"Tante yang tenang ya? Mey pasti baik-baik saja," ucap Almira mencoba menenangkan Vivian yang sedari tadi menangis di dalam mobil."Tante takut, Ra. Mey itu anak satu-satunya Tante. Mana Ayahnya lagi dinas lagi. Tante khawatir kalau….""Nggak usah khawatir. Tante berdoa saja semoga semuanya baik-baik saja dan keadaan Mey juga tidak parah."Almira sengaja mengendarai mobil Vivian dengan kecepatan tinggi agar mereka bisa segera sampai di rumah sakit. Lima Belas menit kemudian, keduanya sampai dan gegas turun untuk menuju ruang Meysila dirawat."Sayang," panggil Vivian kala baru masuk dan melihat Meysila yang terbaring dengan selang infus dan banyak perban di tubuhnya. "Kenapa bisa begini?" isak Vivian melihat Meysila yang hanya tersenyum melihat bundanya datang."Lagi apes, Bun." Meysila hanya meyakinkan Vivian jika keadaannya tidak begitu parah."Kok bisa, Mey? Ngantuk? Atau …?" tanya Almira."Aku dibegal. Untung ada Lyan lewat dan dia nolongin aku," jawab Meysila santai seperti tak te
Setelah penjelasan Almira mengenai apa yang dilakukan akhir-akhir ini, membuat Lyan lebih banyak diam. Setidaknya ia merenungi juga kesalahpahamannya pada Almira. Prasangka yang kerap muncul dan membandingkan Almira akan sama dengan wanita dan kekasih sebelumnya, perlahan memudar. Lyan tak bisa membayangkan jadi ALmira, bahkan wanita itu mau memaafkan dengan mudah orang-orang yang sudah menyakitinya dan membuangnya. Hingga sidang perceraian digelar, Almira tenang menghadapinya."Rencananya apa?" tanya Lyan yang melihat Almira sedang duduk sambil memegangi surat janda miliknya."Disimpan saja, siapa tahu butuh buat jaminan bank," kelakar Almira. Lyan yang datang menemani Almira, tersenyum dan memberikan satu kaleng minuman isotonik."Makasih," kata Almir. Diminumnya air yang botolnya telah dibukakan Lyan itu perlahan."Sudah lega?" tanya Lyan."Lebih baik. Tante sama Om Gemal sudah pulang, ya?" tanya Almira yang menengok mencari keberadaan mereka yang sudah dianggap orang tua oleh Alm
"Contohnya?" tanya Raisa bertambah penasaran."Ah, sudah lupakan. Ini sudah saya lupakan karena saya sadar, bukan hal baik berkata masalah pribadi pada orang asing," jawab Zidan terlihat sendu. Ingatan terhadap masa lalu bersama Almira, sungguh menggores luka dan penyesalan."Why? Saya Raisa. Kenapa mengatakan orang asing?" "Tapi saya tidak begitu kenal Anda."Raisa heran, kenapa bisa ada orang yang tidak mengenal dirinya sebagai artis. Mungkin karena dia jarang menjadi tokoh utamanya. Raisa berpikir keras saat ini, agar Zidan mengatakan banyak hal mengenai Almira. "Baiklah kalau begitu. Mari kita berteman. Kamu juga akan banyak untung kenal sama saya, bisa jadi artis dadakan pastinya. Pekerjaanmu yang sekarang ini, pasti jauh dari ekspektasi kamu yang idamkan bukan?""Maksudnya bagaimana?" Zidan masih bingung dengan arah bicara Raisa yang terkesan merendahkannya."Saya akan memberimu uang banyak, kalau kamu bekerja sama dengan saya.""Bekerjasama dalam hal apa?""Mantan istrimu. Sa
.....Beberapa kali Meysila mencoba menghubungi Lyan, tetapi tak diangkat. Mungkinkah dia juga sudah lihat? batin Meysila bertanya-tanya. [Lyan. Kamu sudah lihat berita viral Almira hari ini?]Akhirnya Meysila mengirim pesan. Pesan itu tetap sama dan tidak bercentang biru membuatnya penasaran dan sedikit yakin Lyan sedang tidur. Setengah jam Meysila hanya mondar mandir di kamarnya sambil memegangi ponsel miliknya. "Padahal masih jam segini. Masa sih sudah tidur," gerundel Meysila. Ia memilih menelpon kekasihnya untuk menanyakan berita ini."Halo, Yank. Kamu sama Lyan nggak?" tanya Meysila saat panggilannya baru diangkat Raffi."Tumben, Yank tanyain Lyan. Ada apa?""Ini gawat!""Kenapa? Ada masalah lagi dengannya?""Kali ini bukan hanya Lyan yang bermasalah. Tapi juga Almira kena masalah besar. Kamu cek instagram gih! Berita Almira dan Zidan trading di akun gosip @Bibirtua. Zidan buka suara mengenai masalah rumah tangganya dulu saat sama Almira. Gila pokoknya! Kamu cek segera pokokn
