Alia duduk di kursi penumpang belakang. Matanya menatap sebal, memperhatikan kedua anak dan Ibu sedang bercengkrama. Sementara Alia? Diabaikan di belakang layaknya pembantu diajak belanja bulanan.Huh.Andai Fahmi tidak memaksa untuk menjemput wanita tua arogan itu, pasti Alia sudah merebahkan tubuh di atas ranjang. Beristirahat dengan tenang.Hari-hari yang Alia lalui terasa padat dan sibuk. Dia bahkan belum sempat untuk mengecek ponsel Fahmi. Alia yakin, pesan yang dikirim ke Misella belum dihapus dan galeri banyak foto mereka bermesraan. Mungkin ada vidio saat berhubungan intim yang telah direkam dan di simpan.Alia merasa untuk berpisah dengan Fahmi dipersulit dan diperlambat. Banyak masalah yang belum Alia selesaikan. Kini masalah datang silih berganti. Tiffany menginap di rumahnya.Fahmi baru membelikan mobil mahal untuk Misella.Duh, Kepala Alia berdenyut pusing. “Alia ...” panggil Tiffany tanpa menoleh. “Masih sakit hati dengan perkataan Mama?” tanyanya.Alia tidak sakit hat
“Apa yang akan kamu lakukan? Jangan-jangan kamu akan membakar Misella hidup-hidup?”Alia tertawa terbahak-bahak sambil memukul punggung Marsha sebab tebakannya menggelitik perutnya. Alia tidak sejahat itu hingga berniat membunuh seseorang.“Haha. Mana mungkin aku membakarnya,” ucap Alia disela tawa yang pecah. “Ada-ada saja kamu.”Marsha berekspresi datar, dibuat tidak mengerti apa yang akan dilakukan Alia. Bensin? Untuk apa?“Lalu? Untuk apa kamu menyuruhku membeli bahan bakar?” tanya Marsha untuk kesekian kali.Alia menghentikan tawanya. Raut wajah berubah serius. Diam sejenak, lalu mengajukan pertanyaan, “Kamu tidak tahu suamiku membeli mobil baru untuk Misella?”“Tidak. Aku tidak tahu tentang itu,” jawab Marsha cepat. “Bagaimana kamu tahu?”“Aku mendapatkan informasi dari seseorang,” balas Alia. “Aku butuh bantuanmu.” Marsha menggerutkan kening. Alia menjelaskan apa yang harus dilakukan Marsha, dia menyuruh Marsha masuk ke dalam apartemen Misella untuk mengambil kunci mobil baru
“H-hah? Apa? Polisi?” Misella membasahi bibir bawahnya. “M-maksudnya Mbak Alia akan mengajukan laporan hubungan kita?”Sebenarnya laporan polisi yang akan dilakukan Alia hanya sebagai gertakan, memberi efek jera kepada Fahmi dan Misella. Tetapi Alia tidak akan segan melakukan itu.Fahmi mengangguk. Menaruh segelas kopi di atas meja lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Menunduk ke bawah, kedua tangannya memegangi kepala dengan frustasi.Bagaimana kalau Alia serius melaporkan ke polisi?Apakah dirinya dengan Misella akan dipenjara?“Iya. Alia mengatakan itu tadi pagi,” balas Fahmi dengan lirih.Misella panik. Menggigit kuku. “Alia tidak serius kan, Mas? Siapa tau dia hanya menggertak kamu,” ucap Misella berpikir positif.Tidak! Tidak mungkin. Alia tidak mungkin sejahat itu melaporkan Fahmi ke polisi. Misella juga tidak mau dipenjara. Misella dilanda antara panik dan emosi.Fahmi mengangkat kepalanya, menoleh pada Misella, dan mengangkat kedua bahunya. “I don’t know. Tapi yang jelas Al
