sampai sekarang?” ejek Bian.“Itu karena aku hanya ingin satu saja seumur hidup. Tidak ingin menyakiti banyak wanita.”“Benarkah? Dan aku percaya,”celetuk Abian santai sambil merangkul bahu sahabatnya.“Kamu memang harus percaya.”“Baiklah, aku percaya.”####Hari ini terasa sangat melelahkan bagi Bening, setelah seharian menjalankan aktivitas sebagai mahasiswi dengan segudang kegiatan dan segudang pula praktik klinik yang ia jalankan. Ya, sebagai mahasiswi kebidanan waktu untuk sekedar melepaskan lelah dirasa sangat dibutuhkan walaupun h
Adelia Ruth Prawita, gadis periang, mempunyai rasa percaya diri tinggi, vokal dan ambisius. Apa yang ia inginkan harus didapatkan. Tidak peduli sesulit apapun itu, berusaha agar apapun bisa terwujud seperti maunya. Termasuk soal cinta, siapapun lelaki yang ia sukai harus bisa ditakhlukkan dan wajib hukumnya menjadi miliknya. Hingga pada satu ketika Ruth jatuh cinta pada seorang lelaki, yang menurutnya cukup sulit untuk digapai. Dialah Abian Anggara Firman. Seorang lelaki yang beberapa hari terakhir ini mengisi pikirannya. Berawal dari pertemuan yang tak disengaja pada sebuah insiden. Sejak saat itu, Ruth selalu mengingatnya, bayangan wajah Abian yang tampan dan rupawan terus menghantui. Dia adalah pria yang sulit didekati, sifatnya yang cool, cuek dan perfeksionis membuat nyalinya sedikit menciut. Namun tak sedikitpun ada niat untuk menyerah, selalu berusaha mencari celah agar dirinya bisa masuk ke dasar hati pria rupawan itu. Namun ada hal yang cukup membuat gadis itu ragu untuk menda
"Kamu ?" Lagi ?" “Kamu bisa gak sih jadi cewek itu anggun gak pecicilan?” Kayaknya hidup aku tuh gak beruntung banget setiap kali ketemu sama kamu." "Huft." Menghela napas panjang. Dengan penuh rasa kesal dihatinya Bian menatap Ruth tajam. “Sorry !” Sahut Ruth sambil menyatukan kedua tangannya. Kemudian Bian berlalu pergi, malas jika harus berdebat kusir dengan seorang wanita, apalagi di perpustakaan, dan tiba-tiba Ruth memanggilnya kembali. “Bian ! Maaf, aku-aku gak sengaja." Menatap lelaki didepannya dengan mata berbinar. “Sudahlah, lupakan!” berlalu pergi. “Abian kamu makin keren deh kalau lagi jengkel begitu, makin gemes dan aku semakin terpesona." Batin Ruth menatap penuh kekaguman. Kemudian dia berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan Bian. “Bian, tunggu!” “Apalagi sih? CEWEK PECICILAN ?” “What?” pekiknya dengan nada tak percaya. “CE-WEK PE-CI-CI-LAN, jelas?” Ruth hampir menangis dikatakan pecicilan oleh seorang Abian, dengan air bening men
Abian telah kembali ke tempat di mana dia menyewa sebuah rumah bersama Dion sahabatnya. Ya rumah yang tidak terlalu besar yang terdiri dari dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Rumah dengan design minimalis dengan cat berwarna hijau muda yang terlihat bersih dan terawat. Cukup nyaman dengan taman kecil yang ditumbuhi rumput hijau dan bunga-bunga yang bermekaran menambah keasrian rumah tersebut. Di tengah langit senja yang temaram, pria tampan itu menjatuhkan bokongnya pada salah satu kursi di teras rumah yang ditempatinya. “ Kenapa aku begitu merindukannya ?” sedang apa dia gadis ayuku ?” Meraih gawai dari saku celana jeansnya hendak melihat apakah ada pesan atau telpon dari sang pemilik hati. “Tidak ada!” gumamnya Lalu jemarinya sibuk mengetik sebuah pesan yang ditujukan kepada gadis ayunya “Assalamualaikum Bee ” “Kamu lagi sibuk banget ya ? Sampai satu hari ini gak ada kabar dari kamu, nanti kalau kamu udah baca pesan aku, telpon atau kabari aku !” Ok !” “Miss you so m
