Pagi sekali Misella kedatangan tamu. Paras cantik Misella muncul setelah membuka pintu untuk menyambut tamu.“Hallo, good morning ….” sapa tamu itu dengan senyuman dan wajah ceria.Rupanya tamunya adalah Marsha, sahabatnya Misella dan sebagai mata-mata Alia.“AAAA KAMU?!”Misella memekik keras, langsung memeluk sahabatnya itu. Sudah lama tidak bertemu dengannya. Marsha membalas pelukan Misella, tanpa Misella sadari—bibir Marsha tersenyum miring, ekspresi berubah beberapa detik—tersenyum devil. “Astaga! Kenapa kamu baru muncul? Kemana saja?” tanya Misella. Terakhir bertemu saat pesta ulang tahunnya. “Aku benar-benar kesepian selama ini.”Pelukan terlepas secara perlahan.“Sure?” Misella mengangguk. “Aku kangen banget tahu!”Misella tertawa kecil kemudian memberikan bingkisan pada Misella. “Aku membelikan sesuatu untukmu.”“Thanks you,” ucap Misella. “Yuk masuk! Akan aku buatkan teh. Aku sendiri di sini.” Dengan semangat menggandeng tangan Marsha dan menyuruhnya untuk masuk.“Wah kere
Alia diperintahkan membawa bayi yang baru lahir ke ruangan NICU (Neonatal intensive care unit tempat khusus untuk merawat bayi baru lahir yang membutuhkan pengawasan ketat oleh tenaga medis. Biasanya bayi yang dirawat di ruang NICU lahir dengan gangguan kesehatan, misalnya lahir prematur atau lahir dengan cacat bawahan.Pekerjaan Alia keseharian melihat bayi, namun tidak mempunyai rasa keinginan untuk mempunyai calon buah hati. Alia belum siap menjadi seorang Ibu dan semenjak Fahmi berselingkuh, kehamilan tidak boleh terjadi padanya.“Istiharat dulu, yuk!” ajak Ayora yang tiba-tiba datang dan nongol begitu saja di depan Alia. “Sudah siang, nih. Waktunya makan siang.”Ah, waktu terasa cepat. Padahal Alia merasa baru saja merawat bayi di NICU.Ting! Bunyi pesan masuk.“Sebentar ada pesan masuk,” ucap Alia.Alia mendapat pesan dari Marsha bahwa Marsha telah merekam percakapan dengan Misella beberapa jam yang lalu
Alia masuk ke dalam rumah sambil membawa bucket bunga tulip, namun dia berbalik ke mobil. Meletakkan bucket bunga tulip itu di dalam mobil. Alia malas menjawab jika Fahmi bertanya dari mana mendapatkan bucket itu? Di sisi lain Alia berpikir, bunga itu dari Fahmi. Apa mungkin? Ya mungkin saja, karena Fahmi menolak untuk dicerai dan terus merayu, membujuk dirinya. Jadi, bersikap sok romantis mengirimkan bucket saat sedang bekerja.“Cepat bersiap-siap kita akan ke rumah sakit sekarang,” kata Fahmi saat baru saja Alia masuk ke dalam kamar. Alia tidak menjawab apa-apa. Dia segera bersiap-siap. Jangankan senyum atau untuk berbicara. Memandangnya saja malas.“Alia sayang ...” panggil Fahmi pada Alia yang sedang duduk di meja rias mengoles lip tint. “Aku minta tolong dong.” Fahmi menghampiri Alia dan memberi isyarat padanya.Alia paham dengan isyarat itu dan berdiri dengan malas. Secara ogah-ogahan Alia membantunya menggulung lengan kemeja len
“Aku datang untuk menjenguk calon Mama mertuaku,” jawab Misella menunjukkan betapa jemawa dirinya. SINTING! Senyum lebar dari Misella membuat Alia ingin mencekik lehernya, membunuhnya saat juga. Alia mendongkol setengah mati. Dasar wanita tidak tahu diri! Tidak tahu malu! Wanita gila! Tidak punya otak! Bisa-bisanya Misella datang membawa bingkisan dan buah-buahan ke kamar Tiffany. Pasti akan mencari muka di depan Mama Tiffany!“Kenapa kamu menginjakkan kaki di sini?” Alia menatap nyalang. Sorot mata dingin ditunjukkan padanya. Alia benci wanita itu. Memang pantas untuk dibenci. Di sini Misella pelaku kejahatan yang sesungguhnya, telah menyakiti hati Alia dan menghancurkan rumah tangga yang baru dibangun beberapa bulan. Walaupun perselingkuhan atas dasar mau sama mau. Tetap saja, Misella wanita jalang iblis!Misella tertawa kecil. Tawa meremehkan Alia. “Kamu mempunyai masalah pendengaran? Sudah aku katakan tadi. Aku ingin menjenguk calon Mama mertuaku. Mama Tiffany,” jawabnya meneka
