Aksi nekat Alia membakar mobil mewah milik Misella yang dibelikan oleh suaminya sudah bulat. Alia menghampiri Marsha yang sudah sampai lebih dahulu ke sebuah tempat terpencil dengan hamparan rerumputan. Bermodal dengan senter dan sorot lampu mobil Marsha sebagai menerangkan di gelapnya malam itu.“Kamu sudah membeli bensin lagi?”Marsha mengangguk. Alia memberi kode supaya Marsha mengeluarkan botol berisi bensin dari bagasi mobilnya. Dibuat takjub karena Marsha membeli bensin lebih dari sepuluh botol.“Al,” panggil Marsha dengan ragu. “Kamu yakin akan melakukan ini? Harga mobil tidak murah, lho.”Alia mengangguk sebagai jawaban.Botol berisi bensin itu sudah tergeletak tak jauh dari mobil yang akan dibakar. Satu botol ada ditangan Alia, Marsha menyaksikan Alia mulai menuangkan bensin ke sekujur mobil tersebut hingga menuangkan ke dalam mobil hingga tersisa satu botol. Sisa bensin itu digunakan untuk menuangkannya pula ke rerumputan di sekitarnya.Marsha mengigit kuku berkali-kali. T
Mobil Fahmi sampai di titik lokasi kejadian, di mana Alia membakar mobil baru itu dengan tak tanggung-tanggung. Tidak memikirkan perasaan kedua orang itu.Fahmi turun dari mobil diikuti oleh Misella. Keduanya memasang wajah syok dan tidak bisa berkata-kata. Kaki mereka berdua lemas seketika.Kemudian terdengar nada jeritan dari Misella. “ARGHHHH! I'M SO MAD!!!” (Aku sangat marah.)Misella menjerit tertahan sembari menjambak rambutnya sendiri. Dia sangat menyayangkan mobil itu karena harga tidaklah murah. Matanya berkaca-kaca memandangi mobil barunya dilalap api.Sementara Fahmi berkacak pinggang memandangi mobil terbakar tepat di depan matanya. “Istrimu sudah keterlaluan, Mas!” murka Misella. Tangannya mengepal kuat-kuat. “Berani sekali mencuri mobilku lalu membakarnya, huh?!” Misella sangat geram dan emosi pada Alia.Alia memang sudah keterlaluan. Fahmi juga tidak pernah menyangka Alia akan melakukan aksi segila ini. Dada Fahmi naik turun menahan emosi yang menggebu-gebu. Matanya
Di apartemen.Alia calling.Tangan Fahmi dengan cepat mengangkat panggilan itu. “KENAPA KAMU BARU MENGAKTIFKAN PONSELMU, HUH?!” teriak Fahmi dengan murka saat panggilan terhubung dengan Alia.“Mengapa kamu begitu marah?” Disebrang sana Alia bertanya balik tanpa dosa. Seperti tidak terjadi apa-apa dan seakan tidak melakukan aksi gila membakar mobil Misella.“AISH! TIDAK ADA ORANG YANG BODOH MEMBAKAR MOBIL. APA KAMU TIDAK TAHU BERAPA HARGA MOBIL ITU?!”“Aku tahu,” balas Alia santai. “Apakah wanita jalang itu menangis karena mobil pemberian darimu dibakar oleh istrinya?” “Kamu tega sekali, Alia.” Fahmi mendecak lidah dan memejamkan matanya mengontrol amarahnya. “Kamu sudah berubah!”Alia tertawa. “Haha. Aku tidak akan duduk diam.”“Apa yang akan kamu lakukan lagi?” Fahmi bertanya frustasi. Menjambak rambutnya sendiri. “Kamu benar-benar akan melaporkan ke polisi?”“Tentu saja!”Tut. Alia memutuskan panggilan sepihak, tidak memberi kesempatan pada Fahmi untuk berbicara lagi lewat panggila
'PENGAJUAN PERCERAIAN yang TIDAK DIBANTAH.'“APA INI, ALIA?!” Fahmi berteriak keras. Sorot matanya berkaca-kaca memandangi wajah Alia tampak serius.“Surat pengajuan perceraian,“ jawab Alia. Beberapa hari yang lalu Alia menyiapkan persyaratan pengajuan perceraian.“Sejak kapan kamu menyiapkan semua ini?” tanya Fahmi panik.“Itu tidak penting.” Alia menunjuk surat itu dengan jarinya. “Dua pilihan untukmu. Menandatangani dokumen itu atau akan melaporkan ke polisi agar kalian berdua menikmati kehidupan di dalam penjara?”Dengan santai Alia memberikan dua pilihan. Fahmi menggeleng kepala pelan. Dua pilihan itu tak akan dia pilih. “Apa maksudmu?!” “Sudahlah jangan banyak tanya. Secepat selesaikan dan tanda tangan surat itu.”Lelaki itu merobek dokumen kertas dengan penuh amarah. Lalu melamparkan kertas yang sudah dirobek itu hingga berterbangan jatuh ke lantai. “Kamu mengancamku, hah?!” bentak Fahmi.Mata Alia ke bawah, melihat kertas sudah tak berbentuk semula. Dia sangat kesal, mengg
