Setelah penjelasan Almira mengenai apa yang dilakukan akhir-akhir ini, membuat Lyan lebih banyak diam. Setidaknya ia merenungi juga kesalahpahamannya pada Almira. Prasangka yang kerap muncul dan membandingkan Almira akan sama dengan wanita dan kekasih sebelumnya, perlahan memudar. Lyan tak bisa membayangkan jadi ALmira, bahkan wanita itu mau memaafkan dengan mudah orang-orang yang sudah menyakitinya dan membuangnya. Hingga sidang perceraian digelar, Almira tenang menghadapinya."Rencananya apa?" tanya Lyan yang melihat Almira sedang duduk sambil memegangi surat janda miliknya."Disimpan saja, siapa tahu butuh buat jaminan bank," kelakar Almira. Lyan yang datang menemani Almira, tersenyum dan memberikan satu kaleng minuman isotonik."Makasih," kata Almir. Diminumnya air yang botolnya telah dibukakan Lyan itu perlahan."Sudah lega?" tanya Lyan."Lebih baik. Tante sama Om Gemal sudah pulang, ya?" tanya Almira yang menengok mencari keberadaan mereka yang sudah dianggap orang tua oleh Alm
"Contohnya?" tanya Raisa bertambah penasaran."Ah, sudah lupakan. Ini sudah saya lupakan karena saya sadar, bukan hal baik berkata masalah pribadi pada orang asing," jawab Zidan terlihat sendu. Ingatan terhadap masa lalu bersama Almira, sungguh menggores luka dan penyesalan."Why? Saya Raisa. Kenapa mengatakan orang asing?" "Tapi saya tidak begitu kenal Anda."Raisa heran, kenapa bisa ada orang yang tidak mengenal dirinya sebagai artis. Mungkin karena dia jarang menjadi tokoh utamanya. Raisa berpikir keras saat ini, agar Zidan mengatakan banyak hal mengenai Almira. "Baiklah kalau begitu. Mari kita berteman. Kamu juga akan banyak untung kenal sama saya, bisa jadi artis dadakan pastinya. Pekerjaanmu yang sekarang ini, pasti jauh dari ekspektasi kamu yang idamkan bukan?""Maksudnya bagaimana?" Zidan masih bingung dengan arah bicara Raisa yang terkesan merendahkannya."Saya akan memberimu uang banyak, kalau kamu bekerja sama dengan saya.""Bekerjasama dalam hal apa?""Mantan istrimu. Sa
.....Beberapa kali Meysila mencoba menghubungi Lyan, tetapi tak diangkat. Mungkinkah dia juga sudah lihat? batin Meysila bertanya-tanya. [Lyan. Kamu sudah lihat berita viral Almira hari ini?]Akhirnya Meysila mengirim pesan. Pesan itu tetap sama dan tidak bercentang biru membuatnya penasaran dan sedikit yakin Lyan sedang tidur. Setengah jam Meysila hanya mondar mandir di kamarnya sambil memegangi ponsel miliknya. "Padahal masih jam segini. Masa sih sudah tidur," gerundel Meysila. Ia memilih menelpon kekasihnya untuk menanyakan berita ini."Halo, Yank. Kamu sama Lyan nggak?" tanya Meysila saat panggilannya baru diangkat Raffi."Tumben, Yank tanyain Lyan. Ada apa?""Ini gawat!""Kenapa? Ada masalah lagi dengannya?""Kali ini bukan hanya Lyan yang bermasalah. Tapi juga Almira kena masalah besar. Kamu cek instagram gih! Berita Almira dan Zidan trading di akun gosip @Bibirtua. Zidan buka suara mengenai masalah rumah tangganya dulu saat sama Almira. Gila pokoknya! Kamu cek segera pokokn
