Lalu aku melihat ada cafe yang terlihat ramai pengunjung. Aku pun tertarik untuk pergi ke sana."Alex. Ayo kita pergi ke cafe itu!" ujarku mengajak Alex."Tapi di sana sedang ramai. Apakah kau ingin menunggu?" tanya Alex."Tidak apa, aku akan menunggu. Biasanya tempat yang ramai adalah tempat yang bagus," ujarku dengan yakin."Hm biasanya kan. Ya sudah ayo ke sana," ujar Alex.Setelah cukup lama mengantri. Kami akhirnya mendapatkan tempat dan segera duduk."Wah benarkan kataku. Cafe ini tempatnya bagus," ujarku."Kamu benar. Suasananya bagus di sini," ujar Alex.Karena kami berpergian selalu memakai penyamaran. Makanya tidak ada yang menyadari kami."Permisi kami mau pesan!" aku pun memanggil pelayan untuk memesan.Lalu seorang pelayan perempuan pun segera datang menghampiri kami.Wah dia sangat cantik ... pikirku saat pertama kali melihat pelayan."Permisi. Mau pesan apa?" ujar pelayan itu."Aku mau pesan jus jeruk. Kalau kamu apa Alex?" tanyaku."Aku jus mangga saja," ujar Alex."Bai
"Jadi bagaimana? Apakah pendapatmu masih sama ketika pertama kali tadi melihatnya?" tanyaku dengan senyum jahil."Be-berisik. Diamlah," ujarnya Erika malu-malu."Wah lihat tuh dia malu," ujar Alex.Erika langsung menatap sinis kepada Alex. "Oh ok. Aku berhenti," ujar Alex.Lalu tidak lama kemudian Leon datang mengantarkan pesanan mereka. "Baik, ini dia pesanan kalian. Silahkan dinikmati," ujar Leon."Wah terima kasih, Pelayan. Silahkan berkerja keras, ya." ujar Erika meledek."Hm terserahlah," lalu Leon mengantarkan pesanan orang lain. Saat dia meletakkannya. Ada seorang perempuan yang memegang tangan Leon."Hei tampan. Apakah kamu ingin berjalan-jalan bersama kami?" tanya perempuan itu dengan tatapan menggoda."Haha. Terima kasih atas tawarannya. Tapi maaf saat ini saya sedang sibuk. Permisi," saat Leon ingin pergi perempuan itu menahan tangannya."Ayolah. Setidaknya malam ini temani kami berkeliling," ujarnya."Maaf kak. Tapi saya terburu-buru," ujar Leon kebingungan."Hanya untuk ma
"Hm, begitu ... Ngomong-ngomong kau bekerja sebagai apa?" tanya Erika pada Rena."Ah itu, aku jadi penulis kecil saja. Aku buat cerpen, kemudian mencetaknya dan lalu menjualnya," jawab Rena."Kalau ada waktu aku akan membantumu," ujar Leon."Terima kasih, Leon. Kau baik sekali," jawab Rena."Alex berkerja sebagai asisten pelukis kan? Ngomong-ngomong apakah kau tidak akan menyusahkan? Kan gambarmu itu ..." ujar Erika."Iya-iya aku tahu gambarku jelek. Aku pun hanya sekedar membantu pekerjaan kecil saja, bukan melukis secara langsung," jawab Alex."Eits!" Rena menghentikan mereka bertiga."Ada apa, Rena?" tanya mereka serentak."Aku mau beli es krim!" jawab Rena sambil menunjuk ke arah stan es krim.Plak! Alex memukul Rena. "Kau ini bikin khawatir saja," ujar Alex.Mereka berempat pun membeli es krim bersama dengan rasa yang berbeda.Beberapa hari berikutnya Rena dan Alex kembali lagi ke pencetak saat libur sekolah. Dan Rena mendapatkan beberapa kardus yang berisikan duplikat cerpen mili