...."Jam berapa, Mey?" tanya Almira yang sedang sibuk memainkan ponselnya."Jam 10." Meysila kembali memainkan ponselnya dan tak begitu memperhatikan Almira yang sedang memasang mode bosan di rumah saja. Semalam Lyan mengirim pesan agar dia mematikan ponselnya dan tidak berangkat bekerja beberapa hari ini karena Lyan tak ada job untuknya. Sebenarnya itu cara Lyan agar Almira tak keluar rumah."Mey. Keluar yuk! Bosen di rumah aja. Semua pekerjaan rumah dah aku kerjain. Nonton tv nggak boleh, main hp nggak boleh, terus aku ngapain?" tanya Almira mulai kesal."Tidur lah! Enak kan? Pekerjaan rebahan tapi digaji. Jarang-jarang loh punya majikan sebaik itu. Di luar sana banyak yang bercita-cita kayak kamu ini. Jadi nikmati saja prosesnya," ucap Meysila. Sebenarnya ia sedang sibuk mengurusi kasus Almira dengan Lyan. Ia akan mencoba menghandle dengan Lyan lewat media online.[Besok aku akan pergi ke Singapura bareng Aa. Almira gimana?]Meysila mengirim pesan pada Lyan memberitahukan rencan
..."Bunda kok pulang cepet?" tanya Meysila setelah memastikan Almira lelap dan memilih keluar kamar menyusul Vivian."Kantor heboh, Mey. Kamu dah denger gosip itu?"Meysila mengajak bundanya duduk dan menatapanya lekat. "Makanya Bunda tadi lihat Mey di kamar Almira, 'kan? Itu Mey lagi tenangin Almira. Dia shock dan terpukul atas pemberitaan itu," ucap Meysila lirih."Anehnya mereka harus bawa-bawa Lyan dan akhirnya kita juga jadi santapan media. Tadi bahkan di depan banyak wartawan datang," ucap Vivian."Kapan, Bun? Tadi pagi pas Mira pingsan gak ada siapa-siapa selain Pak Toto dan Inah," tanya Meysila."Ih, itu tadi pas Bunda pulang. Untung saja Toto sigap membuka dan menutup pintu. Bunda jadi gak bebas ini keluar masuk rumah. Teman-teman arisan Bunda juga pada nanyain kabar Bunda dan kamu.""Mereka julidin Mira, ya. Bun?"Vivian mengangguk. Tak mungkin juga ia speak up ke media kalau Almira sudah menjadi bagian dari keluarganya saat ini. Posisinya sebagai dewan dan juga pengusaha B
..Akhirnya atas izin Vivian akhirnya Lyan mengajak Almira untuk tinggal di apartemennya. Lyan sengaja pergi malam hari agar tak begitu mencolok terlihat dan Almira masih diam sejak kejadian itu. Dia sama sekali tak menolak, pun mempertanyakan pada Meysila maupun Lyan ketika dirinya dibawa pergi oleh Lyan."Kamu istirahat saja. Saya akan beli makan," ucap Lyan saat keduanya baru sampai di apartemennya.Lyan mengembuskan nafasnya perlahan, melihat Almira yang sama sekali tidak mau bersuara itu. Dia keluar kamar Almira dan memesan makanan online untuk diantar ke kamarnya. Dia kembali ke kamar Almira setelah makanan itu datang dan menyiapkannya di piring."Makan dulu. Kamu harus makan biar kuat hadapin kehidupan yang pahit ini, Ai."Lyan menyodorkan makanannya, tetapi Almira menggeleng. "Aku nggak lapar, Bee."Kalimat pertama yang keluar sejak Lyan bertemu Almira hari ini, membuatnya lega."Saya kira kamu bisa hingga tak mau berucap. Kalau kamu mau mati, setidaknya jangan menyiksa dirim
...."Tunggu, Ka. Abang mau bicara," ucap Lyan. Suaka tersenyum dan mengikuti ke mana Lyan mengajaknya duduk. Dia begitu senang jika Lyan sudah menyebutnya dengan sebutan Abang, karena biasanya Lyan akan menyebut nama dirinya, saya atau aku."Kenapa, Bang?" Suaka duduk berdua di balkon depan, yang terhubung dengan kolam apartemen. Ya, apartemen ini memang memiliki satu kolam kecil yang biasa Lyan gunakan untuk menjernikah pikiran ketika suntuk melanda."Abang tertarik dengan pembicaraanmu dengan Almira tadi mengenai orang di balik Zidan. Kenapa kamu kepikiran sejauh itu?" tanya Lyan penasaran.Suaka mengambil rokok yang ada di dalam jaket Lyan dan menyalakannya. Lyan pun ikut melakukannya juga, karena merokok adalah jatidiri Lyan. Suaka sudah paham tabiat sang kakak yang suka membawa cerutu itu ke mana saja. Meskipun Suaka bukan perokok, tetapi Suaka tidak juga menolak menggunakannya jika sedang berdua dengan Lyan."Jadi, Abang mau tahu lebih lanjut apa dugaan Suaka?" tanya Suaka sam