Home / Romansa / Kamar Dingin CEO / Chapter 2 -berita terpanas

Share

Chapter 2 -berita terpanas

Author: Aliannaxsya
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aiden membawa wanita yang tiba-tiba memeluknya itu ke apartemennya. Entahlah...  itu sebuah keajaiban jika orang-orang mengetahuinya.

Seorang Aiden Faeyza yang terkenal dengan  wanitanya akan tunduk terhadapnya tanpa melakukan apapun, dan sekarang ia seolah mengemis duluan dan memperlakukannya dengan sangat baik, itu sungguh langka karena Aiden biasanya sangat dingin terhadap mahluk yang bernama perempuan, mau itu pacarnya sekalipun.

Tolong diingat, bahwa wanita yang sekarang berada di gendongannya itu wanita pertama yang dia bawa ke apartemennya.

Bahkan sekarang sudah berada di kamarnya, berbaring di atas tempat tidurnya. Sebrengsek-brengseknya Aiden, dia belum pernah membawa wanita ke apartemennya atau pun Mansionnya. Karena wanita yang selalu datang kepadanya, hanya mainananya sajaㅡ karena merekapun sama sepertinya, hanya ingin status yang tinggi atau paling parahnya menjadikannya ATM berjalan.

Ting! Nong! Ting! Nong!

Aiden segera beranjak untuk membuka pintu apartnya, dia mengundang seseorang yang terkenal dengan slogan 'Sipaling ahli wanita' sungguh Aiden tidak berniat untuk meminta tolong terhadap pria itu, hanya saja pria itu terlalu penasaran dengan wanita yang ia bawa.

Nit! 

Saat pintu terbuka pria itu langsung menerobos masuk, "Mana! Dimana?? Dimana wanita yang berhasil menggoda teman ku hingga di bawa ke apartemennya?" Dia Digo satu-satunya teman Aiden, dan sekarang sedang heboh dengan mata menelaah ke penjuru ruangan.

Dengan santainya Aiden menunjuk kamarnya dengan dagunya, kamar satu-satunya yang ada di apartemennya. Bukannya ia tak mampu untuk membeli apartemen yang lebih luas, tapi ia hanya tak menyukai sesuatu yang kosong, bahkan setiap sudut rumahnya terisi penuh dengan barang-barang yang tersusun rapih.

"Bahkan kau memasukan wanita itu ke kamar mu?!" Digo menatap Aidem dengan tatapan tak percaya, tanpa menunggu jawaban Aiden Digo langsung berlari ke arah kamar Aiden.

"SHITT!! GILA! DIMANA KAU MENEMUKAN BIDADARI SECANTIK INI!?" Pekikan Digo kali ini membuat Aiden sedikit kesal.

Aiden menarik Digo keluar dan langsung menutup pintu kamarnya. Ia menatap temannya tajam, "pertama aku tak mau ada gosip apapun yang terkait dengan wanita itu, kedua... bagaimanapun caranya kau harus mencari data-data tentang wanita itu kalo bisa dari semenjak dia lahir, dan terakhir... dia wanita ku." Untuk kata terakhirnya Digo sedikit spechless dan terkaget-kaget.

Melihat raut wajah Digo barusan Aiden baru sadar apa yang ia katakan di kata terakhir, itu...  di luar kepalanya.

"Wohoo... apakah teman ku ini akan bertobat dari pemain wanita? Tenang saja jika kau sudah bosan dengan bidadari itu, buang saja kepada ku... dengan senang hati aku menerimanya." Seru Digo dengan senyum jahilnya. 

"Lupakan kata terakhir tadi! Dan ingat yang penting-penting saja!" Tegas Aiden berusaha menutupi rasa gugupnya. 

Senyum jahil dan wajah mengejek Digo hilang seketika saat Aiden menatapnya tajam, dan langsung berhenti menggoda temannya itu, "Sungguh kau tak mengenal wanita itu?" 

"Jika aku tau, aku tak akan bertanya bodoh!" Kesal Aiden, memang temannya ini sangat senang membuatnya naik darah.

Digo tertawa renyah melihat wajah kesal Aiden, bukan itu yang lucunya tapi ia menertawai kebodohan temannya karena tidak tau wanita yang dia bawa.

"Sungguh kau benar-benar terlihat bodoh barusan!" 

