"Yuna ...." Findy memandang Yuna dengan mata berbinar.
"Kenapa, Fin?" tanya Yuna bingung setelah meminum coffe Caramel Machiato favoritnya, dia juga sempat mengelap sudut bibir dengan tisu.
"Jimmy Choo," balas Findy sembari menunduk, matanya terarah ke high heels Yuna, diikuti oleh Erika. "Seharga $1175? Kamu beli di mana?"
Yuna mengangguk dan salah tingkah. "Ya. Pemberian dari suamiku sebagai hadiah ulang tahunku," jelasnya.
"Wah ... Sangat cantik." Findy tidak berkedip sama sekali. "Kau tahu. Aku sangat menginginkan high heels itu, tapi aku terlambat membeli karena Hanya ada lima pasang yang di jual di Indonesia. Ternyata kamu salah satunya. Aku iri padamu."
"Apa kalian berdua tidak penasaran seperti apa mewahnya unit 001?" Yuna mengganti topik, memandang Erika dan Findy bergantian. "Bagaimana kalau kita ke sana dan menjadi tamu tak diundang?"
"Setuju!"
Untuk pertama kali mereka masuk ke unit milik Alia.Findy, Yuna, Erika terpesona dengan kemegahan di dalam unit tersebut. Ruang tamu tampak sangat luas, dengan sofa empuk panjang, dan meja bundar, meja kotak berada di tengah. Dari ruang tamu tersebut bisa melihat keindahan kota Jakarta di lantai paling atas.Bayangkan saat gelapnya malam. Berdiri di balik kaca sambil menikmati minuman favorit masing-masing bersama suami. Pasti, pemandangan lebih indah dua kali lipat di malam hari. Apalagi unit milik Alia adalah gedung tertinggi di kota tersebut.Ruang keluarga dan ruang makan tidak jauh dari ruang tamu. Terletak di dekat tangga, lantai pun bersih dan tampak kinclong seperti wajah Alia.Erika menyongol lengan Yuna berkali-kali ketika matanya melihat ke selu
"Kamu yang mengirimkan gift box itu bukan? Katakan dengan jujur! Apa maksudmu?!" desaknya, tak berani menatap mata Alia."Kalau iya memangnya kenapa?" Alis kanan Alia terangkat."Ada apa?" Muncullah Abian dari arah tangga. Lelaki itu berjalan dengan kedua tangan di masukkan ke kantong celana. Berdiri di samping Alia."Omg! Liat, suami Alia sangat tampan!" Erika tak bisa mengobrol diri. Memuji ketampanan dari Abian. "Dia sangat karismatik!"Fendy dan Yuna setuju dengan ucapan Erika. Dokter tampan itu milik Alia, benar-benar ketampanan mampu melelehkan hati mereka."Jantan sekali!" komentar Yuna saat memperhatikan postur tubuh Abian.
Misella kembali ke unit 002. Langkah cepat, napas naik turun membuat baby sister sedang menggendong Kayla merasa takut pada sang majikan itu. Apalagi tatapan itu."Mengerikan," komentar Baby sister dengan nada rendah.Misella menaiki tangga dengan tergesa-gesa.Sesampai di kamar, Misella mengacak-acak meja riasnya hingga parfum bermerk mahal, dan make up berjatuhan ke lantai. Parfum ada yang pecah, Misella tak peduli. Dia mengerang kesal, berteriak melengking. Emosi menguasai dirinya sejak bertemu dengan Alia."AKHHH! WANITA ITU! KENAPA HARUS TINGGAL DI UNIT 001!" teriaknya hingga kehabisan napas. "APA YANG DIA LAKUKAN DI SINI!"Ketakutan terbesar Misella adalah Fahmi terpikat lagi dengan Alia. Dan Misella takut Fahmi akan berselingkuh dengan mantan istrinya. Sangat takut. Misella mulai membayangkan Fahmi berselingkuh. Kepala