...."Jam berapa, Mey?" tanya Almira yang sedang sibuk memainkan ponselnya."Jam 10." Meysila kembali memainkan ponselnya dan tak begitu memperhatikan Almira yang sedang memasang mode bosan di rumah saja. Semalam Lyan mengirim pesan agar dia mematikan ponselnya dan tidak berangkat bekerja beberapa hari ini karena Lyan tak ada job untuknya. Sebenarnya itu cara Lyan agar Almira tak keluar rumah."Mey. Keluar yuk! Bosen di rumah aja. Semua pekerjaan rumah dah aku kerjain. Nonton tv nggak boleh, main hp nggak boleh, terus aku ngapain?" tanya Almira mulai kesal."Tidur lah! Enak kan? Pekerjaan rebahan tapi digaji. Jarang-jarang loh punya majikan sebaik itu. Di luar sana banyak yang bercita-cita kayak kamu ini. Jadi nikmati saja prosesnya," ucap Meysila. Sebenarnya ia sedang sibuk mengurusi kasus Almira dengan Lyan. Ia akan mencoba menghandle dengan Lyan lewat media online.[Besok aku akan pergi ke Singapura bareng Aa. Almira gimana?]Meysila mengirim pesan pada Lyan memberitahukan rencan
..."Bunda kok pulang cepet?" tanya Meysila setelah memastikan Almira lelap dan memilih keluar kamar menyusul Vivian."Kantor heboh, Mey. Kamu dah denger gosip itu?"Meysila mengajak bundanya duduk dan menatapanya lekat. "Makanya Bunda tadi lihat Mey di kamar Almira, 'kan? Itu Mey lagi tenangin Almira. Dia shock dan terpukul atas pemberitaan itu," ucap Meysila lirih."Anehnya mereka harus bawa-bawa Lyan dan akhirnya kita juga jadi santapan media. Tadi bahkan di depan banyak wartawan datang," ucap Vivian."Kapan, Bun? Tadi pagi pas Mira pingsan gak ada siapa-siapa selain Pak Toto dan Inah," tanya Meysila."Ih, itu tadi pas Bunda pulang. Untung saja Toto sigap membuka dan menutup pintu. Bunda jadi gak bebas ini keluar masuk rumah. Teman-teman arisan Bunda juga pada nanyain kabar Bunda dan kamu.""Mereka julidin Mira, ya. Bun?"Vivian mengangguk. Tak mungkin juga ia speak up ke media kalau Almira sudah menjadi bagian dari keluarganya saat ini. Posisinya sebagai dewan dan juga pengusaha B
..Akhirnya atas izin Vivian akhirnya Lyan mengajak Almira untuk tinggal di apartemennya. Lyan sengaja pergi malam hari agar tak begitu mencolok terlihat dan Almira masih diam sejak kejadian itu. Dia sama sekali tak menolak, pun mempertanyakan pada Meysila maupun Lyan ketika dirinya dibawa pergi oleh Lyan."Kamu istirahat saja. Saya akan beli makan," ucap Lyan saat keduanya baru sampai di apartemennya.Lyan mengembuskan nafasnya perlahan, melihat Almira yang sama sekali tidak mau bersuara itu. Dia keluar kamar Almira dan memesan makanan online untuk diantar ke kamarnya. Dia kembali ke kamar Almira setelah makanan itu datang dan menyiapkannya di piring."Makan dulu. Kamu harus makan biar kuat hadapin kehidupan yang pahit ini, Ai."Lyan menyodorkan makanannya, tetapi Almira menggeleng. "Aku nggak lapar, Bee."Kalimat pertama yang keluar sejak Lyan bertemu Almira hari ini, membuatnya lega."Saya kira kamu bisa hingga tak mau berucap. Kalau kamu mau mati, setidaknya jangan menyiksa dirim
...."Tunggu, Ka. Abang mau bicara," ucap Lyan. Suaka tersenyum dan mengikuti ke mana Lyan mengajaknya duduk. Dia begitu senang jika Lyan sudah menyebutnya dengan sebutan Abang, karena biasanya Lyan akan menyebut nama dirinya, saya atau aku."Kenapa, Bang?" Suaka duduk berdua di balkon depan, yang terhubung dengan kolam apartemen. Ya, apartemen ini memang memiliki satu kolam kecil yang biasa Lyan gunakan untuk menjernikah pikiran ketika suntuk melanda."Abang tertarik dengan pembicaraanmu dengan Almira tadi mengenai orang di balik Zidan. Kenapa kamu kepikiran sejauh itu?" tanya Lyan penasaran.Suaka mengambil rokok yang ada di dalam jaket Lyan dan menyalakannya. Lyan pun ikut melakukannya juga, karena merokok adalah jatidiri Lyan. Suaka sudah paham tabiat sang kakak yang suka membawa cerutu itu ke mana saja. Meskipun Suaka bukan perokok, tetapi Suaka tidak juga menolak menggunakannya jika sedang berdua dengan Lyan."Jadi, Abang mau tahu lebih lanjut apa dugaan Suaka?" tanya Suaka sam