"Cepat katakan apa yang kau tau, sebelum aku merobek mulut mu!" Geram Aiden.

Karena Digo masih ingin memiliki mulut yang normal jadi ia memilih menurut meskipun jiwa tawanya yang meronta-ronta.

"Dia Savana Valerie Acrekama, kau tau kan dia putri siapa saat mendengar nama panjang wanita itu? Sejak hari ini ia menjadi topik terpanas karena pernikahan tunangannya dan sahabatnya, Arka dan model terkenal Jenny itu, dari semua postingan di media sosial dia menjadi pencarian utama.  Jadi... mungkin akan sedikit sulit untuk kau tidak terlibat dengan Savana, bahkan sekarang saja kau menjadi topik terpanas."

Dengan takut Digo mengangkat ponselnya ke arah Aiden, terlihat jelas dari perubahan exspresinya bahwa ia tak suka. 

Dan benar saja dia menjadi pencarian utama dengan taggar, 

#AidenFaeyzaselingkuhanSavanaValerie.  

Itu sungguh mencoreng nama baiknya bukan?

Dan Aiden sangat tidak suka menjadi sorotan public. Meskipun dari kecil hingga sekarang ia masih di sorot karena nama keluarganya, senggaknya tidak menjadi topik utama.

"Sedari tadi kau sudah tau siapa wanita yang ku bawa bukan?" Aiden sungguh merasa di bodohi oleh temannya itu.

"I-iya... tapi aku tak bermaksud seperti yang kau fikirkan sekarang." Dengan cepat Digo menyangkalnya, dia menjadi tak enak karena tak langsung cerita dari awal. Tapi jujur dia benar-benar lupa, dan juga terlalu kaget.

"Pulanglah cepat sebelum aku melemparmu ke bawah sana." Aiden menatap pintu balkonnya yang terbuka, fyi dia berada di lantai 21 jadi Digo tak hanya patah tulang, kemungkinan dia langsung berada di alam yang berbeda.

"Aku belum memiliki kekasih jadi aku harus hidup lebih dari 100 tahun lagi! Aku pergi!" Dengan cepat Digo bangkit dan berlari menuju pintu keluar, memang pengucapan Aiden tenang dan seperti bukan apa-apa.

Tapi terkadang temannya itu sangat nekat dan sedikit gila, dan ia tak mau jadi samsaknya.

Brak! 

Digo menutup pintunya sekaligus membuat Aiden sedikit kaget. Ia meraih benada pipih yang sedari tadi menganggur di meja, sengaja ia biarkan dalam mode hening hingga tak ada satupun notifikasi yang berbunyi. 

Dan saat ia menyalakan ponselnya, ia di kagetkan dengan pesan yang memenuhi media sosialnya, tentu menanyakan tenatang Savana, dan terakhir 150 panggilan dari Momynya.

Ia langsung melempar ponselnya ke sofa, sungguh ia tak ingin jadi sorotan utama.

Bruk! 

Aiden langsung menegakkan badannya yang tengah bersandar di sofa karena di kagetkan dengan suara yang lumayan cukup keras dari arah kamarnya, siapalagi penyebabnya kalo bukan.... Savana, yang menjadi trouble maker-nya tiba-tiba.

"Shit!!"

Saat memasuki kamarnya ia di kagetkan dengan tubuh terlentang Savana yang sudah berada di lantai, dia terjatuh? Tapi kenapa matanya masih terpejam juga, apa sebanyak itu dia minum. 

Tak ambil pusing Aiden memilih mengambil selimut dan menjatuhkannya di tubuh Savana asal, jangan harap ada adegan roamntis dia menggendongnya dan memindahkannya ke kasur kembali.

Dia membawa ke apartemennya pun itu sudah sangat berbaik hati, dan harus Savana syukuri.

Aiden merebahkan tubuhnya di kasur miliknya dengan posisi menyamping dan menatap wajah Savana, dia sedikit tidak asing dengan wajahnya, tapi bukan karena dia dari keluarga Acrekama. Aiden merasa pernah bertemu sebelumnya, tapi dimana.

"...Arka..." gumam Savana dengan mata terpejam.

"Sebegitu besarkah cintamu untuk pria itu?" Gumam Aiden dengan mata tak lepas dari wajah cantik Savana.

