[AREA 21+] Bab mengandung adegan dewasa!!!Abian mengangkat tubuh Alia ke ranjang, membaringkan di atas ranjang. Langsung menindih tubuh Alia. Keduanya saling memandang dengan sorot mata redup dan beradu pandangan.Napas hangat Abia meraba wajah Alia, lalu menciumi bibir Alia dengan sangat lembut. Alia membiarkan bibir Abian menyentuh bibirnya, sama sekali tidak menolak.Kemudian Alia mengalungkan tangannya di tengkuk lelaki itu saat bibir Abian mencecap bibir Alia. Tentu saja Alia tidak diam saja, dia membalas ciuman itu yang semakin dalam dan panas.Keduanya terhanyut dalam ciuman.Tangan kiri Abian mengangkat punggung Alia, sementara tangan kiri bergerak menggebu-gebu merobek kemeja Alia hingga terdengar bunyi robekan, melampar benda itu asal. Alia mendesah tertahan ketika bibir Abian turun ke rahangnya, mengecup rahangnya lalu turun ke leher. Mencumbu lehernya dengan liar hingga ada sensasi kenikmatan tersendiri bagi Alia. Ah, Alia sangat menyukai kiss mark hingga membekas—membe
Fahmi tampak murung.Wajahnya sungguh tidak enak untuk dilihat. Kepala terasa berat dan pusing, sebab memikirkan apa yang terjadi di hari kemarin.Fahmi sudah siap untuk berangkat bekerja, sebelum berangkat dia pergi ke dapur. Membuat sarapan, sandwich untuk dirinya dan Alia. Ini adalah pertama kali Fahmi membuat sarapan untuk mereka berdua.Fahmi duduk di meja makan, menikmati sandwich dan segelas susu full cream. Padahal susu full cream tidak ada rasanya, hambar, entah mengapa Fahmi menyukai.Lelaki itu menunduk menatap layar ponsel yang menyala. Mengetik pesan pada Misella.'Kamu masih marah padaku?'Read.Tidak dibalas. Hanya dibaca oleh Misella.'Maaf telah membuatmu marah.''Sudah selesai cuti? Ayo kita bertemu.''Kita tidak boleh putus. Aku akan menikahimu secepatnya. Bersabarlah....”Fahmi mengirim pesan lagi dan tidak dibalas sama sekali. Hal membuat Fahmi galau dan tidak bersemangat.Alia turun dari tangga, menuju dapur untuk minum segelas air putih. Fahmi memperhatikan Alia
“Apa kamu punya bukti?”Alia memicingkan matanya sembari tersenyum miring. Tidak menjawab pertanyaannya melainkan berkata dengan nada sebal, “Aish! Kamu meremehkanku, huh?!”“Sama sekali tidak!” “Lalu kenapa kamu bertanya, bodoh!” umpat Alia.Tangan Fahmi turun ke leher Alia, seperti ingin mencekik, mendongakkan kepala Alia. Sementara Alia santai saja, menarik sudut bibir membentuk senyuman sulit diartikan.Melihat senyuman dari Alia yang tampak mengerikan, membuat Fahmi merinding. Istrinya diam-diam mempunyai kejutan yang tak terduga.“Apa yang sedang kamu rencanakan?” Alia memegang tangan Fahmi yang berada di lehernya. Membulatkan matanya lebar-lebar. Ada dendam dari sorot matanya. Alia ingin mengungkapkan seluruh perasaan kecewa, amara saat itu juga.“Aku ingin membuatmu menyesal seumur hidupmu, bajingan! Kamu tidak pantas hidup bahagia!” ungkap Alia tertahan. “Bagiku kamu adalah lelaki yang tidak tahu diri! Dan Lelaki bajingan yang pernah aku temui! Huh sialan! Kamu memang tampa
Buat pembaca 'Kamu Menidurinya.'Pertama, terima kasih telah mengikuti novel ini. Saya jelaskan perkara 1 Bab dikit, masih kurang bikin malas nunggu seperti yang ditulis di kolom komentar. Kenapa 1 bab cuma dikit?Saran dari pihak editor satu bab 600-700 kata aja. Jadi author bagi 2 bab. Sehari update 1500-2000k kata. Sepertinya novel ini bikin penasaran sampai kalian nungguin update padahal udah update buat hari😂 Jadi, 900 kata merasa sedikit, bacaannya ngalir nggak kerasa udah diakhir bab ya kan? 😭 (900 kata author ketik sampai 2 jam) Pembaca cuma 2 menit selesai 😭 Astaga kalian😭 Menulis tidak gampang lho. Menghabiskan waktu berjam jam buat ngetik, mikirin alur cerita. 1 Bab bisa 2 jam, 2 bab 4 jam. Tergantung ide penulis lancar atau enggak.Kalau baca? Ah, 2 menit saja selesai! Dan kalian mengeluh? Author udah berusaha buat tetap update setiap hari🥺Jadi tolong mengerti. Terima kasih, yang udah baca curhatan author💋