"Kamu masih menyalahkan Sella atas rumah tangga kita yang sudah rusak? Dengan cara mengirimkan box menyeramkan itu? Apa kamu tahu, betapa takutnya dia melihat foto dilumuri darah?"Mendengar itu, Alia menoleh dan tersenyum miring. "Aku tidak peduli.""Jangan melakukan itu lagi," peringat Fahmi.Alia tak menjawab. Dia hanya berharap cepat-cepat pintu lift terbuka dan Fahmi keluar dari lift. Tetapi mengapa terasa begitu lama?"Apakah kamu menikmati berhubungan s*ks dengan Abian?" Tiba-tiba Fahmi bertanya soal pribadi hidup Alia.Alia heran dengan pertanyaan itu. "Ya. Aku sangat menikmati. Entah ... sudah berapa kali. Aku melakukan itu dengannya sejak kita belum bercerai," tutur Alia memberi tahu kebenaran yang selama ini dia rahasiakan."M-maksud kamu? Sebelum kita berpisah, kamu bercinta dengan Abian di belakang
Bola mata Misella membulat terkejut melihat suaminya pulang dengan kondisi babak belur di wajah, sudut bibir berdarah, dan baju acak-acakan. Dia berlari cepat ke arah Fahmi yang berjalan bertatih-tatih."Apa yang terjadi?!" tanya Misella khawatir sambil membantu Fahmi duduk di ruang tamu."...."Pada saat Fahmi akan menjelaskan apa yang telah tadi padanya barusan, Misella pergi dengan langkah buru-buru naik ke tangga. Sambil menunggu sang istri turun, Abian tak henti-henti mengomel kesal."Abian berengsek! Berani sekali dia! Hampir membunuhku!" gerutunya, memegang leher bekas cekikan tangan Abian. "Untung saja aku tidak mati," dumelnya.Misella datang membawa kotak P3K, duduk di samping Fahmi. "Kamu berkelahi?" tanya Misella dengan lembut, tidak bisa dibohongi dari raut wajah, dia ta
Alia menyibukkan diri di dapur sambil menunggu Abian kembali setelah mengunjungi beberapa area di Belleza. Memasak makan malam untuk suami tercinta. Dia bersenandung riang menyanyikan lagu favoritenya dari Taylor Swift berjudul Blank Space agar suasana di dapur tidak terasa sepi.Membuat soup Tom Yum ala seafood, Pesmol ikan, dan sosis pedas dengan saus barbeque.Baru kali ini Alia bersemangat melakukan kegiatan di dapur, sebab Alia jarang sekali memasak. Biasanya hanya membuat sarapan.Bunyi pintu terbuka membuat Alia berteriak dari dapur. Itu pasti Abian!"Kamu pulang, sayang?"Tidak ada sahutan dari Abian, hanya mendengar suara langkah kaki menuju ke arahnya. Alia baru sadar Abian ten
Di ruangan kerja Fahmi.Fahmi terkagum dengan ruangan kerjanya. Dia duduk berputar di kursi duduknya empuk, di atas meja yang luas ada laptop dan beberapa dokumen. Matanya menyapu pandangan seisi ruangan, desain ruangan yang modern dan mewah.Akhirnya, mempunyai pekerjaan setelah menikah dengan Misell. Rencananya berjalan mulus. Fahmi sangat bahagia di hari itu. Tak apa tadi melihat mantan istrinya berciuman dengan suami baru dan, tak apa tadi di marahin oleh Robert habis habisan. Terpenting sekarang sudah resmi menjadi Direktur.Rasa dongkol dan kecemburuan pun lenyap diganti pancaran raut wajah kebahagiaan.Tok. Tok. Tok."Masuk!" perintah Fahmi. Dahi berkerut saat ada lelaki berjas hitam masuk ke ruangan. "Tony Mahendra?" tebak Fahmi, mengingat nama lelaki yang Robert sebutkan.Lelaki itu sudah berdiri tepat di depan meja Fahmi, dia m
"Aku tidak bohong!"Tarikan napas panjang dari Misella bertanda ingin mengakhiri topik pembicaraan malam itu. "Baiklah." Sorot matanya serius. "Jangan membuat Papaku kecewa," mohonnya.Fahmi menunduk. "Aku mengerti.""Aku ingin besok kamu meluangkan waktu untuk makan malam denganku. Pulanglah lebih awal." Setelah mengatakan itu, Misella meninggalkan Fahmi sendirian."Dinner?" gumam Fahmi.Sudah lama keduanya tidak dinner diluar apartemen.***Pagi sekali, Misella mendatangi tempat yang membuka Yoga class. Tempat yang cukup terkenal dan banyak member. Sudah lama dia tidak melakukan yoga sejak kehamilan, jadi bahunya terasa keras bila ditekan dan dipijat.&nb