Aksi nekat Alia membakar mobil mewah milik Misella yang dibelikan oleh suaminya sudah bulat. Alia menghampiri Marsha yang sudah sampai lebih dahulu ke sebuah tempat terpencil dengan hamparan rerumputan. Bermodal dengan senter dan sorot lampu mobil Marsha sebagai menerangkan di gelapnya malam itu.“Kamu sudah membeli bensin lagi?”Marsha mengangguk. Alia memberi kode supaya Marsha mengeluarkan botol berisi bensin dari bagasi mobilnya. Dibuat takjub karena Marsha membeli bensin lebih dari sepuluh botol.“Al,” panggil Marsha dengan ragu. “Kamu yakin akan melakukan ini? Harga mobil tidak murah, lho.”Alia mengangguk sebagai jawaban.Botol berisi bensin itu sudah tergeletak tak jauh dari mobil yang akan dibakar. Satu botol ada ditangan Alia, Marsha menyaksikan Alia mulai menuangkan bensin ke sekujur mobil tersebut hingga menuangkan ke dalam mobil hingga tersisa satu botol. Sisa bensin itu digunakan untuk menuangkannya pula ke rerumputan di sekitarnya.Marsha mengigit kuku berkali-kali. T
Mobil Fahmi sampai di titik lokasi kejadian, di mana Alia membakar mobil baru itu dengan tak tanggung-tanggung. Tidak memikirkan perasaan kedua orang itu.Fahmi turun dari mobil diikuti oleh Misella. Keduanya memasang wajah syok dan tidak bisa berkata-kata. Kaki mereka berdua lemas seketika.Kemudian terdengar nada jeritan dari Misella. “ARGHHHH! I'M SO MAD!!!” (Aku sangat marah.)Misella menjerit tertahan sembari menjambak rambutnya sendiri. Dia sangat menyayangkan mobil itu karena harga tidaklah murah. Matanya berkaca-kaca memandangi mobil barunya dilalap api.Sementara Fahmi berkacak pinggang memandangi mobil terbakar tepat di depan matanya. “Istrimu sudah keterlaluan, Mas!” murka Misella. Tangannya mengepal kuat-kuat. “Berani sekali mencuri mobilku lalu membakarnya, huh?!” Misella sangat geram dan emosi pada Alia.Alia memang sudah keterlaluan. Fahmi juga tidak pernah menyangka Alia akan melakukan aksi segila ini. Dada Fahmi naik turun menahan emosi yang menggebu-gebu. Matanya
Di apartemen.Alia calling.Tangan Fahmi dengan cepat mengangkat panggilan itu. “KENAPA KAMU BARU MENGAKTIFKAN PONSELMU, HUH?!” teriak Fahmi dengan murka saat panggilan terhubung dengan Alia.“Mengapa kamu begitu marah?” Disebrang sana Alia bertanya balik tanpa dosa. Seperti tidak terjadi apa-apa dan seakan tidak melakukan aksi gila membakar mobil Misella.“AISH! TIDAK ADA ORANG YANG BODOH MEMBAKAR MOBIL. APA KAMU TIDAK TAHU BERAPA HARGA MOBIL ITU?!”“Aku tahu,” balas Alia santai. “Apakah wanita jalang itu menangis karena mobil pemberian darimu dibakar oleh istrinya?” “Kamu tega sekali, Alia.” Fahmi mendecak lidah dan memejamkan matanya mengontrol amarahnya. “Kamu sudah berubah!”Alia tertawa. “Haha. Aku tidak akan duduk diam.”“Apa yang akan kamu lakukan lagi?” Fahmi bertanya frustasi. Menjambak rambutnya sendiri. “Kamu benar-benar akan melaporkan ke polisi?”“Tentu saja!”Tut. Alia memutuskan panggilan sepihak, tidak memberi kesempatan pada Fahmi untuk berbicara lagi lewat panggila
'PENGAJUAN PERCERAIAN yang TIDAK DIBANTAH.'“APA INI, ALIA?!” Fahmi berteriak keras. Sorot matanya berkaca-kaca memandangi wajah Alia tampak serius.“Surat pengajuan perceraian,“ jawab Alia. Beberapa hari yang lalu Alia menyiapkan persyaratan pengajuan perceraian.“Sejak kapan kamu menyiapkan semua ini?” tanya Fahmi panik.“Itu tidak penting.” Alia menunjuk surat itu dengan jarinya. “Dua pilihan untukmu. Menandatangani dokumen itu atau akan melaporkan ke polisi agar kalian berdua menikmati kehidupan di dalam penjara?”Dengan santai Alia memberikan dua pilihan. Fahmi menggeleng kepala pelan. Dua pilihan itu tak akan dia pilih. “Apa maksudmu?!” “Sudahlah jangan banyak tanya. Secepat selesaikan dan tanda tangan surat itu.”Lelaki itu merobek dokumen kertas dengan penuh amarah. Lalu melamparkan kertas yang sudah dirobek itu hingga berterbangan jatuh ke lantai. “Kamu mengancamku, hah?!” bentak Fahmi.Mata Alia ke bawah, melihat kertas sudah tak berbentuk semula. Dia sangat kesal, mengg