...Pagi ini. Suaka dan Desy yang ada jadwal pagi sudah lebih dulu bangun dan bersiap untuk bekerja. Almira yang semalam demam, sampai sekarang belum juga terbangun."Hai, Lyan. Baru bangun? Aku bikinkan sarapan nih, dimakan nanti ya? Aku dan Suaka ada jadwal pagi, sore ada acara di rumah Tante Gisel, malamnya mungkin akan pulang larut." Desy berkata sambil membereskan meja makan."Suaka mana?" tanya Lyan datar. Ya seperti itulah Lyan, dingin dan datar."Di kamar, lagi bersiap sarapan sebelum berkemas."Lyan segera ke kamar Suaka dan mengetuk pintu sebelum masuk."Ka, kamu ke kamar saya dulu sebelum kerja nanti. Cek keadaan Almira, semalam demam dia," ucap Lyan membuat Suaka yang sedang memakai sabuk, kaget."Sakit? Betulkah?"Suaka gegas meninggalkan aktivitas lain yang sedang dikerjakannya lalu pergi ke kamar Almira. Dia menyambar alat cek kesehatan yang selalu dibawanya dan melihat kondisi Almira. Desy yang juga penasaran kenapa sang suami buru-buru ke kamar lain, ikut mendekat. Di
...Kehidupan Almira dan Lyan memang baru saja dimulai. Almira juga merasa bahagia sudah bisa dipertemukan dengan jodoh pengganti seperti Lyan. Namun, bukan berarti Almira juga akan mengikuti jejak Lyan sebagai selebritas. Almira memilih menggeluti dunia fashion dan kuliner daripada ikut dalam glamornya dunia entertain."Bang, beliin cilok yang ada sambal mayonaisenya," celetuk Almira saat Lyan baru saja pulang dari syuting jam 2 pagi."Jam berapa ini, Ai?""Tapi dede mau makan itu. Ya?""Nggak ada yang buka jam segini. Besok aja ya?"Lyan mencoba membujuk istrinya yang sedang dalam fase ngidam akut, agar mau mendengarkan kata-katanya. Nyidam Almira kali ini cukup membuat Lyan kerepotan. Pasalnya, Lyan tidak boleh pulang bekerja dengan baju yang berbeda seperti saat pergi dari rumah.Lyan tak marah dan justru ia senang. Di pernikahannaya yang menginjak 5 bulan, Tuhan memberikan kepercayaan seorang anak di rahim Almira. Meski banyak permintaan Almira yang kadang membuat pening kepala,
...Suaka dan Lyan, masuk ke dalam ruang persidangan. Sepanjang turun dari mobil, para wartawan memberondong dengan banyak pertanyaan yang sama sekali tidak mereka tanggapi. Abbas dan Farhan sudah bersiap untuk mengikuti sidang putusan perkara kasus Raisa dan Lyan yang berujung pada semua kasus yang sudah terjadi pada Almira dan Desy. Sebagai para suami, Almira dan Desy adalah kewajiban mereka untuk melindungi.Pembacaan surat pernyataan damai dari pihak Raisa dibacakan. Namun, pengacara Lyan tetap menolak dan meminta agar Raisa dimasukkan bui atas perbuatannya. Bahkan, kini semua saksi kasus Raisa datang. Ada Zaskia, Zidan dan juga beberapa orang yang sudah dibayar mahal untuk melancarkan aksi Raisa untuk mendapatkan hukuman yang setimpal.Ketukan palu menandakan sidang putusan selesai. Dan Raisa, dijatuhi hukuman penjara 5 bulan masa percobaan dan denda 1 miliar atas kasus yang ia sandang ini. Raisa memandang Lyan sinis. Bahkan dia sangat menyesal karena sudah membuang banyak uang