Seketika sadar dengan apa yang dia lakukan barusan, Aiden membalik tubuhnya membelakangi Savana dan sedikit mengumpat karena dia seperti kehilangan kontrol dirinya hanya sekedar menatap wajah Savana, bahkan wanita itu sedang tertidur.

****

Related chapters

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 3 -breakfeast

    Rasa pening luar biasa menghampiri Savana saat ia membuka matanya. Jelas ia tau apa penyebabnya. Matanya sedikit buram dengan pencahayaan minim, harusnya dia berada di kamarnya... tapi,"Aku dimana?" Savana tersadar bahwa ia sedang tidak di kamarnya, dan dia juga bukan hanya pening tapi badannya remuk juga, tapi itu hal biasa karena dia sering jatuh ke lantai jika tidur di kasur yang tinggi, terlebih saat mabuk. Saat menoleh ke arah ranjang Savana melihat punggung seseorang yang sudah di pastikan pria.Tunggu! Tunggu! Dia tidak melakukan hal bodoh kan saat mabuk? Savana melihat ke seluruh badannya yang masih terpasang dress hitam semalam, itu sedikit membuatnya tenang. Dia tidak bodoh dengan berteriak dan langsung menyalahkan pria yang tengah tidur itu seperti di flm-flm. Mungkin pria itu menolongnya, sebagai ucapan terimakasih.... apakah Savana harus membuatkannya sarapan?"Okey.... mari kita bergelut dengan dapur!" Serunya tanpa ragu dan bersemangat, entahlah Savana juga tidak t

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 4 -kebiasaan buruk

    Savana membelokan matanya terkejut. Bahkan topik utamanya, tentang dia yang di campakan gara-gara Arka lebih memilih Jenni pun belum selesai. Dan sekarang bertambah lagi.Ternyata orang yang membantunya itu bukan orang biasa. Dia cukup terkenal di public.Savana mengacak rambutnya frustasi dan beteriak di kamarnya, "Arghhh!!! Menyebalkan! Kenapa harus pria itu? Ck!" Bukannya apa, ia terlalu malas untuk bertemu pak Penolong yang sok cool itu.Meskipun kesal tangan Savana terus men-scroll kebawah mencari tahu beritanya sampai mana. Ia menajamkan tatapannya saat melihat poto dirinya saat di gendong oleh pria itu, juga ada poto saat dirinya memeluk pria itu di Club."What!? Kenapa aku tidak mengingatnya!!" Pekik Savana sembari memukul-mukul kepalanya.Drrrttttt....Dengan kesal Savana menekan icon hijau."Hmm..."'Dimana kau sekarang hah?! Perusahaan membutuhkan mu bodoh!' Teriak seorang pria di sebrang sana.Savana sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga, teriakannya tak main-main. "Ka

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 5 -prasangka suka

    Aiden menarik tengkuk Savana pelan. Bibir mereka bertemu. Tanpa memperdulikan pekikan sekitar Savana sibuk menetralisir degup jantungnya. Ini terlalu tiba-tiba, dan sedikit mengagetkan. Dan ingat, selama berpacaran dengan siapapun ia tak pernah berciuman. Paling jauh ya hanya pegangan tangan. Bukan masalah pemikiran kolot, hanya tak ingin saja. Buktinya ia tak menolak saat Aiden menciumnnya.Benar, Aiden mengambil first kiss-nya. Tapi di dalam dirinya sama sekali tidak ada rasa marah. Aneh."Umhh... begitu ya? Ternyata hanya aku yang terus berharap. Maaf dan terimakasih sudah melupakan ku." Suara Arka menyadarkannya, bahkan ia sempat ingin menoleh. Tapi Aiden menahannya."Kau ingin melupakannya bukan?" Bisik Aiden. Savana hanya mengangguk ragu. Benar, ia ingin melupakan pria itu, tapi kenapa saat Arka mengatakan itu, rasanya berat sekali. Rasanya ia ingin berbalik dan mengatakan hal sebaliknya.Setelah kepergian Arka, Aiden melepaskan pangutannya. Ia memberi jarak dianataranya. Dan

