“Apa kamu punya bukti?”Alia memicingkan matanya sembari tersenyum miring. Tidak menjawab pertanyaannya melainkan berkata dengan nada sebal, “Aish! Kamu meremehkanku, huh?!”“Sama sekali tidak!” “Lalu kenapa kamu bertanya, bodoh!” umpat Alia.Tangan Fahmi turun ke leher Alia, seperti ingin mencekik, mendongakkan kepala Alia. Sementara Alia santai saja, menarik sudut bibir membentuk senyuman sulit diartikan.Melihat senyuman dari Alia yang tampak mengerikan, membuat Fahmi merinding. Istrinya diam-diam mempunyai kejutan yang tak terduga.“Apa yang sedang kamu rencanakan?” Alia memegang tangan Fahmi yang berada di lehernya. Membulatkan matanya lebar-lebar. Ada dendam dari sorot matanya. Alia ingin mengungkapkan seluruh perasaan kecewa, amara saat itu juga.“Aku ingin membuatmu menyesal seumur hidupmu, bajingan! Kamu tidak pantas hidup bahagia!” ungkap Alia tertahan. “Bagiku kamu adalah lelaki yang tidak tahu diri! Dan Lelaki bajingan yang pernah aku temui! Huh sialan! Kamu memang tampa
Buat pembaca 'Kamu Menidurinya.'Pertama, terima kasih telah mengikuti novel ini. Saya jelaskan perkara 1 Bab dikit, masih kurang bikin malas nunggu seperti yang ditulis di kolom komentar. Kenapa 1 bab cuma dikit?Saran dari pihak editor satu bab 600-700 kata aja. Jadi author bagi 2 bab. Sehari update 1500-2000k kata. Sepertinya novel ini bikin penasaran sampai kalian nungguin update padahal udah update buat hari😂 Jadi, 900 kata merasa sedikit, bacaannya ngalir nggak kerasa udah diakhir bab ya kan? 😭 (900 kata author ketik sampai 2 jam) Pembaca cuma 2 menit selesai 😭 Astaga kalian😭 Menulis tidak gampang lho. Menghabiskan waktu berjam jam buat ngetik, mikirin alur cerita. 1 Bab bisa 2 jam, 2 bab 4 jam. Tergantung ide penulis lancar atau enggak.Kalau baca? Ah, 2 menit saja selesai! Dan kalian mengeluh? Author udah berusaha buat tetap update setiap hari🥺Jadi tolong mengerti. Terima kasih, yang udah baca curhatan author💋
Ayora dan Alia sedang minum kopi bersama untuk menghilangkan rasa kantuk di jam siang. Ayora menyenggol lengan Alia saat Abian muncul tiba-tiba, berjalan ke arah mereka—datang menghampiri. Alia tidak menggubris hingga membuat Ayora dengan kasar menyenggol lengannya.“Kenapa, sih!” Alia kesal. Kopi yang sedang diminum hendak tumpah dan belepotan di mulut.“Itu, lihat!”Alia menoleh kepala sambil menyeruput kopi. Alia tersedak dan terbatuk-batuk, sepasang mata menangkap sosok Abian berjalan tegap, dan gagah. Dengan gelagapan meminta tisu pada Ayora untuk membersihkan bibir yang terkena kopi.Astaga!Lelaki itu terlihat tampan hari ini. Apalagi memakai jas dokter. Membuat ketampanan Dokter muda itu bertambah.“Sial!” Alia mencelutuk dalam hati.“Alia.”Alia dibuat ketagihan mendengar suara Abian memanggil dirinya. Itu sangat, sangat merdu di telinga. Alia ingin mendengar satu sekali lagi. “Alia ....”Oh, shit! Panggilan kedua lebih keras dari panggilan pertama dan begitu lembut di teli