“Alia ingin cerai, Pa.”BRAK!!! Bunyi suara pukulan meja. Naufal memukul meja dengan keras. Begitulah Naufal jarang sekali marah, sekali marah sangat menyeramkan dan membuat orang ketakutan.Di ruang keluarga, suasana menjadi mencekam. Alia yang tadi santai mengatakan ingin bercerai sekarang tampak ketakutan, begitu pula Fahmi—semakin kalut, jemarinya bergetar hebat.Mama Tiffany fokus pada Alia, sedangkan Mama Davira terfokus pada Fahmi dengan sorot mata dingin. Sorot mata yang belum diperlihatkan pada siapapun. Sebagai seorang Ibu, mempunyai firasat kuat, apa yang telah terjadi pada anaknya.“Fahmi! Alia! Apa yang terjadi selama ini pada keluarga kalian, hah?! Pernikahan kalian belum sampai enam bulan!” bentak Naufal. “Jelaskan apa yang terjadi pada Papa! Semuanya!”Fahmi hanya diam. Tidak mungkin menjelaskan dirinya telah berselingkuh. Itu sama saja mendorong diri sendiri ke jurang. Dia tak berani mengatakan yang sebenarnya.Alia menarik napas panjang. Ingin menjelaskan, tapi teng
“Benar itu, Alia?” tanya Naufal.Alia membisu. “Sumpah, Pa! Saya tidak berselingkuh. Alia saja yang berlebihan,” timpal Fahmi. “Aku dengan wanita itu hanya dekat. Tidak seperti yang Alia katakan.”Cukup.Alia muak.Muak mendengar kebohongan yang Fahmi ucapkan.“Dia berbohong, Pa!” Dengan keberanian mengatakan. “Mama Tiff sudah tahu putranya berselingkuh. Kamu mengapa mengelak? Tidak mengatakan sejujurnya?! Apa perlu aku tunjukkan bukti pada Papa?! Alia punya bukti banyak, kok, Pa.”Telak. Fahmi kalah. Diam seribu bahasa. Setengah kaget saat Alia mengatakan mempunyai banyak bukti. Fahmi kira, Alia tidak mempunyai bukti apapun tentang perselingkuhan dengan Misella.Alia tersenyum kemenangan melihat wajah Fahmi pucat pasi.Naufal menangkap apa yang dikatakan Alia. “Jadi, kamu benar berselingkuh, ya?” Fahmi mengangguk pelan dan mengatakui bahwa dirinya telah berselingkuh.Naufal dan Davira sudah dibuat kecewa dengan perbuatannya. Davira tak tahan lagi, dia berdiri, menghampiri Fahmi lal
'Bisa bertemu? Ada hal yang perlu dibicarakan,' isi pesan tersebut.'Siapa?' ketik Alia.'Misella. Tolong rahasiakan dari Mas Fahmi.'Alia tidak mengerti mengapa Misella mengirimkan pesan padanya dan mengajak untuk bertemu. Bukankah tidak penting?'Untuk apa? Setahu saya tidak ada yang perlu dibicarakan antara kita berdua.''Ada, Mbak. Aku mohon, kita bicarakan baik-baik.'Alia sempat berpikir untuk membalas pesan darinya.'Baiklah. Setelah aku pulang bekerja, kita bertemu di cafe Pelangi.'Misella pun setuju. Cafe Pelangi adalah cafe terfavorit Alia, sebab suasana sangat nyaman untuk berbicara tanpa tergantung dan tanpa menggangu pengunjung lain.***Fahmi curiga Alia mempunyai lelaki lain, memberikannya uang. Pasalnya rekening tabungan Alia memiliki jumlah nominal besar. Sedangkan Fahmi? Tabungan habis untuk memenuhi kebutuhan Misella, membelikan barang mahal, dan apartemen.Bisa saja Alia balas dendam dengan menyelingkuhi balik? Fahmi patut curiga, selama ini sifat Alia kalem, l
“Kamu takut, ya? Kalau saya penjarakan?” Alia bertanya dengan nada meremehkan. Rupanya Misella mempunyai ketakutan juga. Misella mati kutu. Wajahnya pucat hingga menahan napas beberapa detik. Memang benar Misella takut dipenjarakan. Oleh sebab itu, dia mendatangi Alia. Memohon agar tidak dilaporkan ke polisi. “Aku mohon. Jangan laporkan ke polisi. Kasihan Mas Fahmi,” ujar Misella memohon.“Memangnya saya peduli?” Lagi-lagi Misella dibuat mati kutu. Diam beberapa menit.“Jujur saja. Sebenarnya kamu takut dipenjara,” lanjut Alia.“Tidak. Aku hanya merasa kasihan pada Mas Fahmi.” Misella berdalih menggunakan nama Fahmi sebagai tameng dan alasan. Alia terkekeh pelan, ditambah melihat wajah Misella yang memelas. Alia puas sekarang. “Bohongnya ketahuan, lho. Saya bisa membaca pikiran kamu, kalau kamu takut saya laporkan dan dipenjara. Tenang saja, penjara tidak sampai satu tahun.”Ucapan Alia membuat Misella semakin dilanda ketakutan. Misella harus akui, dia sangat takut untuk dipenj