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 6 -tamu di malam hari

    "Bagaimana rasanya bibir milik seorang Aiden Faeyza huh? Kau tau, kau adalah satu-satunya wanita yang di perlakukan oleh Aiden istimewa." Savana yang tadinya menghiraukan ucapan Megan- sepupunya, memfokuskan sebentar saat mendengar kata istimewa.Benarkah?Isi kepalanya semakin penuh dengan dukungan bahwa pria itu menyukainya. "Aku tak peduli." Bohong, jelas Savana berbohong.Mega berdecak kesal, "kau ingin melupakan Arka bukan?" Savana mengangguk kecil. "Mulai dari Aiden, lihat pria itu. Buat dia sejatuh mungkin ke dalam pesonama mu." Megan sangat mengebu menghasut Savana."Tidak, aku tak ingin memanfaatkan orang lain demi kepuasan ku." Benar ia tak akan melakukan itu, tapi ia ingin mencobanya. Tapi bukan memanfaatkannya. Melainkan mencoba untuk menerimannya.Mungkin ia akan melupakan Arka, si mantan yang berhasil mengobrak-abrik hidupnya... juga hatinya."Dasar wanita bodoh! Pantas saja sahabat mu dengan mudah menikung tunangan mu!" Megan kesal karena Savana mengabaikan sarannya."B

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 7 -susah untuk di terima

    "Kau tak mau menurutinya huh? Ini permintaan anak mu kalo kau lupa!" Sentak Jenni, merenggut kesal ke arah Arka.Pria yang berstatus suaminya itu menghela nafas kasar, kepalanya rasanya ingin pecah seharian di rumah meladeni wanita hamil ini. Niat ingin menghindari wartawan, eh... ternyata di rumah lebih membuatnya pusing."Mau apa?" Tanya Arka pada akhirnya ia akan menuruti wanita hamil ini agar diam.Jenni mendengus kecil, pria di depannya ini tetap tidak bisa bersikap sewajarnya. Irit bicara dan bermuka datar. "Ck! Aku tadi melihat di televisi anak kecil tengah memakan ice cream." Meskipun masih kesal tapi Jenni tetap mengutarakan keinginannya."Lalu?" Ucapan Jenni terlalu berbelit Arka kurang menangkap maksudnya."Aku ingin menyentuh pipi gembul anak itu!!" Pekik Jenni dengan rengekan. Arka melongo di tempat."K-kau tak ingin ice creamnya saja?" Tawar Arka. Ayolah... anak kecil yang Jenni maksud itu seorang artis cilik yang sekarang tengah berlibur di Jepang. Kenapa ia tau? Jela

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 8 -Dokumen biru

    Setelah menerima telfon dari Aiden yang bertanya tentang ia bekerja, lalu setelah Savana menjawab 'iya' pria itu langsung mematikkan sambungannya. Awalnya Savana menggerutu kesal karena Aiden hanya berbasa-basi dan tak bertanya banyak hal seperti biasa.Tepat setelah Savana selesai mengatai Aiden Ben masuk dengan senyum menggodanya."Ekhem! Perjanjian dengan klien kali ini termasuk strategi si pria untuk bisa terus dekat dengan si wanita ya." Ucap Ben seolah dia tengah bercerita.Savana mengernyit mendengar itu. "Maksud mu apa? Jika tidak penting kau tau pintu keluar dimana kan?" Sungguh mood Savana sedang kesal gara-gara telfon sialan dari Aiden.Pria itu telah membawanya terbang dengan harapan tinggi, dan menjatuhkannya dengan harapan palsu.Menyebalkan.Bukannya takut mendengar usiran penuh penekanan dari Savana, Ben malah terus berjalan mendekat dengan senyum mengejek. Setelah itu ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan ponselnya tepat di wajah Savana.Di ponsel Ben Savana melih

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 9 -katanya cemburu?

    Savana duduk di sofa yang ada di ruangan Aiden. Badannya bersandar di sandaran sofa. Emosinya masih belum stabil, nafas Savana masih memburu. Ia kesal, ia ingin marah. "Maafkan Diana, dia memang aku suruh untuk tidak membiarkan orang sembarangan masuk ke ruangan ku." Ujar Aiden. Ia tau wanita di depannya ini tengah kesal. Emosi Savana perlahan luruh. Kenapa barusan ia marah seperti layaknya seorang kekasih yang ingin di bujuk. Apa yang dia lakukan barusan! Savana menegakkan badannya. Dan duduk dengan benar, "Tidak. Itu salah ku. Ah ya, aku kesini membawa ini." Savana menyodorkan dokumen biru yang memerlukan tanda tangan pria itu. "Sebentar," sebelum mengambil dokumen yang Savana sodorkan, Aiden beranjak ke arah mejanya. Mungkin saja membawa pulpen. Ternyata bukan. Aiden kembali dengan Jas pria itu. "Pakai ini untuk menutupi paha mu nona." Savana menerima Jas milik Aiden. Ia sedikit salah tingkah dengan perhatian kecil Aiden. Ia kira pria itu akan mengatakan yang tidak-tidak men