“Selamat siang. Maaf dengan siapa?” Alia menyapa terlebih dahulu dengan sopan.“Saya Tiffany, Mamanya Misella. Kamu masih ingat?”Dheg! Jantung Alia mulai berdebar tidak karuan. Mata Alia membulat. Seketika berdiri dari duduk. Betapa kagetnya setelah mengetahui siapa yang menelfonnya.Tiffany? Mengapa wanita itu menelfon dirinya? Dari mana mendapatkan nomor Alia?Abian ikut dibuat rasa penasaran. Ingin bertanya, tapi diurungkan setelah melihat ekspresi wajah Alia.“Ah, Tante Tiffany. Ya, Alia ingat.” Alia masih tercengang. Baru saja dirinya dan Abian membicarakan kedua orang tua Misella. Kini Mama Misella menelfonnya tanpa diduga.Sungguh ini tidak terduga.Wah, apa yang dikatakan Alia terkabul.“Apa kamu sibuk?” tanya Tiffany disebrang sana.“Tidak sama sekali, Tan.” Alia menjawab ramah. Ya. Alia tidak ingin attitude di cap buruk oleh Tiffany.“Maaf menganggu waktumu.”“Tidak apa. Alia sedang di jam istirahat. Ada apa ya, Tan?”“Tante ingin mengundangmu makan malam. Sebagai perminta
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Alia. “Apakah kamu akan memberitahu padanya setelah apa yang kita lakukan?” Alia mendorong dada Abian.Tidak pernah menyangka, Abian akan berbuat nekat mendatangi rumahnya. Hal itu membuat Alia tidak nyaman dan rasa ketakutan muncul bila Abian membuka suara pada suaminya.Abian mundur dua langkah akibat dorongan Alia. “Apa aku harus memberitahunya?” Alia panik. Wajahnya menegang dan memerah. Jangan sampai Fahmi tahu karena akan menggagalkan rencana. “Kamu menakutiku?”Abian memajukan wajahnya. Memiringkan kepalanya lalu berbisik tepat di telinga Alia, “Tidak bermaksud menakutimu.”“Aku tidak menyuruhmu untuk datang ke rumah.”“Memang,” balas Abian. “Fahmi tidak tahu kamu bersiap balas dendam, melaporkan ke polisi agar kedua orang berselingkuh dipenjara, dan mengajukan perceraian, bukan? Atau lelaki itu menyadari?” Abian berbisik sangat pelan di daun telinga Alia. “Apa aku harus memberi tahunya?”Mendengar itu Alia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Bisik
Alia duduk di kursi penumpang belakang. Matanya menatap sebal, memperhatikan kedua anak dan Ibu sedang bercengkrama. Sementara Alia? Diabaikan di belakang layaknya pembantu diajak belanja bulanan.Huh.Andai Fahmi tidak memaksa untuk menjemput wanita tua arogan itu, pasti Alia sudah merebahkan tubuh di atas ranjang. Beristirahat dengan tenang.Hari-hari yang Alia lalui terasa padat dan sibuk. Dia bahkan belum sempat untuk mengecek ponsel Fahmi. Alia yakin, pesan yang dikirim ke Misella belum dihapus dan galeri banyak foto mereka bermesraan. Mungkin ada vidio saat berhubungan intim yang telah direkam dan di simpan.Alia merasa untuk berpisah dengan Fahmi dipersulit dan diperlambat. Banyak masalah yang belum Alia selesaikan. Kini masalah datang silih berganti. Tiffany menginap di rumahnya.Fahmi baru membelikan mobil mahal untuk Misella.Duh, Kepala Alia berdenyut pusing. “Alia ...” panggil Tiffany tanpa menoleh. “Masih sakit hati dengan perkataan Mama?” tanyanya.Alia tidak sakit hat
“Apa yang akan kamu lakukan? Jangan-jangan kamu akan membakar Misella hidup-hidup?”Alia tertawa terbahak-bahak sambil memukul punggung Marsha sebab tebakannya menggelitik perutnya. Alia tidak sejahat itu hingga berniat membunuh seseorang.“Haha. Mana mungkin aku membakarnya,” ucap Alia disela tawa yang pecah. “Ada-ada saja kamu.”Marsha berekspresi datar, dibuat tidak mengerti apa yang akan dilakukan Alia. Bensin? Untuk apa?“Lalu? Untuk apa kamu menyuruhku membeli bahan bakar?” tanya Marsha untuk kesekian kali.Alia menghentikan tawanya. Raut wajah berubah serius. Diam sejenak, lalu mengajukan pertanyaan, “Kamu tidak tahu suamiku membeli mobil baru untuk Misella?”“Tidak. Aku tidak tahu tentang itu,” jawab Marsha cepat. “Bagaimana kamu tahu?”“Aku mendapatkan informasi dari seseorang,” balas Alia. “Aku butuh bantuanmu.” Marsha menggerutkan kening. Alia menjelaskan apa yang harus dilakukan Marsha, dia menyuruh Marsha masuk ke dalam apartemen Misella untuk mengambil kunci mobil baru
