Alia pulang setelah mempergoki suami sedang bercinta dengan selingkuhannya. Matanya berkaca-kaca masuk ke dalam rumah. Di dalam kamar, Alia mencari buku tabungan yang disimpan oleh Fahmi. Pasti ada, tidak mungkin tidak ada. Hanya saja disembunyikan di tempat.Tiga puluh menit Alia mencari akhirnya menemukan buku tabungan milik Fahmi dan buku tabungan miliknya, untuk mengecek status keuangan seperti yang dikatakan oleh pengacara.Memang waktu menikah, Alia menyuruh Fahmi untuk menyimpan buku tabungan milik keduanya, buku tabungan untuk masa depan dan kelak untuk anak-anaknya.Alia kaget melihat saldo buku tabungan semakin berkurang, lebih mengejutkan lagi—dibuku tabungan milik Alia, Fahmi memakai uangnya tanpa meminta izin. “What the fuck?!” maki Alia. “Berani sekali memakai uangku! Tidak punya otak!”Lalu Alia sadar Fahmi telah melakukan transaksi beberapa kali pada nomor rekening milik Misella dengan jumlah nominal besar. Alia membekap mulutnya. Tubuhnya lemas seperti mie bihun. Di
Pagi sekali Misella kedatangan tamu. Paras cantik Misella muncul setelah membuka pintu untuk menyambut tamu.“Hallo, good morning ….” sapa tamu itu dengan senyuman dan wajah ceria.Rupanya tamunya adalah Marsha, sahabatnya Misella dan sebagai mata-mata Alia.“AAAA KAMU?!”Misella memekik keras, langsung memeluk sahabatnya itu. Sudah lama tidak bertemu dengannya. Marsha membalas pelukan Misella, tanpa Misella sadari—bibir Marsha tersenyum miring, ekspresi berubah beberapa detik—tersenyum devil. “Astaga! Kenapa kamu baru muncul? Kemana saja?” tanya Misella. Terakhir bertemu saat pesta ulang tahunnya. “Aku benar-benar kesepian selama ini.”Pelukan terlepas secara perlahan.“Sure?” Misella mengangguk. “Aku kangen banget tahu!”Misella tertawa kecil kemudian memberikan bingkisan pada Misella. “Aku membelikan sesuatu untukmu.”“Thanks you,” ucap Misella. “Yuk masuk! Akan aku buatkan teh. Aku sendiri di sini.” Dengan semangat menggandeng tangan Marsha dan menyuruhnya untuk masuk.“Wah kere
Alia diperintahkan membawa bayi yang baru lahir ke ruangan NICU (Neonatal intensive care unit tempat khusus untuk merawat bayi baru lahir yang membutuhkan pengawasan ketat oleh tenaga medis. Biasanya bayi yang dirawat di ruang NICU lahir dengan gangguan kesehatan, misalnya lahir prematur atau lahir dengan cacat bawahan.Pekerjaan Alia keseharian melihat bayi, namun tidak mempunyai rasa keinginan untuk mempunyai calon buah hati. Alia belum siap menjadi seorang Ibu dan semenjak Fahmi berselingkuh, kehamilan tidak boleh terjadi padanya.“Istiharat dulu, yuk!” ajak Ayora yang tiba-tiba datang dan nongol begitu saja di depan Alia. “Sudah siang, nih. Waktunya makan siang.”Ah, waktu terasa cepat. Padahal Alia merasa baru saja merawat bayi di NICU.Ting! Bunyi pesan masuk.“Sebentar ada pesan masuk,” ucap Alia.Alia mendapat pesan dari Marsha bahwa Marsha telah merekam percakapan dengan Misella beberapa jam yang lalu