"Apa yang harus kami lakukan?" tanya Erika. Saat ini Leon dan Erika masih menggunakan pakaian pelayan mereka.Rena melihat sekitar dan tersenyum melihat orang-orang yang berjalan memandangi Leon dan Erika.Rena membagikan buku-buku cerpen miliknya ke tangan Leon dan Erika."Sekarang tolong kalian jual buku-buku ini sambil berkeliling menggunakan pakaian pelayan kalian itu, ya." ujar Rena."Ha! Apa? Enggak-enggak. Aku gak mau!" ujar Erika menolak."Oh ayolah, Erika. Kau tidak mau kan jika rahasiamu itu terbongkar?" tanya Rena sambil menyeringai."Rahasia apa yang kau maksud?" tanya Erika bingung.Lalu Rena berbisik kepada Erika untuk menjawab pertanyaannya. Rena mengancam Erika dengan bilang kalau dia akan mengatakan jika Erika suka pada Leon."Eh kau mengancamku dengan itu ya? Tinggal kubilang saja hal yang sama kepada Alex," jawab Erika."Ya silahkan kau bilang saja. Aku sih tidak peduli ya. Toh nanti aku juga bakal kasih tahu dengan sendirinya," jawab Rena tidak takut.Berbeda dengan
Gawat! pikir Alex."Pangeran! Hei semuanya! Di sini ada pangeran Alex!" teriak perempuan itu terkejut melihat Alex."Apa? Pangeran Alex? Mana? Di mana dia?""Di sana! Pangeran Alex!"perempuan lain mulai mengejar dan mengekerumuni Alex."Waduh. Gimana caranya aku bisa ke luar dari sini," ujar Alex.Sementara itu Rena masih berusaha menjual buku cerpennya."Ayo! Semuanya! Silahkan di lihat-lihat dulu. Bukunya dengan cerita yang menarik dan bikin nagih! Ayo dilihat dulu!" seru Rena.Lalu ada laki-laki yang menghampiri Rena."Kak, berapa bukunya satu?" tanya orang itu."Murah kok, bang. Cuman 30 aja. Mau berapa?" tanya Rena."Satu aja, kak." Laki-laki itu merogoh koceknya."Waduh, kak. Sepertinya uang saya ketinggalan. Begini saja deh, kak. Kakak mau gak ikut aku sebentar untuk ambil uangnya?" tanya orang itu."Tapi saya tidak bisa meninggalkan kios saya." jawab Rena."Sebentar saja kok, kak. Rumah saya tepat di ujung gang itu. Sebenarnya buku ini saya belikan untuk adik saya yang sedang
Mereka bertiga pun pergi ke rumah Yuna dan bertanya kepada para pengawal."Pak, apakah kalian melihat Yuna?" tanya Erika."Putri Yuna? Saya tidak melihatnya dari tadi putri Erika. Setahu saya putri Yuna tidak ada keluar dari kamarnya dari tadi pagi," jawab pengawal."Loh? Bukannya dia-" Alex langsung menutup mulut Erika."Oh begitu ya, pak. Apakah tuan dan nyonya ada di rumah?" tanya Alex."Mereka tidak ada di rumah pangeran. Mereka sedang pergi ke luar kota dalam seminggu ini," jawab pengawal."Baiklah. Aku ingin bapak beritahukan kepada semua orang yang ada di rumah kalau misalnya Yuna ada di rumahku. Dia sedang menginap," ujar Alex."Hah? putri ada di rumah pangeran? Bagaimana bisa?" tanya pengawal yang terkejut."Hehe iya. Sebenarnya Yuna pergi diam-diam. Jadi jangan khawatir tentang Rena," jawab Alex."Siap pangeran. Saya tidak akan khawatir kalau putri ada bersama pangeran," ujar pengawal."Kalau begitu kami permisi dulu, pak." ujar Alex."Hati-hati di jalan," ujar pengawal samb
Pria itu terburu-buru mengeluarkan kunci dari sakunya dan membuka jeruji besi kemudian masuk ke dalam.Pria itu perlahan mendekati Yuna. "Hehe, ke sini kamu putri Yuna ..." ujar pria itu.Yuna mulai mundur perlahan dan akhirnya tersudut. "Ti-tidak! Menjauhlah!" Yuna berteriak."Ayo ... Kemarilah. Jangan takut," pria itu menjulurkan tangannya.Yuna lalu tersenyum dan menangkap tangan pria itu."Eh? Apa yang kau lakukan?" pria itu terkejut."Apa yang kulakukan? Cuma bentuk pertahanan diri saja, kok. Hiaaahh!" Yuna