“H-hah? Apa? Polisi?” Misella membasahi bibir bawahnya. “M-maksudnya Mbak Alia akan mengajukan laporan hubungan kita?”Sebenarnya laporan polisi yang akan dilakukan Alia hanya sebagai gertakan, memberi efek jera kepada Fahmi dan Misella. Tetapi Alia tidak akan segan melakukan itu.Fahmi mengangguk. Menaruh segelas kopi di atas meja lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Menunduk ke bawah, kedua tangannya memegangi kepala dengan frustasi.Bagaimana kalau Alia serius melaporkan ke polisi?Apakah dirinya dengan Misella akan dipenjara?“Iya. Alia mengatakan itu tadi pagi,” balas Fahmi dengan lirih.Misella panik. Menggigit kuku. “Alia tidak serius kan, Mas? Siapa tau dia hanya menggertak kamu,” ucap Misella berpikir positif.Tidak! Tidak mungkin. Alia tidak mungkin sejahat itu melaporkan Fahmi ke polisi. Misella juga tidak mau dipenjara. Misella dilanda antara panik dan emosi.Fahmi mengangkat kepalanya, menoleh pada Misella, dan mengangkat kedua bahunya. “I don’t know. Tapi yang jelas Al
Para tamu bertanya-tanya termasuk Misella ikut terheran. Sontak Abian dan Alia menutup mulut tak percaya. Dikejutkan dengan kehadiran kedua orang tua Abian yang tiba-tiba datang bergabung di acara tersebut. Tak disangka-sangka mendapat surprise dari keluarga Abian. Ayah Mario, Ibu Caroline, Kak Amber dan juga Xylia si gadis kecil bule dengan rambut pirangnya."Sepertinya mereka dari keluarga terpandang," batin Misella menebak.Amber melambaikan tangan pada Abian dengan semangat sekali dan senyum lebarnya. Keluarga Abian pun semakin mendekat. Hati Alia terenyuh dengan kedatangan mereka. Alia pikir, keluarga Abian sangat mustahil untuk menginjak kaki di Jakarta. Sebab mereka lebih menyukai berada di Bali ketimbang di Jakarta, seperti pertama kali Abian memperkenalkan Alia pada keluarganya di Bali. "Siapa mereka?" ucap Papa Alia kebingungan."Mereka Keluarga saya, Pa. Ibu, ayah, dan kakakku dari Amerika," jawab Abian cepat. "Saya kira tidak akan datang."Tiffany melongo, begitu juga den
Sembilan bulan kemudian .... Setelah kejadian mengerikan di Belleza, rencana Robert berhasil total dan kematian Fahmi tidak membuat orang menaruh kecurigaan. Itulah gelapnya tinggal di hunian modern itu. Siapapun yang mempunyai uang, dia akan berkuasa. Pada dasarnya uang segalanya, termasuk uang membuat orang lain tutup mulut.Di hunian elit, Belleza unit 002 milik keluarga Robert.Keluarga Robert hidup jauh lebih bahagia daripada tahun kemarin. Kini Kayla sudah bisa berbicara walaupun belum amat jelas. Tingkah lucu dan nada bicara cadel Kayla sangat menghibur mereka. Apalagi Kayla cukup tanggap, pasti tumbuh besar menjadi anak pintar. "Kayla sayang ...!" Tiffany berteriak, melambaikan tangannya dengan senyum lebarnya. Saking kangennya dengan cucunya. "Nenek datang!"Kayla baru turun dari tangga dituntun oleh Misella. Misella langsung berkata, "Hayo, siapa yang datang itu, Kay?" nunjuknya ke arah pintu.Awalnya Kayla sempat bingung, tapi langsung sadar. Tubuh mungil itu berlari untuk