Alia masuk ke dalam rumah sambil membawa bucket bunga tulip, namun dia berbalik ke mobil. Meletakkan bucket bunga tulip itu di dalam mobil. Alia malas menjawab jika Fahmi bertanya dari mana mendapatkan bucket itu? Di sisi lain Alia berpikir, bunga itu dari Fahmi. Apa mungkin? Ya mungkin saja, karena Fahmi menolak untuk dicerai dan terus merayu, membujuk dirinya. Jadi, bersikap sok romantis mengirimkan bucket saat sedang bekerja.“Cepat bersiap-siap kita akan ke rumah sakit sekarang,” kata Fahmi saat baru saja Alia masuk ke dalam kamar. Alia tidak menjawab apa-apa. Dia segera bersiap-siap. Jangankan senyum atau untuk berbicara. Memandangnya saja malas.“Alia sayang ...” panggil Fahmi pada Alia yang sedang duduk di meja rias mengoles lip tint. “Aku minta tolong dong.” Fahmi menghampiri Alia dan memberi isyarat padanya.Alia paham dengan isyarat itu dan berdiri dengan malas. Secara ogah-ogahan Alia membantunya menggulung lengan kemeja len
“Aku datang untuk menjenguk calon Mama mertuaku,” jawab Misella menunjukkan betapa jemawa dirinya. SINTING! Senyum lebar dari Misella membuat Alia ingin mencekik lehernya, membunuhnya saat juga. Alia mendongkol setengah mati. Dasar wanita tidak tahu diri! Tidak tahu malu! Wanita gila! Tidak punya otak! Bisa-bisanya Misella datang membawa bingkisan dan buah-buahan ke kamar Tiffany. Pasti akan mencari muka di depan Mama Tiffany!“Kenapa kamu menginjakkan kaki di sini?” Alia menatap nyalang. Sorot mata dingin ditunjukkan padanya. Alia benci wanita itu. Memang pantas untuk dibenci. Di sini Misella pelaku kejahatan yang sesungguhnya, telah menyakiti hati Alia dan menghancurkan rumah tangga yang baru dibangun beberapa bulan. Walaupun perselingkuhan atas dasar mau sama mau. Tetap saja, Misella wanita jalang iblis!Misella tertawa kecil. Tawa meremehkan Alia. “Kamu mempunyai masalah pendengaran? Sudah aku katakan tadi. Aku ingin menjenguk calon Mama mertuaku. Mama Tiffany,” jawabnya meneka
Jantung Fahmi berpacu cepat dengan kedatangan Misella tanpa memberitahunya. Fahmi memang menyayanginya! Tapi? Datang saat Mama sedang sakit dan menyindir di depan Alia, itu tindakan tidak tepat!Yang jelas-jelas Alia masih menjadi istrinya. Sikap lancang itu membuat Fahmi tidak habis pikir.“Sayang, kita akan kemana?” tanya Misella, menahan sakit di pergelangan tangan karena Fahmi menariknya dan memegang terlalu erat. “S-sakit!” keluhnya mengadu.Fahmi menghentikan langkah diikuti oleh Misella, melepaskan cekalan tangan. Memandang wajah Misella dengan dingin, pandangan berbeda dari biasanya.“Apa sih yang kamu pikirkan?!” bentak Fahmi.Raut wajah Misella berubah. Wanita itu tahu Fahmi marah padanya. “M-maaf. Aku hanya ingin menjenguk Mama kamu. Aku tidak mempunyai maksud lain.”Misella mencoba menjelaskan.Fahmi menjambak rambut frustasi. Bagaimana kalau Alia marah padanya? Ah! Hubungan yang sudah renggang menjadi bertambah renggang. Fahmi tidak ingin Alia menceraikan dirinya, di sisi
“Mama sudah firasat bukan? Mama tahu Mas Fahmi mempunyai wanita lain?”Tiffany mengangguk pelan. “Apa yang harus aku lakukan, Ma?”“Jangan bersikap seperti tadi. Kasar. Judes. Galak. Fahmi masih menjadi istrimu, Alia. Tidak seharusnya kamu melawan suamimu.” Tiffany menasehati Alia. “Jaga tutur kata padanya. Jangan kurang ajar!” tegur Tiffany.Hah?Alia bengong.Kenapa menjadi salahnya? Kenapa Tiffany membela anaknya yang telah berselingkuh? Ibu dan anak sama saja sifatnya! “Mengapa Mama seolah-olah menyalahkanku?” Alia tidak terima. Nada bicaranya bertanya ketus. Tiffany memiringkan kepalanya. Keduanya saling bertatapan. “Mama bukan menyalahkanmu. Mama hanya ingin kamu menjadi istri yang baik untuk Fahmi,” tandasnya.“Mas Fahmi telah berselingkuh, Ma! Seharusnya kata-kata itu berikan padanya bukan aku!” Alia protes, membela diri sendiri. Tidak ingin disudutkan dan disalahkan. “Mas Fahmi bercinta dengan wanita lain. Mama tahu? Wanita tadi adalah selingkuhan Mas Fahmi. Aku telah dikh