“Alia ingin cerai, Pa.”BRAK!!! Bunyi suara pukulan meja. Naufal memukul meja dengan keras. Begitulah Naufal jarang sekali marah, sekali marah sangat menyeramkan dan membuat orang ketakutan.Di ruang keluarga, suasana menjadi mencekam. Alia yang tadi santai mengatakan ingin bercerai sekarang tampak ketakutan, begitu pula Fahmi—semakin kalut, jemarinya bergetar hebat.Mama Tiffany fokus pada Alia, sedangkan Mama Davira terfokus pada Fahmi dengan sorot mata dingin. Sorot mata yang belum diperlihatkan pada siapapun. Sebagai seorang Ibu, mempunyai firasat kuat, apa yang telah terjadi pada anaknya.“Fahmi! Alia! Apa yang terjadi selama ini pada keluarga kalian, hah?! Pernikahan kalian belum sampai enam bulan!” bentak Naufal. “Jelaskan apa yang terjadi pada Papa! Semuanya!”Fahmi hanya diam. Tidak mungkin menjelaskan dirinya telah berselingkuh. Itu sama saja mendorong diri sendiri ke jurang. Dia tak berani mengatakan yang sebenarnya.Alia menarik napas panjang. Ingin menjelaskan, tapi teng
Para tamu bertanya-tanya termasuk Misella ikut terheran. Sontak Abian dan Alia menutup mulut tak percaya. Dikejutkan dengan kehadiran kedua orang tua Abian yang tiba-tiba datang bergabung di acara tersebut. Tak disangka-sangka mendapat surprise dari keluarga Abian. Ayah Mario, Ibu Caroline, Kak Amber dan juga Xylia si gadis kecil bule dengan rambut pirangnya."Sepertinya mereka dari keluarga terpandang," batin Misella menebak.Amber melambaikan tangan pada Abian dengan semangat sekali dan senyum lebarnya. Keluarga Abian pun semakin mendekat. Hati Alia terenyuh dengan kedatangan mereka. Alia pikir, keluarga Abian sangat mustahil untuk menginjak kaki di Jakarta. Sebab mereka lebih menyukai berada di Bali ketimbang di Jakarta, seperti pertama kali Abian memperkenalkan Alia pada keluarganya di Bali. "Siapa mereka?" ucap Papa Alia kebingungan."Mereka Keluarga saya, Pa. Ibu, ayah, dan kakakku dari Amerika," jawab Abian cepat. "Saya kira tidak akan datang."Tiffany melongo, begitu juga den
Sembilan bulan kemudian .... Setelah kejadian mengerikan di Belleza, rencana Robert berhasil total dan kematian Fahmi tidak membuat orang menaruh kecurigaan. Itulah gelapnya tinggal di hunian modern itu. Siapapun yang mempunyai uang, dia akan berkuasa. Pada dasarnya uang segalanya, termasuk uang membuat orang lain tutup mulut.Di hunian elit, Belleza unit 002 milik keluarga Robert.Keluarga Robert hidup jauh lebih bahagia daripada tahun kemarin. Kini Kayla sudah bisa berbicara walaupun belum amat jelas. Tingkah lucu dan nada bicara cadel Kayla sangat menghibur mereka. Apalagi Kayla cukup tanggap, pasti tumbuh besar menjadi anak pintar. "Kayla sayang ...!" Tiffany berteriak, melambaikan tangannya dengan senyum lebarnya. Saking kangennya dengan cucunya. "Nenek datang!"Kayla baru turun dari tangga dituntun oleh Misella. Misella langsung berkata, "Hayo, siapa yang datang itu, Kay?" nunjuknya ke arah pintu.Awalnya Kayla sempat bingung, tapi langsung sadar. Tubuh mungil itu berlari untuk
