"Kamu masih menyalahkan Sella atas rumah tangga kita yang sudah rusak? Dengan cara mengirimkan box menyeramkan itu? Apa kamu tahu, betapa takutnya dia melihat foto dilumuri darah?"
Mendengar itu, Alia menoleh dan tersenyum miring. "Aku tidak peduli."
"Jangan melakukan itu lagi," peringat Fahmi.
Alia tak menjawab. Dia hanya berharap cepat-cepat pintu lift terbuka dan Fahmi keluar dari lift. Tetapi mengapa terasa begitu lama?
"Apakah kamu menikmati berhubungan s*ks dengan Abian?" Tiba-tiba Fahmi bertanya soal pribadi hidup Alia.
Alia heran dengan pertanyaan itu. "Ya. Aku sangat menikmati. Entah ... sudah berapa kali. Aku melakukan itu dengannya sejak kita belum bercerai," tutur Alia memberi tahu kebenaran yang selama ini dia rahasiakan.
"M-maksud kamu? Sebelum kita berpisah, kamu bercinta dengan Abian di belakang
Bola mata Misella membulat terkejut melihat suaminya pulang dengan kondisi babak belur di wajah, sudut bibir berdarah, dan baju acak-acakan. Dia berlari cepat ke arah Fahmi yang berjalan bertatih-tatih."Apa yang terjadi?!" tanya Misella khawatir sambil membantu Fahmi duduk di ruang tamu."...."Pada saat Fahmi akan menjelaskan apa yang telah tadi padanya barusan, Misella pergi dengan langkah buru-buru naik ke tangga. Sambil menunggu sang istri turun, Abian tak henti-henti mengomel kesal."Abian berengsek! Berani sekali dia! Hampir membunuhku!" gerutunya, memegang leher bekas cekikan tangan Abian. "Untung saja aku tidak mati," dumelnya.Misella datang membawa kotak P3K, duduk di samping Fahmi. "Kamu berkelahi?" tanya Misella dengan lembut, tidak bisa dibohongi dari raut wajah, dia ta
Alia menyibukkan diri di dapur sambil menunggu Abian kembali setelah mengunjungi beberapa area di Belleza. Memasak makan malam untuk suami tercinta. Dia bersenandung riang menyanyikan lagu favoritenya dari Taylor Swift berjudul Blank Space agar suasana di dapur tidak terasa sepi.Membuat soup Tom Yum ala seafood, Pesmol ikan, dan sosis pedas dengan saus barbeque.Baru kali ini Alia bersemangat melakukan kegiatan di dapur, sebab Alia jarang sekali memasak. Biasanya hanya membuat sarapan.Bunyi pintu terbuka membuat Alia berteriak dari dapur. Itu pasti Abian!"Kamu pulang, sayang?"Tidak ada sahutan dari Abian, hanya mendengar suara langkah kaki menuju ke arahnya. Alia baru sadar Abian ten
Di ruangan kerja Fahmi.Fahmi terkagum dengan ruangan kerjanya. Dia duduk berputar di kursi duduknya empuk, di atas meja yang luas ada laptop dan beberapa dokumen. Matanya menyapu pandangan seisi ruangan, desain ruangan yang modern dan mewah.Akhirnya, mempunyai pekerjaan setelah menikah dengan Misell. Rencananya berjalan mulus. Fahmi sangat bahagia di hari itu. Tak apa tadi melihat mantan istrinya berciuman dengan suami baru dan, tak apa tadi di marahin oleh Robert habis habisan. Terpenting sekarang sudah resmi menjadi Direktur.Rasa dongkol dan kecemburuan pun lenyap diganti pancaran raut wajah kebahagiaan.Tok. Tok. Tok."Masuk!" perintah Fahmi. Dahi berkerut saat ada lelaki berjas hitam masuk ke ruangan. "Tony Mahendra?" tebak Fahmi, mengingat nama lelaki yang Robert sebutkan.Lelaki itu sudah berdiri tepat di depan meja Fahmi, dia m
"Aku tidak bohong!"Tarikan napas panjang dari Misella bertanda ingin mengakhiri topik pembicaraan malam itu. "Baiklah." Sorot matanya serius. "Jangan membuat Papaku kecewa," mohonnya.Fahmi menunduk. "Aku mengerti.""Aku ingin besok kamu meluangkan waktu untuk makan malam denganku. Pulanglah lebih awal." Setelah mengatakan itu, Misella meninggalkan Fahmi sendirian."Dinner?" gumam Fahmi.Sudah lama keduanya tidak dinner diluar apartemen.***Pagi sekali, Misella mendatangi tempat yang membuka Yoga class. Tempat yang cukup terkenal dan banyak member. Sudah lama dia tidak melakukan yoga sejak kehamilan, jadi bahunya terasa keras bila ditekan dan dipijat.&nb