Kemudian gadis ayu ini membuka hpnya dan membaca semua pesan yang dikirimkan kepadanya dari lelaki yang selalu menjadi nomor satu di hati. “Assalamualaikum Bee!" "Kamu lagi sibuk banget ya? Satu hari ini tidakk ada kabar dari kamu, nanti kalau kamu udah baca pesan aku, telpon atau kabari aku,Ok!" “Miss you so much Bee!” Kemudian gadis ayu ini langsung mencari contack name dengan nama “ My Bii”, lalu mencoba menelpon seseorang di sana yang sudah sangat merindukannya. Tut,tut,tut, belum ada jawaban kemudian ia mengulangi panggilan kembali Tut, tut, tut, tut Sementara Abian yang memang sudah menunggu kabar dari gadis ayunya segera berlari meraih gawainya, berharap seseorang yang dirindukannyalah yang menghubunginya. Senyum manis terukir di bibirnya mnegetahui siapa yang sudah menelponnya. Sebuah name contack dengan tulisan “ My Bee “. Lalu dengan segera menekan tombol hijau. “Hallo, assalammualaikum Bee!" Suara bariton itu lembut menyapa gadis ayu yang sudah sangat dirindukan
Ucapan Dion cukup mengejutkan bagi Abian. Lelaki itu seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Lalu dirinya kembali mempertanyakannya lagi.“Di, kamu serius dengan apa yang kamu katakan tadi?”“Yan, Yan, aku hanya bercanda. Mana mungkin aku mengkhianatimu. Kamu dan Bening itu sahabatku, kalian berdua sudah seperti keluargaku sendiri. Tenang saja, masih banyak gadis-gadis lain yang bisa aku suka.”“Benarkah? Tapi kenapa kamu masih sendiri saja sampai sekarang?” ejek Bian.“Itu karena aku hanya ingin satu saja seumur hidup. Tidak ingin menyakiti banyak wanita.”“Benarkah? Dan aku percaya,”celetuk Abian santai sambil merangkul bahu sahabatnya.“Kamu memang harus percaya.”“Baiklah, aku percaya.”####Hari ini terasa sangat melelahkan bagi Bening, setelah seharian menjalankan aktivitas sebagai mahasiswi dengan segudang kegiatan dan segudang pula praktik klinik yang ia jalankan. Ya, sebagai mahasiswi kebidanan waktu untuk sekedar melepaskan lelah dirasa sangat dibutuhkan walaupun h
Teriakkan Bening terdengar nyaring di telinga Abian, dia langsung berlari ke arah sumber suara. Di dapur terlihat gadis itu tengah memegang lututnya yang terluka. Lantai yang licin akibat ada sedikit tumpahan minuman membuat Bening terpeleset dan karena mencari pegangan agar tidak terjatuh, tangan kanannya memegang pada sebuah rak di mana tersusun piring dan mangkuk berbahan plastik dengan brand ternama. Pada akhirnya bukan hanya Bening yang terjatuh, tapi piring dan mangkuk plastik itupun terjatuh dan menimpa dirinya.Abian yang melihat posisi gadis itu terjatuh sambil mengelus-elus kepalanya yang kejatuhan benda sambil memegangi lututnya yang sedikit berdarah langsung mendekati.“Kamu tidak apa-apa? Kenapa bisa jatuh?” Jelas raut khawatir terlukis diwajah dan nada suaranya.Gadis itu menggelengkan kepalanya, ia hampir menangis, airmatanya sudah siap untuk tumpah membasahi pipinya. Abian yang cepat tanggap pada keadaan langsung mencegah agar gadisnya tidak menangis.“Jangan menangis
