Fahmi kembali ke ruang inap VIP.“Alia kemana, Ma ” tanyanya saat sadar tidak ada Alia di dalam sana.Tiffany tak menjawab.Lelaki itu menghampiri Tiffany yang melamun dan dengan wajah terlihat syok. “Apakah ada sesuatu diantara kalian berdua?”Tiffany menggeleng. Sebenarnya ingin mengatakan tapi mulutnya kaku untuk menjelaskan apa yang barusan terjadi padanya.***Alia keluar dari rumah sakit, dia pulang naik taksi. Sudah tidak mood sejak kedatangan Misella ditambah perkataan Mama Mertua yang membuat emosinya mendidih.Menyebalkan!Alia duduk di dapur, minum segelas air putih. Ponsel yang tergeletak di atas meja berdering, ada panggilan masuk. Alia membaca nama kontak sang penelepon.“Abian?” gumam Alia. “Angkat tidak, ya?”Alia bingung harus mengangkat panggilan masuk dari Abian atau tidak? Masih ingat pertemuan Abian dengan Alia saat malam itu? Keduanya berbincang di depan toko serba ada.Abian menyuruh Alia untuk berpisah dengan Fahmi, artinya Abian masih punya rasa. Perkataan Abi
“Ini adalah cara yang sempurna untuk membalas Fahmi.”Wanita itu menelan ludah memandang cardlock hotel dengan lama. Tidak menyangka Abian akan berbuat seperti ini.Apakah ini ada cara yang tepat untuk membalas dendam Fahmi? Membalas dendam dengan cara berkencan? Itu sama saja berselingkuh kan? Pandangan Alia beralih ke Abian yang sedari tadi menunggu jawabannya. “Kamu sedang bermain-main denganku?” Alia bertanya setelah beberapa menit tidak mengatakan sepatah katapun. “Tidak,” jawab Abian serius. “Apa kamu merasa aku sedang mempermainkanmu?” Bertanya balik.Alia membaca sorot mata dan raut wajah Abian. Tidak ada tanda-tanda kebohongan. Sorot mata begitu dalam dan tulus.“Sepertinya tidak.”“Mau atau tidak. Itu pilihanmu. Kamu bisa menolak. Aku tidak memaksa,” imbuh Abian meyakinkan Alia sekali lagi. “Lelaki seperti Fahmi harus merasakan apa yang kamu rasakan. Berpisah dengannya membuat Fahmi bahagia bersama selingkuhannya bukan? Sebelum bercerai, kamu tidak ingin membuatnya cemburu
Marsha menuruti perintah Alia, dia pergi ke apartemen dengan melajukan mobil kencang. Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di apartemen. Marsha menaiki lift, berjalan di lorong yang sepi hingga sampai di depan pintu apartemen Misella.Marsha mendengar suara berisik dari dalam sana. Suaranya keras, saking kerasnya sampai terdengar di luar. Ribut di jam untuk tidur.“Sepertinya mereka sedang bertengkar,” gumam Marsha. Marsha menjadi penasaran apa yang sedang terjadi di dalam sana. Dia mendekatkan telinga ke pintu, menguping supaya mendengar jelas.“MARI KITA PUTUS SAJA!” Itu suara Misella.“APA MAKSUDMU? MENGAPA KAMU INGIN PUTUS SETELAH APA YANG AKU LAKUKAN SELAMA INI HAH?!”Kali ini suara Fahmi.“AKU LELAH MENUNGGUMU UNTUK MENIKAHIKU.” Suara Misella terdengar dibuat frustasi oleh keadaan. “MENCINTAI LELAKI YANG SUDAH MENIKAH ITU SULIT.”“SECEPATNYA AKU AKAN MENIKAHIMU!”“KAPAN? KAMI BAHKAN TIDAK INGIN MELEPASKAN ISTRIMU!”“KALAU BEGITU. MARI KITA MENIKAH SECARA DIAM-DIAM, SELLA.”