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 10 -menjauhinya

    Sejak dimana Savana mengantarkan dokumen biru, dan berakhir dengan mood buruk. Savana menjauhi Aiden sejak hari itu, ia harus mengantisipasi perasaannya yang berbahaya. Beruntung tidak ada yang perlu di bahas dengan pria itu. Jadi Savana menjalani hari-harinya dengan tenang. Dan sejak itu juga Aiden tak menemuinya, padahal mereka tidak janjian untuk saling jauh-jauhan. Tapi tak apa, menurut Savana itu semua adalah keberuntungan baginya. "Ben, apakah aku harus datang nanti malam?" Tanya Savana di tengah lamunannya. Ben yang tengah fokus menge- cek dokumen menoleh sekilas ke arah Savana, "ini jam kerja kalo anda lupa." Seru Ben kembali fokus dengan pekerjaannya. "Ck! Apa susahnya tinggal jawab, toh aku sendiri yang memulai!" Begini nih yang Savana kesal mengenai kesepakatan tentang teman dan kerja. Ia tak bisa leluasa berbicara santai dengan Ben. "Saya banyak pekerjaan nona, dan saya tak ada waktu untuk menemani galau- mu." Seru Ben, setelah itu ia keluar meninggalkan Savana yang

Latest chapter

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 60 -Rencana Prita

    Prita menatap layar monitor yang menampilkan seluruh ruangan pesta yang di datangi oleh Aiden. Matanya menajam- berkilat marah saat Aiden dengan mesra mengajak Savana berdansa.Tangannya mengepal. Puk!Dengan kasar Prita menutup laptopnya. Ini tak bisa di biarkan. Ia harus bergerak cepat. Sebelum benar-benar pergi dari kamar hotelnya. Prita membawa buku catatannya.Sembari berjalan, Prita membuka bukunya. Membaca deretan nama dan juga profile yang di sertakan.Telunjuknya mengarah ke salah satu foto, sekertaris ya?? Menarik. Prita menutup bukunya dengan seringaian di wajahnya. Tangan yang satunya merogoh ponselnya dan mendial nomor seseorang."Diego Dwinarta. Cari apapun yang berkaitan dengannya. Secepatnya!"'Laksanakan!' Balas seseorang di sebrang sana.Setelah masuk lift, Prita menatap pantulannya di cermin yang menjadi salah satu tembok lift. Penampilannya agak berantakan. Untuk kali ini-- ia akan menjadi seorang pelayan cantik, sexy dan mempesona. Jelas itu untuk menarik perhat

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 59 -party

    Pesta mewah di gelar untuk merayakan ulang tahun Tuan Willson-- salah satu rekan kerja Aiden. Ia di undang langsung oleh Tuan Willson. Jelas ia harus datang.Tapi--Harus bersama Savana. Jika tidak Aiden tak mau datang. Terserah orang lain mengatakannya kekanakan dan semcamnya. Aiden tak peduli. Yang ia pedulikan hanya Savana seorang."Sudah ku bilang! Kau ini sudah dalam kategori pembodohan yang kau namakan CINTA itu!" Digo terus mengomeli teman satu-satunya ini. "Ayolah.... Tuan Willson itu penting dalam perusahaan mu Aiden!!" Digo nyaris memohon agar Aiden menghadiri pesta itu.Sang pelaku tak bergeming. Tetap santai dengan wajah datarnya. Jangan lupakan piyama tidur dan sebuah buku melekat di tangannya. Ingin rasanya Digo melempar temannya ini ke bulan, tapi ia urungkan karena masih membutuhkannya. Otaknya tak sepintar milik Aiden.Jelas alasannya sang pujaan hati yang tengah merajuk dan tak ingin ikut kepada pesta malam ini. Bagi yang tahu-tahu saja, Savana merajuk karena kejadi