Bel pintu berbunyi berkali-kali.Alia berjalan cepat untuk membuka pintu sambil menggerutu, "Siapa sih pagi-pagi berisik memencet bel! Menganggu saja!""Siapa?" tanya Alia saat pintu terbuka."Nyonya Alia, ya?" "Ya.""Ada paket, Nyonya."Rupanya yang datang pengirim paket. Tanpa curiga dan tidak bertanya dari siapa, Alia sudah menerima paket itu. Langsung membawa ke dalam. Dengan tidak sabar membuka paket, betapa bahagianya mendapatkan bunga tulip."Sayang ... Bunga tulip ini darimu?" tanya Alia."Ya. Untukmu sayang.""Ah ... terima kasih." Alia menaruh bunga itu di vas. "Sudah lama aku tidak menerima bunga," ucap Alia dengan senyuman manis. Sangat bahagia mendapatkan bunga dari sang suami setelah sekian lama.Abian sedang membaca koran di ruang tamu, ditemani segelas kopi. Lelaki itu melepaskan kacamata mendengar suara lembut dari Alia, menoleh sesaat. "Aku merasa sangat berterima kasih padamu, telah menerimaku," pungkasnya. Sengaja memberi bunga sebagai tanda kasih sayang pada seor
Kelas Yoga baru selesai. Di dalam ruangan tersisa dua wanita. Mata Marsha membulat melihat Misella berjalan ke arahnya. Dia baru menyadari Misella ikut kelas Yoga. Keduanya berhadapan, saling memandang cukup lama. "Kerja bagus. Sudah lama bekerja di sini?" Misella berkata lebih dulu untuk mencairkan suasana perang dingin antara keduanya. Dia bersikap tenang, sementara ekspresi Marsha terkejut. Dulu Misella dan Marsha bersahabat, sekarang sudah menjadi musuh. "Aku sudah beberapa bulan bekerja di sini," balasnya. "Untuk apa kamu ikut kelas Yoga?" Marsha bertanya balik. Misella tertawa kecil dengan pertanyaan yang diajukan Marsha. Padahal sudah jelas dulu mereka berdua sering berolahraga bersama. "Sudah lama aku tidak berolahraga. Apa kamu masih berhubungan dengan Alia?" Marsha diam saja. Tidak menjawab. "Kamu masih menguntitku dan melapor pada Alia. Memberi tahu tentang apa yang aku lakukan?" Misella bertanya lagi. Marsha mengalihkan pandangan ke kanan. "Tidak," jawabnya singk
"MAMA ..." teriak Alia. Sesuai janjinya mengunjungi rumah Mama Davina di waktu siang. "Hai, sayang! Akhh ... Kamu sudah datang?!" Davina ikut berteriak, muncul menuruni tangga dengan tergesa-gesa, berlari kecil ke arah putri semata wayangnya lalu memeluk erat untuk melepaskan kerinduan. "Mama sudah kangen berat sama kamu tau." Alia membalas pelukan hangat itu. Kedatangannya telah ditunggu Mama tercinta. "Alia juga, Ma." Pelukan terlepas. Davina mencium kening Alia dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana keadaan kamu sayang selama tinggal di apartemen Belleza?" tanyanya, suara terdengar sangat khawatir pada Alia. "Aman, Ma. Aku dan Abian merasa nyaman tinggal di apartemen," jawab Alia, berucap meyakinkan agar Davina tidak mengkhawatirkan dirinya. "Mama bagaimana? Baik, kan? Papa mana?" Alia mengedar pandangan, rumahnya sepi. "Tentu saja keadaan Mama baik." Davina mengelus kedua lengan Alia. "Papa sedang di luar kota, sayang. Besok pulang," imbuhnya memberi tahu. Alia mengecutkan bi
Note sebelum baca;Karena ada kesalahan isi bab 36, 37. Silahkan log out dari akun terus masuk lagi. Isi bab sudah berubah dari bab 36, 37. Biar nyambung baca bab ini. Thanks you!***"Bukankah kamu sibuk?""Tidak terlalu. Kamu sedang di rumah Mama? Salam buat Mama Davina. Maaf tidak bisa ikut.""Nanti aku sampaikan salamnya.""Aku sudah memesan tempat restoran yang bagus." Ini yang Alia suka. Abian adalah type lelaki tanpa basa-basi dan bertanya, langsung menghubungi mengajak dinner dan sudah reservasi meja."Baiklah.""Okay. Sayang ... Maaf ya untuk tadi pagi, aku tidak bermaksud mengacuhkanmu." Abian sadar telah melakukan kesalahan. "Maka dari itu aku menembus kesalahku, mengajakmu makan ma