Deg."APA KATAMU?!" Robert sangat terkejut. Berdiri dengan sorot mata tidak percaya. "Putriku tidak mungkin melakukan itu!"Bella terkaget-kaget. Tiffany yang baru sadar dari pingsan, syok kembali. Membekap mulutnya tidak menyangka. "T-tidak! Putriku bukan anak pembunuh!" Geleng-geleng kepala. "Pasti ada kesalahpahaman. Iya, kan?!""Maaf ... Saya melihat dengan kepala saya sendiri! Bahwa Putri Anda yang mendorong Fahmi!" tegas pengawal itu meyakinkan. "Harus ke atas sekarang kalau tidak percaya."Mereka langsung berlari-lari naik tangga menuju kamar Kayla. Mulut mereka terbuka lebar saat melihat jendela kaca telah hancur. Mata masing-masing menangkap punggung Misella, berdiri di antara serpihan kaca berserakan di lantai. Tidak ada yang memperdulikan betapa cantiknya warna kembang api di menyala-nyala.Robert membalikkan badan Misella. "Apa yang sebenarnya terjadi?!" tanya Robert butuh penjelasan. "Kenapa begitu berantakan di sini?!" tambah Robert.Kesadaran Misella kembali saat kedat
"T-tapi Tuan ...." "Tidak ada tapi tapi!" Robert masih punya secuil rasa kasihan setelah melihat Fahmi begitu mengenaskan. "Beri waktu dua menit dan awasi dia jangan sampai menyentuh sedikitpun cucu saya! Kalau cucu saya sedang tidur, jangan sampai lelaki itu membangunkan!""Baik Tuan." Body guard menurut, mereka pun menghampiri Fahmi. "Hei! Ayo jalan!" perintahnya karena Fahmi hanya diam tak bergerak. "Cepat jalan! Sebelum Tuan Robert berubah pikiran!"Fahmi pun berjalan pincang naik ke arah tangga dikawal ketat. Meninggalkan Robert di bawah bersama putri pertama. Bella dengan penuh amarah menghampiri Robert yang melamun dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong celana."Papa!" teriak Bella. "Papa yang benar saja membiarkan lelaki bajingan itu menemui Kayla?! Di atas juga ada Sella!" Marah Bella, geleng-geleng kepala kenapa Papanya berbuat demikian.Robert menatap putri pertamanya. "Sudah. Kamu jangan marah begitu," tanggap Robert
Robert kembali ke apartemen karena baru selesai menyelesaikan beberapa pekerjaan mendadak di hari tersebut. Awalnya Robert ingin menikmati waktu malam tahun baru bersama sang istrinya, alhasil gagal. Saat pulang lelaki tua geram setelah mendapatkan pesan dari putrinya. "Dia datang sendirian?" tanya Robert pada dua body guard itu.Salah satu body guard menjawab, "Sepertinya sendiri, Tuan. Saya mendapat notif panggilan banyak sekali dari putri dan istri Anda.""Kenapa dia ada di sini?" Napas Robert terdengar berat. Sangat heran sekali. "Apa tidak punya harga diri?" sinisnya mengingat wajah Fahmi yang begitu memuakkan."Mungkin dia lapar," tebak body guard setengah bercanda."Dia lapar pada hari ini?" Satu alis Robert naik."Kan Tuan yang membuatnya miskin tak punya apa-apa. Jadi, dia berusaha mendatangi keluarga Tuan agar mendapat belas kasih," jelas body guard itu."Ah, iya. Kalau begitu kita harus cepat!"Dua b
Jantung Misella terasa dihantam batu. Selama ini tidak pernah mengizinkan Fahmi melihat wajah putrinya. Batinnya pedih mendengar permintaan Fahmi, Misella merasa menjadi Ibu yang jahat. Sorot mata Fahmi hampir membuat pertahanan Misella goyah, rasa kasihan segera ditepis jauh-jauh.“Dia hanya mantan suami yang tidak tahu diri!” batinnya memperingatkan."Jangan mimpi. Jangankan Sella sebagai ibu! Aku saja tak akan membiarkanmu bertemu Kayla," sinis Bella. "Pergilah dari sini!" Bella menarik paksa tangan Misella, cepat-cepat memencet sandi pintu.Misella menoleh ke belakang, terperangah Fahmi semakin mendekat. Hah?! secepat itu? "Kak! Ayo cepat!" Menarik-narik dress Bella dengan panik."Sabar dong, Sel. Tangan Kakak jadi tremor ini," balasnya bersamaan bunyi pintu apartemen terbuka.Keduanya bergerak cepat masuk ke dalam saat pintu akan tertutup sempurna, tangan Fahmi menerobos pintu tak peduli akan terjepit. Misella dan Bella langsung mendorong sekuat tenaga agar pintu tertutup."Hanya