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 58- Di ruang gantu

    Savana menatap pantulan dirinya di cermin, dress yang ia kenakan saat ini bergaya sabrina. Memamerkan pundak mulusnya dan leher jenjangnya. Savana menyatukan seluruh rambutnya yang menjuntai dan menggelungnya ke atas."Perfact." Savana tersenyum puas saat melihat hasil pilihannya.Dress bergaya sabrina berwarna biru dongker yang panjangnya di atas lutut. Savana memilih ini.Dari lima dress pilihannya yang ini paling memikat dan cocok dengan seleranya.Persetan Aiden menunggunya lama. Sengaja Savana ingin membuat pria itu kesal. "Apa kau tertidur An?" Savana berdecak kesal, pasalnya Aiden menggunakan nama panggilan orang-orang terdekatnya."IYA!" Kesalnya.Sebenarnya hal yang membuat Savana malas jika membeli baju itu adalah berganti baju. Baiklah... karena malas Savana memilih memakai dress yang ia kenakan.Sret!Savana menarik tirai itu. Ia mendapati Aiden yang tengah bersandar di samping pintu masuk menuju ruang ganti."Bayar yang ini." Seru Savana membuat badan Aiden menegak.Ia t

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 57- Stalker

    Di balik pintu keluar itu, seorang wanita dengan tubuh tinggi dan badan ramping bak seorang model, menggeram kesal dengan kedua tangan mengepal."Kali ini tidak berhasil... tapi tidak untuk lain kali." Desis wanita itu. Memilih pergi dari pemandangan yang menyesakan itu.Kesialan begitu setia kepadanya hari ini. Rencana dari jauh-jauh hari harus gagal seketika. Harusnnya-- ia tetap menjadi bagian penting disini, lalu menjebak Savana dan mendapatkan Aiden!Itu tujuannya!Dan malah sebaliknya. Itu semua bertolak belakang dengan kenyataannya.Wanita tadi-- Prita Adisson sudah sampai di apartemennya beberapa menit yang lalau. Ia melempar semua barang bawaannya asal, dengan segera ia melangkah menuju kamarnya."Aku pulang sayang!" Pekiknya seolah ada orang lain di apartemennya selain dirinya. Aslinya ia tinggal sendiri.Prita menatap kagum semua foto-- bahkan poster besar di setiap inci ding-ding kamarnya. Dari Aiden di nobatkan menjadi CEO Faeyza hingga Aiden yang baru keluar dari bandar

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 56 -strunggle

    Sejak pagi tadi Savana sudah di sibukan dengan berbagai macam rangkaian shooting sebuah iklan. Usai dengan berbagai macam foto beberapa BA- nya, di karenakan sukses besar... kali ini ia mengambil project besar yang di tuangkan di sebuah iklan.Tentu main utamanya tak lain Kalea Faeyza, awalnya hanya dia seorang yang mengiklankan dengan sebuah foto dan di pajang di berbgai macam bentuk. Majalah, papan reklame, poster dan lain sebagainya. Setelah Kalea, tim pemasaran membuka luas Talent untuk di jadikan BA. Dari artis yang sedang naik daun hingga selebgram.Dan sekarang... ia akan mengambil project iklan yang resmi. Iklan ini di kontrak sekitar 3 tahun di berbagai macam stasiun televisi.Hari ini, kami semua sudah berjalan setengah jalan. Dan sekarang, semua orang sedang istirahat. Tapi tidak bagi Savana.Ia sibuk memeriksa semua vidio yang baru di ambil beberapa saat yang lalu."Talent C ini menurut ku kurang bersemangat, tak sesuai dengan skrip yang kita buat." Savana menunjuk salah s

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 55 -Megan's

    Semua orang itu hidup dengan rencananya masing-masing, dengan kesulitan dan kebahagiaan yang sudah di atur oleh tuhan. Entah itu turunan atau sebagainya, ibunya Megan menikahi ayahnya karena di jodohkan-- lalu datanglah ia ke dunia yang rumit ini. Setelah itu tepat saat dirinya lahir, ayahnya juga datang dengan seorang wanita yang membawa seorang bayi. Benar sekali, ayahnya main belakang dari ibunya. Bahkan ayahnya jarang sekali pulang ke rumah dan lebih sering pulang kepada selingkuhannya. Alasannya-- karena tidak mencintai ibunya.Brengsek! Bajingan! Segala umpatan Megan arahkan hanya untuk pria yang katanya menyandang status sebagai ayah itu. Ia mengetahui kenyataan itu saat dia memasuki Sekolah Menengah Pertama.Dan saat ia mendengar Ben-- pria yang berhasil meluluhkan hatinya, ada wanita dan seorang bayi yang mencari pria itu, jelas Megan langsung marah. Ia tak menerima apapun alasan untuk kata Perselingkuhan!"Maafkan aku... ku mohon jangan menangis seperti ini lagi... aku tak