..."Kamu bersiap, Ai. Hari ini kita akan hadir di persidangan terakhir kasus kamu yang diajukan kembali. Kali ini kamu harus kasih hadiah spesial kalau Abang bisa menangin kasus Desi dan kamu sekaligus," ucap Lyan saat sedang dipakaikan kemeja oleh Almira."Hm … harus ikut ya?" "Kenapa? Kamu takut sama Zidan? Tenang saja. Dia sudah jinak sama Abang."Almira tersenyum dan membuat Lyan semakin gemas. Keduanya keluar kamar dalam keadaan yang tentunya sangat bahagia setelah 3 hari bulan madunya ke SIngapura. Baru malam ini, mereka kembali karena ada panggilan sidang akhir dari banding yang Raisa ajukan."Sudah seger aja, Bang. Berangkat ke pengadilannya sekarang?" tanya Suaka."Iya, Ka. Katanya Bang Lyan, jam 9. Tapi dia sudah berkemas dari jam 7 tadi," ujar Almira."Oh. Pasti nggak sabar ya lihat Raisa dihukum berat. Selama ini ternyata dia bersembunyi dibalik topeng dan perisai hukum juga. Payah banget, untung gak jadi sama kamu, Kak," ucap Prisil ikut menimpali."Ibu mana?" tanya Lya
.."Brengsek!"Raisa geram tidak kepalang. Pengacara Lyan berhsail membuktikan dirinya bersalh di depan hakim dengan membawa bukti yang kuat. Bahkan ia tidak menyangka jika kii dirinya harus terjebak dalam masalah yang ia buat sendiri.Besok adalah sidang putusan terakhir. Jika kali ini ia gagal juga, pupus sudah harapannya bisa kembali bersama Lyan. Yang ada dirinya harus merasakan dinginnya hotel prodeo."Pokoknya kita nggak boleh nyerah. Saya sudah bayar mahal kamu, buat bisa perjuangkan hak saya agar bisa hidup tenang bersama Lyan! Bukan bikin dia bahagia dengan wanita udik itu," ucap Raisa pada Holid Sikampul."Tapi di sana mempunyai bukti yang kuat. Kita hanya bisa meminta mediasi ulang dan mengajukan secara pribadi untuk berdamai. Semoga dia bisa memaafkan. karena itu adalah satu-satunya jalan agar Anda bisa bebas dari tuntutan yang Lyan ajukan," tutur Holid."Jangan ngasal, ya? Saya bayar kamu mahal buat ngebantu saya! Bukan malah membuat saya kalah di persidangan."Holid han
..."Sebetulnya waktu itu ibumu datang dan meminta balikan sama ayah. Tapi kamu tahu sendiri, pantang bagi Ayah kembali pada wanita yang sudah menyakiti Ayah. Kita akan cari Ibumu dan Ayah akan bantu menyelesaikan semuanya."Kali ini Zidan tersenyum dan memeluk Zinaid. Selama ini dia sudah salah menilai sang Ayah. Jika saja dulu ia datang pada Ayahnya, pasti saran sang ibu tidak akan bisa menjerumuskannya. Zinaid mengajak Zidan ke kantor polisi. Mencari dengan bantuan pihak berwajib lebih mudah dan ia juga akan mencarinya di sekeliling kota Bogor. "Kamu dengan Almira pisah karena apa?" tanya Zinaid saat sedang perjalanan pulang."Itu luka lama yang Zidan malas untuk mengungkitnya.""Intinya saja. Kenapa?" Terdengar helaan napas panjang yang Zidan lakukan. Mencoba menceritakan kembali masalahnya dengan Almira membuat hatinya seakan dirundung dengan penyesalan mendalam."Dia mengidap Gonore karena Zidan dan …."Zinaid menengok ke arah Zidan yang nampak menyesali perbuatannya pada Al
.."Saya akan membebaskanmu, asal kamu mau membantu klien saya. Dan ini semua tidak gratis dan juga instan. Saya akan melihat kamu benar-benar berpihak pada kami, sebelum kamu menginginkan bebas itu," ucap Abbas pada Zidan yang sudah mendekam di penjara.Akhirnya Lyan memutuskan menyetujui saran Abbas untuk meminta bantuan pada Zidan. Namun untuk hal itu, Lyan sudah memasrahkannya pada Abbas untuk bisa menyelesaikan semuanya tanpa harus membuat Lyan turun tangan karena pernikahannya hanyalah menunggu hari dan itu akan membuatnya sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk mengurus hal yang rumit itu."Apa yang harus saya lakukan?" tanya Zidan bersemangat. "Apapun itu, akan saya lakukan. Saya ingin kebebasan, Ibu saya sendirian di rumah dan saya khawatir kejadian buruk menimpanya," imbuh Zidan."Baiklah. Kamu selama ini di pihak Raisa, bukan?" Zidan begitu kaget dengan pernyataan Abbas dan ia begitu gugup sekarang."Tidak usah berdusta di depan kami. Kami sudah tahu semuanya. Sebenarnya si