Bab 8: Jaga Batasanmu“Selamat ulang tahun Abian sayang.” Ucap Ruth dengan nada lembut dan mesra.Abian menoleh ke arah di mana gadis itu berada. Lelaki tampan itu melihat Ruth dengan tatapan tajam.“Ruth?” Gumamnya hingga terdengar oleh Bening.“Ruth?” Tanya Bening dengan nada yang tak biasa.“Bee!” Abian berusaha memberikan penjelasan pada Bening.“Siapa Ruth? Dia memanggilmu sayang kak?” Tanya Bening penuh curiga.Abian terdiam, menatap tajam gadis disampingnya. Tanpa berkata sepatah katapun pada Bening, dirinya langsung mematikan sambungan telepon. Dan itu tentu saja membuat gadis itu semakin curiga. Berulang kali Bening mencoba menghubungi Abian kembali, namun tak satupun panggilannya dijawab oleh lelaki itu. Membuat dirinya semakin kesal dan bertambah curiga.“Ruth siapa? Sayang? Dia bahkan memanggil Kak Bian dengan sebutan sayang. Ada apa ini sebenarnya? Aku yang ingin memberinya kejutan, justru aku yang terkejut. Apa kak Bian selingkuh? Ah, tidak-tidak, ini tidak mungkin, seba
Hari ini setelah pengakuan yang cukup mengejutkan dan melewati hari yang panjang dengan jadwal perkuliahan yang cukup menguras tenaga, Abian sedang duduk di bawah pohon nan rindang, ditemani angin sepoi-sepoi yang cukup membuat udara sekitar menjadi lebih segar. Lelaki tampan itu lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya, dirinya baru saja mengingat bahwa ada pesan dari Bening yang sempat terabaikan, lalu ia segera membuka aplikasi berkirim pesan berwarna hijau itu dan membuka ruang chat dengan kontak nama”My Bee”. Senyum terukir dari bibirnya, setelah membaca pesan singkat dari gadis yang kesetiaannya tidak diragukan lagi.“Kak, kapan pulang? Rasanya aku sudah tidak kuat menahan rasa rindu yang kian membuncah ini. Sudah hampir dua tahun kamu tidak pulang. Apakah kamu tidak merindukanku atau rinduku tidak sebesar rindumu padaku kak?”"Kak?”“Kak Bii ?”“My Bii ?”“Abiaaaaaannn?”“ABIAN ANGGARA FIRMAN? Kamu kemana sih?”“MENYEBALKAN.”Setelah membaca pesan singkat dari gadis pujaan hati,
Abian begitu terkejut dengan pengakuan tiba-tiba dari seorang gadis yang menurutnya terlalu berani dan blak-blakan soal pengakuan perasaannya. Saat ini bahkan dirinya belum sempat mencerna keadaan apa yang sedang terjadi. Namun dirinya sempat berpikir bahwa gadis ini sangat bertolak belakang dengan gadis ayunya. Jika Bening adalah seorang gadis yang lembut, ayu, dan penuh kehati-hatian, tidak blak-blakan, baik bahkan sangat baik dan berhati malaikat. Maka Ruth adalah kebalikan dari gadisnya. Lebih terbuka, blak-blakan, periang, ambisius, sangat vokal dan dominan. "Kamu ngomong apa sih Ruth?" Tanyanya memastikan. "Aku suka sama kamu Yan." Sahut Ruth penuh keyakinan. "Ruth kamu?" Abian seolah tak mampu berkata-kata. "Gila?" Sela Ruth memotong pembicaraan. "Iya, aku gila, tergila-gila sama kamu Yan." Mencoba meraih tangan kanan Abian. "Kamu apa-apaan sih? Lepaskan Ruth!" Perintahnya sambil menepis tangan Ruth. "Yan, kasi aku kesempatan untuk kamu mengenal aku dan aku menge
BAB 5 : Ragu dan Menyerah ? Pagi yang cerah. “Yan, libur semester ini balik gak ?” Tanya Dion pada sahabatnya. “Belum tau sih, Di. Rencana pas kelar kuliah aja baru balik, maunya cepat selesai biar cepat kerja, nabung buat ngelamar Bening.” “Ceileh, dah mikir kawin aja lo!” Sahut Dion dengan nada kentara meledek. “Ya iyalah Di, kamu kan tau, aku sama dia udah berjarak lama banget. Kalau gak cepat-cepat dihalalin ntar keburu orang lain yang halalin. Udah sejauh ini juga kan?” “Benar juga sih. Asal jangan lo yang ngebet, lo yang ngingkari.” Ucap Dion mengingatkan kalau temannya lupa. Untuk sejenak Abian terdiam. Kata-kata sahabatnya itu seperti menusuk tepat di jantungnya. Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba gawai Abian berdering tanda sebuah notifikasi masuk dari gawainya. Senyum lelaki tampan itu mengembang sempurna dari sudut bibirnya, melihat siapa pengirim pesan bertuliskan “My Bee”. Kemudian dia langsung membuka dan membaca pesan yang dikirimkan oleh pujaan hatinya yang