Lima jam yang lalu.Misella dan Bella saling berdebat kecil mengenai undangan party dari Yuna. Bella merobek-robek kertas undangan pink pastel cantik itu dengan kesal. "Untuk apa kau datang?! Bukannya lebih baik kamu mengabaikan wanita penyebalkan itu!" omel Bella, pipinya merah menyala. Tak habis pikir jalan pikiran adiknya itu. Diperlakukan buruk, dipermalukan masih saja mau bergabung dengan orang bermuka tebal. Misella berdiri memasang muka tanpa dosa di depan Bella. "Aku hanya ingin datang. Apa salahnya, sih, Kak?""Salah! Memang salah." Bella menarik napas dalam-dalam. Sadar, hanya masalah kecil sampai berdebat dan emosi begini. "Sudah, abaikan saja," lanjutnya menahan diri—merebahkan tubuhnya di sofa."Aku mau datang! Titik." Misella keukuh. "Aku belum pernah datang ke party tahun baru."Bella memutar bola matanya. Astaga. Adiknya sudah dewasa tapi masih keras kepala. Tidak pernah menurut perkataanya. "Ya sudah. Aku temenin! Jangan sendirian. Bisa jadi kamu akan dipermalukan de
Sudah setengah jam Alia pingsan, kini mulai sadar. Matanya mulai terbuka, pandangan pertama yang dilihat adalah lampu cantik di atas langit-langit dinding yang menggantung. "Akhirmya kamu juga sadar, sayang." Abian menghela napas lega. Setia menunggu Alia bangun, tak melepas genggaman tangan.Alia melihat Abian duduk di sampingnya. "A-apa yang terjadi padaku? Di mana kita?" tanyanya bingung, sadar sedang bukan di kamar miliknya, kamar itu asing.Pelayan datang membawa segelas air putih, diberikan pada Abian. "Minum dulu," perintah Abian.Alia bangun dari posisi baringnya. Meminum beberapa teguk air putih dibantu Abian memegang gelasnya."Kamu pingsan, sayang. Kita masih di apartemen Yuna," ucap Abian memberi tahu. Alia sadar seketika. Matanya membesar, ingat kejadian menakutkan. Memegang kepalanya yang terasa pusing. Dia langsung turun dari ranjang tanpa berpikir panjang, tubuhnya oleng—untunglah pelayan siap siaga me
Bunyi kaca pecah mengangetkan dan tiba-tiba ada teriakan dari atas membuat empat orang di balkon itu menengadah kepala ke atas. Betapa terkejutnya melihat ada seseorang di atas sana—di dorong hingga tubuhnya hilang kendali, jatuh bersamaan serpihan kaca tebal telah melukai setiap kulitnya. Tangan itu berusaha menggapai di udara, namun malangnya tak bisa berpegang benda apapun.Pasrah dalam hitungan detik tubuh itu jatuh melewati samping kiri balkon hingga menghantam sky light lobby apartemen yang terbuat dari kaca. Sky light berbentuk persegi panjang terpecah, hancur seketika. Saat menghantam lantai seketika sel sel dalam tubuh meledak. Pembuluh darah pecah sehingga tak ada sirkulasi oksigen ke seluruh tubuh membuat organ vital dan otak berhenti berfungsi. Tengkorak hancur beberapa bagian dan darah terciprat ke mana-mana.Orang-orang sedang berada lobby terkejut mendengar bunyi amat keras lalu diperlihatkan tubuh tergeletak tak bernyawa. Tak hanya itu penghuni Bel