....."Sudah lebih baik?" tanya Lyan saat dia akhirnya memilih singgah di kebun teh. Kebun teh yang berada di Cisarua ini, adalah tempat langganan Lyan sering menghabiskan waktu untuk menyendiri di tempat terdekat. Namun, jika masalahnya berat maka Jogja menjadi tujuan utamanya."Kebun teh ini, terlihat indah.""Pasti. Sebentar lagi akan banyak kunang datang karena hari sudah mulai gelap. Kamu senang, Ai?"Almira mengangguk. Lalu menyandarkan kepalanya di bahu Lyan. Mereka duduk di atas jembatan yang ada di sekitar kebun teh itu. Bahkan aroma segar karena kabut yang mulai menyelimuti, membuat Almira benar-benar merasa damai."Jadi kenapa tadi tiba-tiba sedih? Apa yang dilakukan tamu tak diundang itu?" tanya Lyan."Ibunya Zidan memohon agar aku melepaskan Mas Zidan keluar penjara. Dia memohon dengan bersujud seperti awal dulu aku membantu Mas Zidan sembuh. Tapi belajar dari pengalaman, akhirnya aku menolak membantu karena aku juga tahu, semua ini hak kamu buat keluarin dia atau enggak
...Dua hari pasca lamaran, Almira sudah melakukan aktivitas seperti biasanya. Sore ini, dia sengaja pulang lebih awal dari cafe. Saat mobil sampai di depan pintu, Almira melihat Lilis yang sedang berdiri di depan gerbang rumah Meysila.Satpam membukakan pintu dan Lilis ikut masuk menghampiri mobil Almira."Ibu jangan masuk. Rumah ini dilarang dimasuki sembarang orang," cegah satpam. Almira yang baru saja turun, memanggil satpam untuk mendekat."Pak Toto, biarkan Ibu itu saya yang tangani," ucap Almira.Almira pandangi penampilan Lilis yang seperti tidak terawat dengan baik. Bahkan wajah yang dulu glowing dan terawat, kini berganti dengan keriput dan noda hitam di mana-mana."Almira. Tolong Ibu, Almira," isak Lilis menghiba. Persis sama saat dirinya meminta agar Almira mau menjenguk ZIdan."Ada apa, Bu?" tanya Almira dengan wajah datarnya. Kejadian waktu itu, membuat Almira mencoba mengambil pelajaran. Meski hatinya sungguh tak tega melihat kondisi Lilis yang sekarang."Almira. Tolong
..Malam yang ditunggu-tunggu tiba. Keduanya sudah tidak sabar melewati malam ini dengan suka cita. Kali ini, Lyan berangkat ke rumah Almira dengan ditemani keluarganya. Tak ada yang tahu kecuali orangtua dan adiknya itu, karena sengaja ia melakukannya secara diam-diam agar tidak menimbulkan berita heboh.Di rumah Meysila. Seorang penata rias sedang sibuk merapikan riasan Almira. Meysila juga turut membantu menyiapkan tempat lamaran yang didekor secara sederhana di dalam rumahnya. Di dalam rumah Meysila, ia sengaja meminta secara khusus agar pendekor memprivacy acara ini, begitu juga dengan penata rias. Ada Abbas dan juga Raffi yang turut membantu jalannya lamaran di rumah Meysila. "Bagus, ya, A?" tanya Meysila saat dekor sudah siap dan sedang menunggu kedatangan rombongan Lyan."Yoi. Kamu mau gini juga nikahannya?""Enggak lah. AKu mau nanti di hotel atau gedung yang dihadiri banyak keluargaku dan kamu. Jadi nggak sepi kayak gini. Kamu mau kan? Kalau nanti nikahnya dihadiri banyak