Fahmi kembali ke ruang inap VIP.“Alia kemana, Ma ” tanyanya saat sadar tidak ada Alia di dalam sana.Tiffany tak menjawab.Lelaki itu menghampiri Tiffany yang melamun dan dengan wajah terlihat syok. “Apakah ada sesuatu diantara kalian berdua?”Tiffany menggeleng. Sebenarnya ingin mengatakan tapi mulutnya kaku untuk menjelaskan apa yang barusan terjadi padanya.***Alia keluar dari rumah sakit, dia pulang naik taksi. Sudah tidak mood sejak kedatangan Misella ditambah perkataan Mama Mertua yang membuat emosinya mendidih.Menyebalkan!Alia duduk di dapur, minum segelas air putih. Ponsel yang tergeletak di atas meja berdering, ada panggilan masuk. Alia membaca nama kontak sang penelepon.“Abian?” gumam Alia. “Angkat tidak, ya?”Alia bingung harus mengangkat panggilan masuk dari Abian atau tidak? Masih ingat pertemuan Abian dengan Alia saat malam itu? Keduanya berbincang di depan toko serba ada.Abian menyuruh Alia untuk berpisah dengan Fahmi, artinya Abian masih punya rasa. Perkataan Abi
Para tamu bertanya-tanya termasuk Misella ikut terheran. Sontak Abian dan Alia menutup mulut tak percaya. Dikejutkan dengan kehadiran kedua orang tua Abian yang tiba-tiba datang bergabung di acara tersebut. Tak disangka-sangka mendapat surprise dari keluarga Abian. Ayah Mario, Ibu Caroline, Kak Amber dan juga Xylia si gadis kecil bule dengan rambut pirangnya."Sepertinya mereka dari keluarga terpandang," batin Misella menebak.Amber melambaikan tangan pada Abian dengan semangat sekali dan senyum lebarnya. Keluarga Abian pun semakin mendekat. Hati Alia terenyuh dengan kedatangan mereka. Alia pikir, keluarga Abian sangat mustahil untuk menginjak kaki di Jakarta. Sebab mereka lebih menyukai berada di Bali ketimbang di Jakarta, seperti pertama kali Abian memperkenalkan Alia pada keluarganya di Bali. "Siapa mereka?" ucap Papa Alia kebingungan."Mereka Keluarga saya, Pa. Ibu, ayah, dan kakakku dari Amerika," jawab Abian cepat. "Saya kira tidak akan datang."Tiffany melongo, begitu juga den
Sembilan bulan kemudian .... Setelah kejadian mengerikan di Belleza, rencana Robert berhasil total dan kematian Fahmi tidak membuat orang menaruh kecurigaan. Itulah gelapnya tinggal di hunian modern itu. Siapapun yang mempunyai uang, dia akan berkuasa. Pada dasarnya uang segalanya, termasuk uang membuat orang lain tutup mulut.Di hunian elit, Belleza unit 002 milik keluarga Robert.Keluarga Robert hidup jauh lebih bahagia daripada tahun kemarin. Kini Kayla sudah bisa berbicara walaupun belum amat jelas. Tingkah lucu dan nada bicara cadel Kayla sangat menghibur mereka. Apalagi Kayla cukup tanggap, pasti tumbuh besar menjadi anak pintar. "Kayla sayang ...!" Tiffany berteriak, melambaikan tangannya dengan senyum lebarnya. Saking kangennya dengan cucunya. "Nenek datang!"Kayla baru turun dari tangga dituntun oleh Misella. Misella langsung berkata, "Hayo, siapa yang datang itu, Kay?" nunjuknya ke arah pintu.Awalnya Kayla sempat bingung, tapi langsung sadar. Tubuh mungil itu berlari untuk