[AREA 21+] Bab mengandung adegan dewasa!!!Abian mengangkat tubuh Alia ke ranjang, membaringkan di atas ranjang. Langsung menindih tubuh Alia. Keduanya saling memandang dengan sorot mata redup dan beradu pandangan.Napas hangat Abia meraba wajah Alia, lalu menciumi bibir Alia dengan sangat lembut. Alia membiarkan bibir Abian menyentuh bibirnya, sama sekali tidak menolak.Kemudian Alia mengalungkan tangannya di tengkuk lelaki itu saat bibir Abian mencecap bibir Alia. Tentu saja Alia tidak diam saja, dia membalas ciuman itu yang semakin dalam dan panas.Keduanya terhanyut dalam ciuman.Tangan kiri Abian mengangkat punggung Alia, sementara tangan kiri bergerak menggebu-gebu merobek kemeja Alia hingga terdengar bunyi robekan, melampar benda itu asal. Alia mendesah tertahan ketika bibir Abian turun ke rahangnya, mengecup rahangnya lalu turun ke leher. Mencumbu lehernya dengan liar hingga ada sensasi kenikmatan tersendiri bagi Alia. Ah, Alia sangat menyukai kiss mark hingga membekas—membe
Fahmi tampak murung.Wajahnya sungguh tidak enak untuk dilihat. Kepala terasa berat dan pusing, sebab memikirkan apa yang terjadi di hari kemarin.Fahmi sudah siap untuk berangkat bekerja, sebelum berangkat dia pergi ke dapur. Membuat sarapan, sandwich untuk dirinya dan Alia. Ini adalah pertama kali Fahmi membuat sarapan untuk mereka berdua.Fahmi duduk di meja makan, menikmati sandwich dan segelas susu full cream. Padahal susu full cream tidak ada rasanya, hambar, entah mengapa Fahmi menyukai.Lelaki itu menunduk menatap layar ponsel yang menyala. Mengetik pesan pada Misella.'Kamu masih marah padaku?'Read.Tidak dibalas. Hanya dibaca oleh Misella.'Maaf telah membuatmu marah.''Sudah selesai cuti? Ayo kita bertemu.''Kita tidak boleh putus. Aku akan menikahimu secepatnya. Bersabarlah....”Fahmi mengirim pesan lagi dan tidak dibalas sama sekali. Hal membuat Fahmi galau dan tidak bersemangat.Alia turun dari tangga, menuju dapur untuk minum segelas air putih. Fahmi memperhatikan Alia
“Apa kamu punya bukti?”Alia memicingkan matanya sembari tersenyum miring. Tidak menjawab pertanyaannya melainkan berkata dengan nada sebal, “Aish! Kamu meremehkanku, huh?!”“Sama sekali tidak!” “Lalu kenapa kamu bertanya, bodoh!” umpat Alia.Tangan Fahmi turun ke leher Alia, seperti ingin mencekik, mendongakkan kepala Alia. Sementara Alia santai saja, menarik sudut bibir membentuk senyuman sulit diartikan.Melihat senyuman dari Alia yang tampak mengerikan, membuat Fahmi merinding. Istrinya diam-diam mempunyai kejutan yang tak terduga.“Apa yang sedang kamu rencanakan?” Alia memegang tangan Fahmi yang berada di lehernya. Membulatkan matanya lebar-lebar. Ada dendam dari sorot matanya. Alia ingin mengungkapkan seluruh perasaan kecewa, amara saat itu juga.“Aku ingin membuatmu menyesal seumur hidupmu, bajingan! Kamu tidak pantas hidup bahagia!” ungkap Alia tertahan. “Bagiku kamu adalah lelaki yang tidak tahu diri! Dan Lelaki bajingan yang pernah aku temui! Huh sialan! Kamu memang tampa
Buat pembaca 'Kamu Menidurinya.'Pertama, terima kasih telah mengikuti novel ini. Saya jelaskan perkara 1 Bab dikit, masih kurang bikin malas nunggu seperti yang ditulis di kolom komentar. Kenapa 1 bab cuma dikit?Saran dari pihak editor satu bab 600-700 kata aja. Jadi author bagi 2 bab. Sehari update 1500-2000k kata. Sepertinya novel ini bikin penasaran sampai kalian nungguin update padahal udah update buat hari😂 Jadi, 900 kata merasa sedikit, bacaannya ngalir nggak kerasa udah diakhir bab ya kan? 😭 (900 kata author ketik sampai 2 jam) Pembaca cuma 2 menit selesai 😭 Astaga kalian😭 Menulis tidak gampang lho. Menghabiskan waktu berjam jam buat ngetik, mikirin alur cerita. 1 Bab bisa 2 jam, 2 bab 4 jam. Tergantung ide penulis lancar atau enggak.Kalau baca? Ah, 2 menit saja selesai! Dan kalian mengeluh? Author udah berusaha buat tetap update setiap hari🥺Jadi tolong mengerti. Terima kasih, yang udah baca curhatan author💋
Ayora dan Alia sedang minum kopi bersama untuk menghilangkan rasa kantuk di jam siang. Ayora menyenggol lengan Alia saat Abian muncul tiba-tiba, berjalan ke arah mereka—datang menghampiri. Alia tidak menggubris hingga membuat Ayora dengan kasar menyenggol lengannya.“Kenapa, sih!” Alia kesal. Kopi yang sedang diminum hendak tumpah dan belepotan di mulut.“Itu, lihat!”Alia menoleh kepala sambil menyeruput kopi. Alia tersedak dan terbatuk-batuk, sepasang mata menangkap sosok Abian berjalan tegap, dan gagah. Dengan gelagapan meminta tisu pada Ayora untuk membersihkan bibir yang terkena kopi.Astaga!Lelaki itu terlihat tampan hari ini. Apalagi memakai jas dokter. Membuat ketampanan Dokter muda itu bertambah.“Sial!” Alia mencelutuk dalam hati.“Alia.”Alia dibuat ketagihan mendengar suara Abian memanggil dirinya. Itu sangat, sangat merdu di telinga. Alia ingin mendengar satu sekali lagi. “Alia ....”Oh, shit! Panggilan kedua lebih keras dari panggilan pertama dan begitu lembut di teli