menarik tangan pria itu dan mengangkatnya ke atas.Braak! Kemudian membantingnya ke lantai."Hoaahk!" pria itu kesakitan.Duk-duk! Yuna menendang biji zakar pria itu berkali-kali."Ukh! Aw! Berhenti! Stop!" pria itu merintih kesakitan."Hahaha rasakan ini! Kau pikir karena aku perempuan, aku tidak bisa melawan gitu? Salah besar kawan. Aku sudah belajar bela diri dari kecil loh!" Yuna terus menendang-nendang biji zakar pria itu hingga Yuna tidak sadar pria itu sudah pingsan."O
Yuna kemudian berlari cepat ke depan sambil menghunuskan pedangnya.Trang! bibi langsung menangkis dan membuat pedang Yuna terhempas. Yuna refleks langsung mundur menjauh ke belakang."Masih belum cukup putri. Kau harus lebih serius lagi. Kemampuanmu tidak hanya sampai di sini saja kan?" ujar bibi memancing emosi Yuna.Yuna mengambil pedangnya."Baiklah bi. Dari tadi aku masih ragu. Tapi kau tahu. Kau benar-benar hina," ujar Yuna.Pandangan Yuna seketika menjadi dingin. "Siap-siap saja. Kau akan kubunuh di sini," ujar Yuna."Haha coba saja, putri!" jawab bibi.Yuna kembali berlari lagi menuju bibi dengan tangan yang siap mengayunkan pedangnya.Bibi tersenyum karena dia merasa Yuna akan mengulangi hal yang sama. Saat Yuna tepat berada di depannya, ia mengayunkan pedangnya untuk menangkis tapi dia terkejut karena tiba Yuna merunduk ke bawah dan dengan cepat memukul kaki bibi menggunakan sikutnya.Krek! kaki bibi menjadi retak karena pukulan Yuna yang kuat."Akh! Sialan kau!" bibi lang
Karena mereka berdua sama-sama tidak mau mengalah. Akhirnya mereka berdua pun walau merasa ketakutan memberanikan diri untuk masuk ke dalam.Saat membeli tiket dan berdiri depan pintu saja mereka sudah merinding. Sambil menunggu antrian masuk. Mereka mendengar suara jeritan dan teriakan dari dalam ruangan. Serta suara-suara yang menyeramkan.Hal itu membuat Leon dan Erika semakin gemetar dan berkeringat dingin. Leon yang menyadari kalau Erika berkeringat langsung menyindirnya."Ih kamu kok keringetan begitu? Itu keringat dingin ya? Pasti kamu ketakutan kan?" tanya Leon."Enak aja kamu ya. Ini mah karena aku habis main tadi. Kamu sendiri tuh liat. Keringat banyak banget lagi. Mana bau lagi," jawab Erika."Eh enak aja mulutmu ya. Gini-gini aku masih harum ya." ujar Leon."Heleh." ujar Erika."Hiaah! Aku tidak sanggup lagi! Aku takut!" di tengah percakapan mereka berdua, tiba-tiba saja ada seseorang yang lari terbirit-birit ke luar dari pintu masuk sambil menangis karena ketakutan.Leon
Kemudian setelah beberapa saat. Mereka berdua sudah hampir mencapai ke sembilan puluh sembilan kalinya percobaan.Sementara itu Leon sudah muak dan jenuh terus-terusan kalah dan hanya menang beberapa kali saja."Waw ini sudah yang ke yang sembilan puluh sembilan kalinya loh, Leon. Apakah kau tidak bosan? Aku saja sampai mengantuk menunggu ini selesai. Kenapa tidak menyerah saja sih? Toh kamu hanya beberapa kali menang saja kan?" tanya penjaga kios."Sudah diamlah. Apakah kau mau kupukul?" tanya Leon."Oh enggak-enggak bang. Santai ya." jawab penjaga kios.Sembari Leon memasukkan pelurunya ke dalam pistol. Tiba-tiba saja dia melihat ada sebuah boneka kecil berbentuk kucing dan dia teringat dengan Erika yang sangat suka dengan kucing.Dari pada aku gak dapat hadiah. Aku coba incar boneka kucing itu deh. Pokoknya aku harus bisa dapat. pikir Leon."Hei bung. Jika kali ini aku bisa berhasil menembak. Maka aku mau hadiah boneka kucing yang ada di sana jadi milikku ya," ujar Leon sambil menu