Deg."APA KATAMU?!" Robert sangat terkejut. Berdiri dengan sorot mata tidak percaya. "Putriku tidak mungkin melakukan itu!"Bella terkaget-kaget. Tiffany yang baru sadar dari pingsan, syok kembali. Membekap mulutnya tidak menyangka. "T-tidak! Putriku bukan anak pembunuh!" Geleng-geleng kepala. "Pasti ada kesalahpahaman. Iya, kan?!""Maaf ... Saya melihat dengan kepala saya sendiri! Bahwa Putri Anda yang mendorong Fahmi!" tegas pengawal itu meyakinkan. "Harus ke atas sekarang kalau tidak percaya."Mereka langsung berlari-lari naik tangga menuju kamar Kayla. Mulut mereka terbuka lebar saat melihat jendela kaca telah hancur. Mata masing-masing menangkap punggung Misella, berdiri di antara serpihan kaca berserakan di lantai. Tidak ada yang memperdulikan betapa cantiknya warna kembang api di menyala-nyala.Robert membalikkan badan Misella. "Apa yang sebenarnya terjadi?!" tanya Robert butuh penjelasan. "Kenapa begitu berantakan di sini?!" tambah Robert.Kesadaran Misella kembali saat kedat
"T-tapi Tuan ...." "Tidak ada tapi tapi!" Robert masih punya secuil rasa kasihan setelah melihat Fahmi begitu mengenaskan. "Beri waktu dua menit dan awasi dia jangan sampai menyentuh sedikitpun cucu saya! Kalau cucu saya sedang tidur, jangan sampai lelaki itu membangunkan!""Baik Tuan." Body guard menurut, mereka pun menghampiri Fahmi. "Hei! Ayo jalan!" perintahnya karena Fahmi hanya diam tak bergerak. "Cepat jalan! Sebelum Tuan Robert berubah pikiran!"Fahmi pun berjalan pincang naik ke arah tangga dikawal ketat. Meninggalkan Robert di bawah bersama putri pertama. Bella dengan penuh amarah menghampiri Robert yang melamun dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong celana."Papa!" teriak Bella. "Papa yang benar saja membiarkan lelaki bajingan itu menemui Kayla?! Di atas juga ada Sella!" Marah Bella, geleng-geleng kepala kenapa Papanya berbuat demikian.Robert menatap putri pertamanya. "Sudah. Kamu jangan marah begitu," tanggap Robert
Robert kembali ke apartemen karena baru selesai menyelesaikan beberapa pekerjaan mendadak di hari tersebut. Awalnya Robert ingin menikmati waktu malam tahun baru bersama sang istrinya, alhasil gagal. Saat pulang lelaki tua geram setelah mendapatkan pesan dari putrinya. "Dia datang sendirian?" tanya Robert pada dua body guard itu.Salah satu body guard menjawab, "Sepertinya sendiri, Tuan. Saya mendapat notif panggilan banyak sekali dari putri dan istri Anda.""Kenapa dia ada di sini?" Napas Robert terdengar berat. Sangat heran sekali. "Apa tidak punya harga diri?" sinisnya mengingat wajah Fahmi yang begitu memuakkan."Mungkin dia lapar," tebak body guard setengah bercanda."Dia lapar pada hari ini?" Satu alis Robert naik."Kan Tuan yang membuatnya miskin tak punya apa-apa. Jadi, dia berusaha mendatangi keluarga Tuan agar mendapat belas kasih," jelas body guard itu."Ah, iya. Kalau begitu kita harus cepat!"Dua b
Jantung Misella terasa dihantam batu. Selama ini tidak pernah mengizinkan Fahmi melihat wajah putrinya. Batinnya pedih mendengar permintaan Fahmi, Misella merasa menjadi Ibu yang jahat. Sorot mata Fahmi hampir membuat pertahanan Misella goyah, rasa kasihan segera ditepis jauh-jauh.“Dia hanya mantan suami yang tidak tahu diri!” batinnya memperingatkan."Jangan mimpi. Jangankan Sella sebagai ibu! Aku saja tak akan membiarkanmu bertemu Kayla," sinis Bella. "Pergilah dari sini!" Bella menarik paksa tangan Misella, cepat-cepat memencet sandi pintu.Misella menoleh ke belakang, terperangah Fahmi semakin mendekat. Hah?! secepat itu? "Kak! Ayo cepat!" Menarik-narik dress Bella dengan panik."Sabar dong, Sel. Tangan Kakak jadi tremor ini," balasnya bersamaan bunyi pintu apartemen terbuka.Keduanya bergerak cepat masuk ke dalam saat pintu akan tertutup sempurna, tangan Fahmi menerobos pintu tak peduli akan terjepit. Misella dan Bella langsung mendorong sekuat tenaga agar pintu tertutup."Hanya