Ayora dan Alia sedang minum kopi bersama untuk menghilangkan rasa kantuk di jam siang. Ayora menyenggol lengan Alia saat Abian muncul tiba-tiba, berjalan ke arah mereka—datang menghampiri. Alia tidak menggubris hingga membuat Ayora dengan kasar menyenggol lengannya.“Kenapa, sih!” Alia kesal. Kopi yang sedang diminum hendak tumpah dan belepotan di mulut.“Itu, lihat!”Alia menoleh kepala sambil menyeruput kopi. Alia tersedak dan terbatuk-batuk, sepasang mata menangkap sosok Abian berjalan tegap, dan gagah. Dengan gelagapan meminta tisu pada Ayora untuk membersihkan bibir yang terkena kopi.Astaga!Lelaki itu terlihat tampan hari ini. Apalagi memakai jas dokter. Membuat ketampanan Dokter muda itu bertambah.“Sial!” Alia mencelutuk dalam hati.“Alia.”Alia dibuat ketagihan mendengar suara Abian memanggil dirinya. Itu sangat, sangat merdu di telinga. Alia ingin mendengar satu sekali lagi. “Alia ....”Oh, shit! Panggilan kedua lebih keras dari panggilan pertama dan begitu lembut di teli
“Selamat siang. Maaf dengan siapa?” Alia menyapa terlebih dahulu dengan sopan.“Saya Tiffany, Mamanya Misella. Kamu masih ingat?”Dheg! Jantung Alia mulai berdebar tidak karuan. Mata Alia membulat. Seketika berdiri dari duduk. Betapa kagetnya setelah mengetahui siapa yang menelfonnya.Tiffany? Mengapa wanita itu menelfon dirinya? Dari mana mendapatkan nomor Alia?Abian ikut dibuat rasa penasaran. Ingin bertanya, tapi diurungkan setelah melihat ekspresi wajah Alia.“Ah, Tante Tiffany. Ya, Alia ingat.” Alia masih tercengang. Baru saja dirinya dan Abian membicarakan kedua orang tua Misella. Kini Mama Misella menelfonnya tanpa diduga.Sungguh ini tidak terduga.Wah, apa yang dikatakan Alia terkabul.“Apa kamu sibuk?” tanya Tiffany disebrang sana.“Tidak sama sekali, Tan.” Alia menjawab ramah. Ya. Alia tidak ingin attitude di cap buruk oleh Tiffany.“Maaf menganggu waktumu.”“Tidak apa. Alia sedang di jam istirahat. Ada apa ya, Tan?”“Tante ingin mengundangmu makan malam. Sebagai perminta
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Alia. “Apakah kamu akan memberitahu padanya setelah apa yang kita lakukan?” Alia mendorong dada Abian.Tidak pernah menyangka, Abian akan berbuat nekat mendatangi rumahnya. Hal itu membuat Alia tidak nyaman dan rasa ketakutan muncul bila Abian membuka suara pada suaminya.Abian mundur dua langkah akibat dorongan Alia. “Apa aku harus memberitahunya?” Alia panik. Wajahnya menegang dan memerah. Jangan sampai Fahmi tahu karena akan menggagalkan rencana. “Kamu menakutiku?”Abian memajukan wajahnya. Memiringkan kepalanya lalu berbisik tepat di telinga Alia, “Tidak bermaksud menakutimu.”“Aku tidak menyuruhmu untuk datang ke rumah.”“Memang,” balas Abian. “Fahmi tidak tahu kamu bersiap balas dendam, melaporkan ke polisi agar kedua orang berselingkuh dipenjara, dan mengajukan perceraian, bukan? Atau lelaki itu menyadari?” Abian berbisik sangat pelan di daun telinga Alia. “Apa aku harus memberi tahunya?”Mendengar itu Alia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Bisik
Alia duduk di kursi penumpang belakang. Matanya menatap sebal, memperhatikan kedua anak dan Ibu sedang bercengkrama. Sementara Alia? Diabaikan di belakang layaknya pembantu diajak belanja bulanan.Huh.Andai Fahmi tidak memaksa untuk menjemput wanita tua arogan itu, pasti Alia sudah merebahkan tubuh di atas ranjang. Beristirahat dengan tenang.Hari-hari yang Alia lalui terasa padat dan sibuk. Dia bahkan belum sempat untuk mengecek ponsel Fahmi. Alia yakin, pesan yang dikirim ke Misella belum dihapus dan galeri banyak foto mereka bermesraan. Mungkin ada vidio saat berhubungan intim yang telah direkam dan di simpan.Alia merasa untuk berpisah dengan Fahmi dipersulit dan diperlambat. Banyak masalah yang belum Alia selesaikan. Kini masalah datang silih berganti. Tiffany menginap di rumahnya.Fahmi baru membelikan mobil mahal untuk Misella.Duh, Kepala Alia berdenyut pusing. “Alia ...” panggil Tiffany tanpa menoleh. “Masih sakit hati dengan perkataan Mama?” tanyanya.Alia tidak sakit hat