"Karena kemarin aku sudah membantumu untuk drama ini. Sekarang bisakah kau dengarkan aku sebentar saja?" tanya Sora."Iya-iya. Cepatlah, aku akan mendengarkannya." jawab Alex."Ih itu anak masih saja kasar ya. Lihat aja nanti kupukul dia." ujar Yuna bisik."Aku suka padamu," ujar Sora."Hah!" Yuna ternganga dan berteriak di dalam hatinya.Jadi Sora suka sama Alex ya ... Apa yang harus kulakukan? Apa aku mundur saja ya untuk mendapatkan hati Alex?"Kamu sudah tahu apa jawabanku kan? Maaf dan terima kasih." jawab Alex."Hah! Apa-apaan itu? Kenapa jawabannya kayak begitu!" ujar Yuna teriak dalam hatinya."Jadi begitu. Kau tetap suka padanya. Hahaha aku memang bodoh. Padahal aku sudah tahu tidak akan menang, tapi tetap saja aku mencobanya. Yah baiklah, aku paham. Terima kasih atas jawabanmu." ujar Sora lalu kemudian dia berbalik dan segera pergi dari Alex."Tunggu sebentar. Apa yang baru saja terjadi? Alex menolaknya begitu saja?" Yuna sangat kebingungan."Hei Yuna mau berapa lama lagi ka
Dor! peluru datang melesat menembus kepala Sora. Sora memeriksa kepalanya."Hah? Apa ini? Kenapa ada darah ..." Bruk! Sora terjatuh.Alex datang mendekat dan memeriksa keadaan Sora."Bagus. Dia sudah tiada. Hm? Apa yang terjadi padamu Yuna? Kenapa kau terdiam?" tanya Alex setelah melihat Yuna."Hah? Tidak ada. Aku hanya sedikit terkejut saja. Terlalu banyak hal yang mengejutkan. Aku sedikit pusing." ujar Yuna."Itu hal biasa. Kau mungkin cukup awam akan hal ini," ujar Alex."Awam matamu. Lagi pula bagaimana bisa seorang penyihir kalah begitu saja?" tanya Yuna."Oh kalau masalah itu. Sebenarnya aku sudah menyiapkan seorang sniper dan juga alat penghalang sihir di sekitar tempat ini. Jadi dia tidak akan bisa mendeteksi ada sniper yang sedang mengintainya. Ide bagus kan?" ujar Alex."Kau benar. Sangking bagusnya aku sampai kaget." ujar Yuna.Lalu mereka kembali melanjutkan dramanya sampai pada akhirnya Alex dan Yuna menikah pada di ceritanya.Walau Yuna sempat beberapa kali kesulitan unt
"Apa maksudmu Alex! Kenapa kau sekarang seperti ini? Sejak kau bertemu dengan dia, kau jadi orang yang berbeda." tanya Yuna kesal."Apa yang kau katakan? Aku benci sekali dengan sifatmu yang sangat kekanak-kanakan itu. Sejak aku bertemu dengan Sora, aku akhirnya paham apa artinya cinta itu," ujar Alex."Cinta kau bilang! Kau itu tunanganku! Kenapa kau bisa jatuh cinta dengan gadis lain? Apa kau gila? Kita sudah selalu bersama kau tau!" ujar Yuna."Kau tahu. Kenangan itu tidak selalu bisa tumbuh menjadi cinta. Dan yang perlu kau tahu, pertunangan kita itu hanya karena urusan politik," ujar Alex."Apah iya?" Ayah Yuna menyeringai.Mendengar ucapan dari Alex. Yuna hanya bisa menundukkan wajahnya dan terdiam."Baiklah ... Kalau itu yang kau mau. Lihat saja kau wanita jalang. Akan kuberi kau pelajaran," ujar Yuna.Kemudian Yuna pun pergi dengan perasaan yang sangat kesal."Kau baik-baik saja Sora? Apakah ada yang sakit?" tanya Alex."Hehe, tidak apa kok Alex. Aku baik-baik saja. Lihat nih!