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 54- rumor Ben

    Seluruh karyawan Val's Corp tengah ramai membicarakan Ben yang sudah memiliki seorang anak. Mereka semua merasa kasihan terhadap Megan yang telah di khianati."Waktu itu Nona Savana, sekarang sepupunya! Apakah semua keluarga Valerie akan di khianati!! Oh tuhan!! Takdir mcam apa ini." Mita sang promotor yang paling heboh membicarakan tentang rumor Ben itu."Kasihan sekali!""Ku kira menjadi keluarga Valerie mimpi indah... ternyata... semengerikan itu ya!" "Benar. Aku selalu iri terhadap Nona Savana, tapi setelah tau takdirnya.... ternyata lebih baik hidup hidup kita di banding mereka.""EKHEM!!"Semua karyawan wanita yang tengah bergosip bubar seketika. Mereka tak ingin terkena amuk Nona Megan yang siap melahap siapa saja. Merea tau tabiat Nona Megan jika sedang marah. Melebihi bos mereka Nona Valerie.Wajah Megan mengetat marah, ia tengah merancang sebuah baju, tiba-tiba saja seseorang mengirim pesan kepadanya dan mengatakan bahwa ada wanita dan juga seorang bayi yang mengaku sebagai

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 53 -Pulang

    Negri yang sering di sebut Negri sakura ini tengah berganti musim menjadi musim gugur. Sayangnya Jenni harus melewatkan pergantian musim kali ini, ia mendorong strolernya."Neyy siap ketemu Aunty Vana??" Seru sang ibu menatap hangat kepada putrinya yang tengah tersenyum lebar."Nanana... nanan blweeee." Balas Zuney dengan bahasanya. Memang di usianya sekarang 6 bulan ini, sedang senang-senangnya mengoceh. Dan itu sudah seperti hiburan gratis bagi Jenni setelah kehadirannya. Ia jadi tak kesepian dengan ocehan sang putri.Jenni tertawa gemas mendengarnya, "baiklah... mari kita temui Aunty sombong itu!!" Jenni sedikit kesal karena Savana sudah sangat jarang menghubunginya. Padahalkan menelfonnya tak akan membutuhkan waktu yang lama. Bahkan mengerimi pesan pun tidak!Awas saja! Nanti Jenni eksekusi saat sudah sampai Indonesia."Berjanjilah... Neya tak boleh rewel selama di peswat... okey!" Zunay mengerjap bingung mengenai perkataan sang ibu.Karena kasihan melihat sang putri kebingungan,

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 52 -Pemilik K' Entertaiment

    "Maaf kami datang terlambat..." semua atensi di ruang VVIP itu menoleh ke sumber suara."Senang menunggu mu Tuan Melvino. Silahkan duduk." Dengan sopan Savana mempersilahkahkan Kei duduk.Savana melihat ada bayangan lain di belakang Kei. Seakan mengerti ia menarik wanita di belakangnya agar terlihat jelas. "Perkenalkan diri mu." Bisik Kei sembari sedikit mendorong punggung Clarissa."Saya Clarissa, sekertaris Keeno." Dengan wajah seramah mungkin Clarissa memperkenalkan dirinya.Savana menatap Clarissa sedikit terkejut, ia jadi teringat saat kematian ayahnya dan juga saat Clarissa yang mencium Aiden... Savana ingin melupakan itu. Sekarang... kenapa dia menjadi sekertaris Tuan Melvino. Seingatnya Clarissa juga mempunyai perusahaan."Baiklah... karena semua sudah berkumpul, mari kita mulai rapatnya." Savana yang memulai rapatnya.Ia mengambil beberapa dokumen dari tasnya, Ben membantunya untuk membagikan dokumen itu. Mereka semua menerimanya dengan baik, "silahkan baca baik-baik." Sava

DMCA.com Protection Status