Beranda / Pernikahan / Kamu Menidurinya? / 11. Ancaman Dari Misella

Share

11. Ancaman Dari Misella

Zeta menemui Misella untuk memberi nasehat agar tidak marah seperti tadi kepada ibu pasien, seharusnya Misella tahu betapa terpukulnya Ibu pasien ketika Putrinya bunuh diri yang hampir merebut nyawanya.

“Kamu tidak bisa mengontrol emosimu? Kamu itu Dokter psikiater! Seharusnya tidak seperti itu kepada Ibu pasien!” ucap Zeta kesal.

“Aku berteriak kepadanya, meneriaki bahwa dia hampir membunuh putrinya, Itu bukankah masalah besar,” jawab Misella enteng.

Zeta tersenyum miring. “Bukan masalah besar katamu?!”

Misella menghela napas. “Chintya, dia pasienku yang tidak mau diterapi dan ibunya membawa kabur dari rumah sakit.” 

“Sekarang putrinya, apa kamu ingin melihat ibunya yang dirawat psikiatri?” tanya Zeta dengan nada menyindir.

Misella diam. Sejak dirinya mempunya mental illnes juga, dia menjadi sensitif pada orang yang yang mencoba bunuh diri, karena Misella beberapa kali pernah melakukan bunuh diri namun gagal. 

“Jika pasien meninggal, kamu memang akan kehilangan satu dari ribuan pasienmu setiap tahun. Tapi, orang tua pasien akan kehilangan semuanya. Kenapa kamu malah bersikap seperti orang yang lebih tersiksa. Beraninya kamu berteriak kepadanya? Kamu ingin menghancurkan kami sebagai dokter kejiwaan dan mencabut lisensi doktermu? Kamu ingin hal itu terjadi, huh?”

Zeta berkata panjang lebar sambil memandang Misella dengan tatapan emosi.

Mendengar perkataan Zeta, Misella kesal dan melemparkan botol minum ke arah tempat sampah. Lalu Misella berbalik pergi tanpa mengatakan apapun.

“Hey! Pembicaraan kita belum selesai!” Zeta berteriak agar Misella jangan langsung pergi begitu saja sebelum pembicaraan selesai.

Misella berjalan sambil mengikat rambut. Tidak peduli dengan teriakan Zeta.

***

Sudah satu jam mengelilingi rumah sakit,  Fahmi tidak menemukan keberadaan Misella. Lelaki itu apek berlari ke sana kemari dan tidak membuahkan hasil. 

"Kemana sih wanita itu?" dumel Fahmi dengan perasaan gelisah.

Sejak makan siang hingga jam lima sore Misella tak menghubungi Fahmi, bahkan nomornya tidak bisa dihubungi.

"Maaf, apa kamu melihat Dokter Sella?" tanya Fahmi pada perawat yang dia temui di lorong rumah sakit.

"Dokter Misella sudah pulang setelah menangani pasien bunuh diri," jawabnya.

Fahmi menghela napas lega. Dia mengangguk mengerti dan kemudian kembali ke ruangannya untuk bersiap-siap pulang. Hari ini tidak lembur, Fahmi sengaja pulang lebih awal. Sekarang Fahmi agak sedikit tenang, tapi di sisi lain kenapa wanita itu tidak memberi tahunya pulang lebih awal? 

Bikin khawatir saja!

"Kamu mau pulang?" tanya Erza melihat Fahmi membereskan barang-barang di atas meja.

Fahmi hanya mengangguk saja.

"Wih tumben." Erza geleng-geleng kepala. "Dokter Fahmi yang baik hati, budiman, dan dermawan tidak lembur seperti biasa. Waw ada apa, nich? Pasti ada sesuatu," goda Erza dengan tanpa dosa nyengir hingga deretan gigi putih terlihat.

Fahmi melirik sekilas wajah Erza yang menyebalkan. "Berisik amat jadi orang!" gerutu Fahmi, sama sekali tidak ingin mendengar celoteh dari sahabatnya yang garing itu. Segera meninggalkan ruangan.

Erza tertawa ngikik melihat kepergian Fahmi. "Hey! Pulang beneran lho, Mi. Jangan mampir-mampir ke sana kemari buat nyari janda! Haha," teriak Erza tanpa tahu malu. 

***

Fahmi berjalan menuju ke tempat parkir, sesekali pandangannya terfokus pada layar ponsel dan berusaha menghubungi Misella. Semoga kali ini Misella mengangkat panggilan darinya, merasa sudah lelah menunggu kabar, dan akhirnya panggilan tersambung.

"Hai sayang. Kenapa baru diangkat, sih," omel Fahmi. "Aku dari tadi panik tahu. Kamu di mana sekarang?" tanya Fahmi cemas. 

Misella menjawab sedang di rumah dan menyuruhnya ke rumah untuk menemani karena berada sendirian di rumah besar. Keluarga Misella sedang pergi ke luar kota untuk urusan bisnis. Jadi kondisi rumah sangat sepi, hanya ada Misella seorang.

Fahmi terdiam. Berpikir.

"Cepat ke rumahku. Aku sendiri di sini!"

"Sorry, sayang ... sepertinya a-aku nggak bisa," tolak Fahmi seraya membuka pintu mobil. "Malam ini aku akan pulang lebih awal, karena aku sudah berjanji pada Alia. Kamu tahu kan akhir-akhir ini hubungan aku dengan Alia tidak baik-baik saja," lanjut Fahmi mencoba menjelaskan dan berharap Misella mengerti.

Percuma! Penjelasan apapun Misella tidak menerima penolakan. Wanita itu tetap memaksa Fahmi agar datang ke rumahnya malam ini juga.

Fahmi memijit keningnya. Bingung dengan dua pilihan. Dia pulang ke rumah atau menemui Misella? Namun, pesan Misella berikutnya membuat Fahmi menggertakkan gigi. Misella mengancamnya.

"Ke sini sekarang atau aku kasih tahu istri kamu tentang hubungan kita!"

Komen (4)
goodnovel comment avatar
ni'matul jannah
kasihan.. Alia di PHP terus .. cuek aja Al..klo Fahmi pulang..
goodnovel comment avatar
Gould Amadine
dokter g py atitude cm good looking
goodnovel comment avatar
yenyen
main main sama orang gila
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status