Jantung Fahmi berpacu cepat dengan kedatangan Misella tanpa memberitahunya. Fahmi memang menyayanginya! Tapi? Datang saat Mama sedang sakit dan menyindir di depan Alia, itu tindakan tidak tepat!Yang jelas-jelas Alia masih menjadi istrinya. Sikap lancang itu membuat Fahmi tidak habis pikir.“Sayang, kita akan kemana?” tanya Misella, menahan sakit di pergelangan tangan karena Fahmi menariknya dan memegang terlalu erat. “S-sakit!” keluhnya mengadu.Fahmi menghentikan langkah diikuti oleh Misella, melepaskan cekalan tangan. Memandang wajah Misella dengan dingin, pandangan berbeda dari biasanya.“Apa sih yang kamu pikirkan?!” bentak Fahmi.Raut wajah Misella berubah. Wanita itu tahu Fahmi marah padanya. “M-maaf. Aku hanya ingin menjenguk Mama kamu. Aku tidak mempunyai maksud lain.”Misella mencoba menjelaskan.Fahmi menjambak rambut frustasi. Bagaimana kalau Alia marah padanya? Ah! Hubungan yang sudah renggang menjadi bertambah renggang. Fahmi tidak ingin Alia menceraikan dirinya, di sisi
“Mama sudah firasat bukan? Mama tahu Mas Fahmi mempunyai wanita lain?”Tiffany mengangguk pelan. “Apa yang harus aku lakukan, Ma?”“Jangan bersikap seperti tadi. Kasar. Judes. Galak. Fahmi masih menjadi istrimu, Alia. Tidak seharusnya kamu melawan suamimu.” Tiffany menasehati Alia. “Jaga tutur kata padanya. Jangan kurang ajar!” tegur Tiffany.Hah?Alia bengong.Kenapa menjadi salahnya? Kenapa Tiffany membela anaknya yang telah berselingkuh? Ibu dan anak sama saja sifatnya! “Mengapa Mama seolah-olah menyalahkanku?” Alia tidak terima. Nada bicaranya bertanya ketus. Tiffany memiringkan kepalanya. Keduanya saling bertatapan. “Mama bukan menyalahkanmu. Mama hanya ingin kamu menjadi istri yang baik untuk Fahmi,” tandasnya.“Mas Fahmi telah berselingkuh, Ma! Seharusnya kata-kata itu berikan padanya bukan aku!” Alia protes, membela diri sendiri. Tidak ingin disudutkan dan disalahkan. “Mas Fahmi bercinta dengan wanita lain. Mama tahu? Wanita tadi adalah selingkuhan Mas Fahmi. Aku telah dikh
Fahmi kembali ke ruang inap VIP.“Alia kemana, Ma ” tanyanya saat sadar tidak ada Alia di dalam sana.Tiffany tak menjawab.Lelaki itu menghampiri Tiffany yang melamun dan dengan wajah terlihat syok. “Apakah ada sesuatu diantara kalian berdua?”Tiffany menggeleng. Sebenarnya ingin mengatakan tapi mulutnya kaku untuk menjelaskan apa yang barusan terjadi padanya.***Alia keluar dari rumah sakit, dia pulang naik taksi. Sudah tidak mood sejak kedatangan Misella ditambah perkataan Mama Mertua yang membuat emosinya mendidih.Menyebalkan!Alia duduk di dapur, minum segelas air putih. Ponsel yang tergeletak di atas meja berdering, ada panggilan masuk. Alia membaca nama kontak sang penelepon.“Abian?” gumam Alia. “Angkat tidak, ya?”Alia bingung harus mengangkat panggilan masuk dari Abian atau tidak? Masih ingat pertemuan Abian dengan Alia saat malam itu? Keduanya berbincang di depan toko serba ada.Abian menyuruh Alia untuk berpisah dengan Fahmi, artinya Abian masih punya rasa. Perkataan Abi
“Ini adalah cara yang sempurna untuk membalas Fahmi.”Wanita itu menelan ludah memandang cardlock hotel dengan lama. Tidak menyangka Abian akan berbuat seperti ini.Apakah ini ada cara yang tepat untuk membalas dendam Fahmi? Membalas dendam dengan cara berkencan? Itu sama saja berselingkuh kan? Pandangan Alia beralih ke Abian yang sedari tadi menunggu jawabannya. “Kamu sedang bermain-main denganku?” Alia bertanya setelah beberapa menit tidak mengatakan sepatah katapun. “Tidak,” jawab Abian serius. “Apa kamu merasa aku sedang mempermainkanmu?” Bertanya balik.Alia membaca sorot mata dan raut wajah Abian. Tidak ada tanda-tanda kebohongan. Sorot mata begitu dalam dan tulus.“Sepertinya tidak.”“Mau atau tidak. Itu pilihanmu. Kamu bisa menolak. Aku tidak memaksa,” imbuh Abian meyakinkan Alia sekali lagi. “Lelaki seperti Fahmi harus merasakan apa yang kamu rasakan. Berpisah dengannya membuat Fahmi bahagia bersama selingkuhannya bukan? Sebelum bercerai, kamu tidak ingin membuatnya cemburu