Lima jam yang lalu.Misella dan Bella saling berdebat kecil mengenai undangan party dari Yuna. Bella merobek-robek kertas undangan pink pastel cantik itu dengan kesal. "Untuk apa kau datang?! Bukannya lebih baik kamu mengabaikan wanita penyebalkan itu!" omel Bella, pipinya merah menyala. Tak habis pikir jalan pikiran adiknya itu. Diperlakukan buruk, dipermalukan masih saja mau bergabung dengan orang bermuka tebal. Misella berdiri memasang muka tanpa dosa di depan Bella. "Aku hanya ingin datang. Apa salahnya, sih, Kak?""Salah! Memang salah." Bella menarik napas dalam-dalam. Sadar, hanya masalah kecil sampai berdebat dan emosi begini. "Sudah, abaikan saja," lanjutnya menahan diri—merebahkan tubuhnya di sofa."Aku mau datang! Titik." Misella keukuh. "Aku belum pernah datang ke party tahun baru."Bella memutar bola matanya. Astaga. Adiknya sudah dewasa tapi masih keras kepala. Tidak pernah menurut perkataanya. "Ya sudah. Aku temenin! Jangan sendirian. Bisa jadi kamu akan dipermalukan de
Sudah setengah jam Alia pingsan, kini mulai sadar. Matanya mulai terbuka, pandangan pertama yang dilihat adalah lampu cantik di atas langit-langit dinding yang menggantung. "Akhirmya kamu juga sadar, sayang." Abian menghela napas lega. Setia menunggu Alia bangun, tak melepas genggaman tangan.Alia melihat Abian duduk di sampingnya. "A-apa yang terjadi padaku? Di mana kita?" tanyanya bingung, sadar sedang bukan di kamar miliknya, kamar itu asing.Pelayan datang membawa segelas air putih, diberikan pada Abian. "Minum dulu," perintah Abian.Alia bangun dari posisi baringnya. Meminum beberapa teguk air putih dibantu Abian memegang gelasnya."Kamu pingsan, sayang. Kita masih di apartemen Yuna," ucap Abian memberi tahu. Alia sadar seketika. Matanya membesar, ingat kejadian menakutkan. Memegang kepalanya yang terasa pusing. Dia langsung turun dari ranjang tanpa berpikir panjang, tubuhnya oleng—untunglah pelayan siap siaga me
Bunyi kaca pecah mengangetkan dan tiba-tiba ada teriakan dari atas membuat empat orang di balkon itu menengadah kepala ke atas. Betapa terkejutnya melihat ada seseorang di atas sana—di dorong hingga tubuhnya hilang kendali, jatuh bersamaan serpihan kaca tebal telah melukai setiap kulitnya. Tangan itu berusaha menggapai di udara, namun malangnya tak bisa berpegang benda apapun.Pasrah dalam hitungan detik tubuh itu jatuh melewati samping kiri balkon hingga menghantam sky light lobby apartemen yang terbuat dari kaca. Sky light berbentuk persegi panjang terpecah, hancur seketika. Saat menghantam lantai seketika sel sel dalam tubuh meledak. Pembuluh darah pecah sehingga tak ada sirkulasi oksigen ke seluruh tubuh membuat organ vital dan otak berhenti berfungsi. Tengkorak hancur beberapa bagian dan darah terciprat ke mana-mana.Orang-orang sedang berada lobby terkejut mendengar bunyi amat keras lalu diperlihatkan tubuh tergeletak tak bernyawa. Tak hanya itu penghuni Bel