Deg."APA KATAMU?!" Robert sangat terkejut. Berdiri dengan sorot mata tidak percaya. "Putriku tidak mungkin melakukan itu!"Bella terkaget-kaget. Tiffany yang baru sadar dari pingsan, syok kembali. Membekap mulutnya tidak menyangka. "T-tidak! Putriku bukan anak pembunuh!" Geleng-geleng kepala. "Pasti ada kesalahpahaman. Iya, kan?!""Maaf ... Saya melihat dengan kepala saya sendiri! Bahwa Putri Anda yang mendorong Fahmi!" tegas pengawal itu meyakinkan. "Harus ke atas sekarang kalau tidak percaya."Mereka langsung berlari-lari naik tangga menuju kamar Kayla. Mulut mereka terbuka lebar saat melihat jendela kaca telah hancur. Mata masing-masing menangkap punggung Misella, berdiri di antara serpihan kaca berserakan di lantai. Tidak ada yang memperdulikan betapa cantiknya warna kembang api di menyala-nyala.Robert membalikkan badan Misella. "Apa yang sebenarnya terjadi?!" tanya Robert butuh penjelasan. "Kenapa begitu berantakan di sini?!" tambah Robert.Kesadaran Misella kembali saat kedat
"T-tapi Tuan ...." "Tidak ada tapi tapi!" Robert masih punya secuil rasa kasihan setelah melihat Fahmi begitu mengenaskan. "Beri waktu dua menit dan awasi dia jangan sampai menyentuh sedikitpun cucu saya! Kalau cucu saya sedang tidur, jangan sampai lelaki itu membangunkan!""Baik Tuan." Body guard menurut, mereka pun menghampiri Fahmi. "Hei! Ayo jalan!" perintahnya karena Fahmi hanya diam tak bergerak. "Cepat jalan! Sebelum Tuan Robert berubah pikiran!"Fahmi pun berjalan pincang naik ke arah tangga dikawal ketat. Meninggalkan Robert di bawah bersama putri pertama. Bella dengan penuh amarah menghampiri Robert yang melamun dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong celana."Papa!" teriak Bella. "Papa yang benar saja membiarkan lelaki bajingan itu menemui Kayla?! Di atas juga ada Sella!" Marah Bella, geleng-geleng kepala kenapa Papanya berbuat demikian.Robert menatap putri pertamanya. "Sudah. Kamu jangan marah begitu," tanggap Robert
Robert kembali ke apartemen karena baru selesai menyelesaikan beberapa pekerjaan mendadak di hari tersebut. Awalnya Robert ingin menikmati waktu malam tahun baru bersama sang istrinya, alhasil gagal. Saat pulang lelaki tua geram setelah mendapatkan pesan dari putrinya. "Dia datang sendirian?" tanya Robert pada dua body guard itu.Salah satu body guard menjawab, "Sepertinya sendiri, Tuan. Saya mendapat notif panggilan banyak sekali dari putri dan istri Anda.""Kenapa dia ada di sini?" Napas Robert terdengar berat. Sangat heran sekali. "Apa tidak punya harga diri?" sinisnya mengingat wajah Fahmi yang begitu memuakkan."Mungkin dia lapar," tebak body guard setengah bercanda."Dia lapar pada hari ini?" Satu alis Robert naik."Kan Tuan yang membuatnya miskin tak punya apa-apa. Jadi, dia berusaha mendatangi keluarga Tuan agar mendapat belas kasih," jelas body guard itu."Ah, iya. Kalau begitu kita harus cepat!"Dua b
Jantung Misella terasa dihantam batu. Selama ini tidak pernah mengizinkan Fahmi melihat wajah putrinya. Batinnya pedih mendengar permintaan Fahmi, Misella merasa menjadi Ibu yang jahat. Sorot mata Fahmi hampir membuat pertahanan Misella goyah, rasa kasihan segera ditepis jauh-jauh.“Dia hanya mantan suami yang tidak tahu diri!” batinnya memperingatkan."Jangan mimpi. Jangankan Sella sebagai ibu! Aku saja tak akan membiarkanmu bertemu Kayla," sinis Bella. "Pergilah dari sini!" Bella menarik paksa tangan Misella, cepat-cepat memencet sandi pintu.Misella menoleh ke belakang, terperangah Fahmi semakin mendekat. Hah?! secepat itu? "Kak! Ayo cepat!" Menarik-narik dress Bella dengan panik."Sabar dong, Sel. Tangan Kakak jadi tremor ini," balasnya bersamaan bunyi pintu apartemen terbuka.Keduanya bergerak cepat masuk ke dalam saat pintu akan tertutup sempurna, tangan Fahmi menerobos pintu tak peduli akan terjepit. Misella dan Bella langsung mendorong sekuat tenaga agar pintu tertutup."Hanya