"Aku penasaran bagaimana putriku tampil malam ini?" ujar ibu Yuna."Apa yang perlu kau tanyakan? Dia itu kan anak kita. Pasti dia akan sangat hebat. Ayo anakku semangat! Tunjukkan yang terbaik!" ayah Yuna bersorak menyemangati Yuna."Hahaha!" semua orang tertawa "Masalahnya bukan begitu. Apakah kau tidak ingat bagaimana saat Yuna masih sd dan pertama kali ingin tampil drama? Kan waktu itu karena sangking gugupnya dia sampai ngompol di celananya. Dan dia pada akhirnya tidak jadi ikut main dramanya," ujar ibu Yuna khawatir."Hm ... Yah kau tidak salah sih ... Tapi ya sudahlah. Mari ikuti saja acara ini dengan tenang," jawab ayah Yuna."Hehe, sepertinya ayahmu sedang asik membicarakan tentang kejadian kau waktu sd," ujar Alex menebak setelah mengintip ke arah penonton."Iyakah? Memangnya kenapa waktu sd ... Ah sialan kau. Mana mungkin mereka membicarakan itu. Mengingat hal itu aku aja jadi ingin buang air kecil dulu," ujar Yuna."Ya sudah. Sana cepat. Biar aku suruh mereka untuk mengulu
Setelah itu mereka bersenang-senang hingga puas di kios-kios festival. Hingga sampailah mereka di rumah hantu buatan kelas lain."Wah ... Mereka berhasil membuatnya dengan sempurna ya," ujar Yuna melihat tampilan pintu masuk."Kau benar. Ini semua terlihat sangat asli. Untuk darah ini? Pewarna ya?" ujar Alex memeriksa."Sangking bagusnya suasananya jadi mencekam," ujar Erika."Hehe kamu takut ya?" tanya ledek Leon."Eh enak aja kau ya. Siapa yang takut. Kau lihat saja. Ayo Yuna kita masuk ke dalam," ujar Erika sambil membawa Yuna."Eh? Kenapa aku dibawa-bawa?" ujar Yuna.Erika langsung membayar tiket masuk dan masuk ke dalam dengan perasaan kesal."Kau mau masuk?" tanya Alex."Ha? Kau pikir aku takut ya? Mana mungkin aku takut dengan hal seperti ini. Hahaha," jawab Leon lalu membeli tiket masuknya."Ini anak kenapa sih? Aku padahal cuma nanya mau masuk atau enggak aja," ujar Alex bingung.Alex pun juga membeli tiket dan masuk ke dalam.Sesampainya di dalam, perasaan berani dan kesal m
Hm yah mari anggap saja dia sedang kelelahan. Mungkin mereka latihannya berulang-ulang. Ngomong-ngomong soal latihan. Aku kan belum latihan, ah ini gawat!Yuna memukul meja Alex."Alex! Aku kan belum latihan! Bagaimana ini?" tanya Yuna khawatir."Ah! Kau ini bikin kaget saja. Ya tinggal latihan saja lah, toh waktu untuk latihan masih banyak kan?" jawab Alex."Oh iya kamu benar juga, hehe." ujar Yuna.Lalu besok hari pun datang. Mereka semua mulai membuat hal yang diperlukan untuk acara festival.Sementara itu Yuna, Alex dan yang lainnya berlatih di ruang kelas yang kosong. Mereka berlatih sangat serius hingga Yuna merasa kalau mereka dapat melakukan ini dengan lancar saat acara.Yuna dan yang lainnya juga membantu untuk mendekor kelas. Mereka juga sempat bertengkar untuk menentukan bagaimana bentuk hiasan kelas. Mereka juga sampai beberapa kali membuat kesalahan sampai bahan persediaan habis dan akhirnya karena uang kas sudah habis. Mereka mengambil barang-barang dari rumah mereka mas
"Karena udah ditentuin pemerannya, sekarang siapa yang mau pergi beli bahan-bahan acara?" tanya bu guru."Saya aja buk! Tapi Leon, Yuna sama Alex juga ikutan," ujar Erika."Kenapa aku dibawa-bawa?" tanya Leon."Sudahlah. Mau nilai kau jadi bagus gak? Ada nilai tambahnya kan buk?" tanya Erika."Hm ... Nilai tambah ya. Bolehlah. Karena kalian mau bantu-bantu kelas ini," jawab bu guru."Ok aku ikut," Leon langsung bersiap.Yes aku bisa jalan-jalan sama Leon lagi, walau gak dapat peran, yang penting bisa sama Alex! Yuna kegirangan."Anu, aku tinggal aja dulu ya. Ajak yang lain aja." ujar Alex."Heh! Kenapa?" tanya Yuna."Tunggu sebentar. Buk saya boleh lihat naskahnya tidak?" tanya Alex."Boleh. Ini silahkan," jawab bu guru.Alex pun memeriksa naskahnya."Wah, dialog untukku dan Sora banyak juga ya. Harus banyak latihan ini. Sedangkan peran kau tidak terlalu banyak, Yuna. Jadi karena itu, aku dan Sora harus tinggal untuk latihan," jawab Alex.Yuna mematung mendengar jawaban Alex."Sudahla