Kemudian gadis ayu ini membuka hpnya dan membaca semua pesan yang dikirimkan kepadanya dari lelaki yang selalu menjadi nomor satu di hati. “Assalamualaikum Bee!" "Kamu lagi sibuk banget ya? Satu hari ini tidakk ada kabar dari kamu, nanti kalau kamu udah baca pesan aku, telpon atau kabari aku,Ok!" “Miss you so much Bee!” Kemudian gadis ayu ini langsung mencari contack name dengan nama “ My Bii”, lalu mencoba menelpon seseorang di sana yang sudah sangat merindukannya. Tut,tut,tut, belum ada jawaban kemudian ia mengulangi panggilan kembali Tut, tut, tut, tut Sementara Abian yang memang sudah menunggu kabar dari gadis ayunya segera berlari meraih gawainya, berharap seseorang yang dirindukannyalah yang menghubunginya. Senyum manis terukir di bibirnya mnegetahui siapa yang sudah menelponnya. Sebuah name contack dengan tulisan “ My Bee “. Lalu dengan segera menekan tombol hijau. “Hallo, assalammualaikum Bee!" Suara bariton itu lembut menyapa gadis ayu yang sudah sangat dirindukan
Abian telah kembali ke tempat di mana dia menyewa sebuah rumah bersama Dion sahabatnya. Ya rumah yang tidak terlalu besar yang terdiri dari dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Rumah dengan design minimalis dengan cat berwarna hijau muda yang terlihat bersih dan terawat. Cukup nyaman dengan taman kecil yang ditumbuhi rumput hijau dan bunga-bunga yang bermekaran menambah keasrian rumah tersebut. Di tengah langit senja yang temaram, pria tampan itu menjatuhkan bokongnya pada salah satu kursi di teras rumah yang ditempatinya. “ Kenapa aku begitu merindukannya ?” sedang apa dia gadis ayuku ?” Meraih gawai dari saku celana jeansnya hendak melihat apakah ada pesan atau telpon dari sang pemilik hati. “Tidak ada!” gumamnya Lalu jemarinya sibuk mengetik sebuah pesan yang ditujukan kepada gadis ayunya “Assalamualaikum Bee ” “Kamu lagi sibuk banget ya ? Sampai satu hari ini gak ada kabar dari kamu, nanti kalau kamu udah baca pesan aku, telpon atau kabari aku !” Ok !” “Miss you so m
"Kamu ?" Lagi ?" “Kamu bisa gak sih jadi cewek itu anggun gak pecicilan?” Kayaknya hidup aku tuh gak beruntung banget setiap kali ketemu sama kamu." "Huft." Menghela napas panjang. Dengan penuh rasa kesal dihatinya Bian menatap Ruth tajam. “Sorry !” Sahut Ruth sambil menyatukan kedua tangannya. Kemudian Bian berlalu pergi, malas jika harus berdebat kusir dengan seorang wanita, apalagi di perpustakaan, dan tiba-tiba Ruth memanggilnya kembali. “Bian ! Maaf, aku-aku gak sengaja." Menatap lelaki didepannya dengan mata berbinar. “Sudahlah, lupakan!” berlalu pergi. “Abian kamu makin keren deh kalau lagi jengkel begitu, makin gemes dan aku semakin terpesona." Batin Ruth menatap penuh kekaguman. Kemudian dia berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan Bian. “Bian, tunggu!” “Apalagi sih? CEWEK PECICILAN ?” “What?” pekiknya dengan nada tak percaya. “CE-WEK PE-CI-CI-LAN, jelas?” Ruth hampir menangis dikatakan pecicilan oleh seorang Abian, dengan air bening men