Lima jam yang lalu.Misella dan Bella saling berdebat kecil mengenai undangan party dari Yuna. Bella merobek-robek kertas undangan pink pastel cantik itu dengan kesal. "Untuk apa kau datang?! Bukannya lebih baik kamu mengabaikan wanita penyebalkan itu!" omel Bella, pipinya merah menyala. Tak habis pikir jalan pikiran adiknya itu. Diperlakukan buruk, dipermalukan masih saja mau bergabung dengan orang bermuka tebal. Misella berdiri memasang muka tanpa dosa di depan Bella. "Aku hanya ingin datang. Apa salahnya, sih, Kak?""Salah! Memang salah." Bella menarik napas dalam-dalam. Sadar, hanya masalah kecil sampai berdebat dan emosi begini. "Sudah, abaikan saja," lanjutnya menahan diri—merebahkan tubuhnya di sofa."Aku mau datang! Titik." Misella keukuh. "Aku belum pernah datang ke party tahun baru."Bella memutar bola matanya. Astaga. Adiknya sudah dewasa tapi masih keras kepala. Tidak pernah menurut perkataanya. "Ya sudah. Aku temenin! Jangan sendirian. Bisa jadi kamu akan dipermalukan de
Sudah setengah jam Alia pingsan, kini mulai sadar. Matanya mulai terbuka, pandangan pertama yang dilihat adalah lampu cantik di atas langit-langit dinding yang menggantung. "Akhirmya kamu juga sadar, sayang." Abian menghela napas lega. Setia menunggu Alia bangun, tak melepas genggaman tangan.Alia melihat Abian duduk di sampingnya. "A-apa yang terjadi padaku? Di mana kita?" tanyanya bingung, sadar sedang bukan di kamar miliknya, kamar itu asing.Pelayan datang membawa segelas air putih, diberikan pada Abian. "Minum dulu," perintah Abian.Alia bangun dari posisi baringnya. Meminum beberapa teguk air putih dibantu Abian memegang gelasnya."Kamu pingsan, sayang. Kita masih di apartemen Yuna," ucap Abian memberi tahu. Alia sadar seketika. Matanya membesar, ingat kejadian menakutkan. Memegang kepalanya yang terasa pusing. Dia langsung turun dari ranjang tanpa berpikir panjang, tubuhnya oleng—untunglah pelayan siap siaga me
Bunyi kaca pecah mengangetkan dan tiba-tiba ada teriakan dari atas membuat empat orang di balkon itu menengadah kepala ke atas. Betapa terkejutnya melihat ada seseorang di atas sana—di dorong hingga tubuhnya hilang kendali, jatuh bersamaan serpihan kaca tebal telah melukai setiap kulitnya. Tangan itu berusaha menggapai di udara, namun malangnya tak bisa berpegang benda apapun.Pasrah dalam hitungan detik tubuh itu jatuh melewati samping kiri balkon hingga menghantam sky light lobby apartemen yang terbuat dari kaca. Sky light berbentuk persegi panjang terpecah, hancur seketika. Saat menghantam lantai seketika sel sel dalam tubuh meledak. Pembuluh darah pecah sehingga tak ada sirkulasi oksigen ke seluruh tubuh membuat organ vital dan otak berhenti berfungsi. Tengkorak hancur beberapa bagian dan darah terciprat ke mana-mana.Orang-orang sedang berada lobby terkejut mendengar bunyi amat keras lalu diperlihatkan tubuh tergeletak tak bernyawa. Tak hanya itu penghuni Bel