Beranda / Romansa / Kamar Dingin CEO / Chapter 1 -hari paling menyedihkan

Share

Kamar Dingin CEO
Kamar Dingin CEO
Penulis: Aliannaxsya

Chapter 1 -hari paling menyedihkan

Penulis: Aliannaxsya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-17 09:52:22

"Maaf, aku harus bertangung jawab atas kehamilan Jenny, kau tau itu... maksud ku anak ini perlu seorang ayah bukan? Kau pasti mengerti sekarang situasi ku seperti apa." Pria bernama Arka itu menatap dalam wanita di depannya, wanita yang seharusnya ia nikahi.

Jelas ia sangat bersalah terhadap tunangannya itu, terlihat jelas wajah wanitanya yang penuh kekecewaan. Terlebih wanita di sampingnya ini adalah sahabat tunangannya, sungguh semua ini terjadi karena kesalahannya dan ia harus menanggung semuanya, bertanggung jawab dan meninggalkan wanita yang ia cintai.

Menyedihkan bukan, sebenarnya jika mencari jalan tengahnya, masih ada kesempatan baginya untuk menikahi tunangannya itu. Tapi jika di bilang susah memang sangat susah, keadaanya sungguh  seperti mendukung musibahnya.

Misalnya, seperti ibunya yang sangat bahagia dengan pernikahannya dengan Jenny.

Memang sejak dulu ibunya tidak menyukai Savana tapi tenang ayahnya bisa menaklukan ibu-nya itu, dan lagi ibu-nya memang sudah sangat lama memaksanya cepat-cepat menikah karena ingin segera menimang cucu.

Alasan ibunya tidak menyukai Savana hanya karena wanitanya itu seorang wanita karier, dan lagi masih muda tentu tidak berfikir cepat-cepat mempunyai anak. 

Begitu fikir ibu-nya.

Dan begitu masalah ini terjadi ibu-nya itu langsung menyukai Jenni dan menerima calon cucunya yang berada di kandungannya.

Sedangkan Savana... dia tentu di lupakan oleh calon ibu mertuanya, maka dari itu Arka sungguh sangat merasa bersalah hingga tak tau apakah ia pantas mendapatkan maaf dari wanita baik seperti Savana.

"Selamat atas pernikahanmu dan juga calon anak kalian..." Savana menatap Arka dan Jenni bergantian, sahabatnya itu terlihat tak bersalah sama sekali bahkan ia dengan tak tau malunya bergelayut manja di lengan Arka.

Arka memang merasa risih tapi jika ia mengelak maka Jenny akan marah karena itu keinginan anaknya begitu alasannya, Savana hanya bisa tersenyum miris saja, tak ingin berlama-lama Savana langsung pamit undur diri.

"Maaf sekali lagi Vann..." lirih Arka dengan wajah memelas, tapi Savana sama sekali tidak menghiraukannya.

"Aku pamit... sekali lagi..." Savana menarik nafasnya dalam-dalam berusaha se-tegar mungkin, wajahnya mendongak dan memberikan senyum termanis ke arah mereka, "selamat atas pernikahannya." 

'Dan juga selamat atas kehancuran diriku sendiri.' Lanjutnya dalam hati. 

Setelah itu Savana berbalik dengan bersamaan senyumnya yang menghilang seketika, ia berjalan cepat agar bisa pergi menjauh dari kebahagian mereka yang tentu sangat menyedihkan bagi dirinya.

"Thank you... Savana kau selamanya akan menjadi sahabat terbaik ku!" Pekik Jenny sedikit kencang, karena punggung Savana yang kian menjauh.

"Kau gila ya!?" Pekik Arka cukup keras.

Dan itu semua Savana mendengarnya, tapi ia pura-pura tuli, sungguh semenyedihkan itu kah kisah cinta-nya? Saking kalutnya dia berjalan tak melihat-lihat, hingga menubruk badan seseorang.

Brukk!!

"Ah! Maaf! Aku tidak sengaja." Pekik Savana cepat, pria itu tak menjawab dan Savana tak peduli toh dia juga sudah meminta maaf.

*****

Disinilah Savana berakhir, duduk seorang diri di meja VVIP paling pojok, dan jangan lupakan mejanya yang penuh dengan botol-botol alkohol berbgai macam merk-nya. Tiga botol sudah habis tak tersisa dan dua botol lagi masih tersegel, dan yang berada di tangannya ini botol keempat tinggal setengahnya. 

Tanpa mengunakan gelas sloki Savana langsung meminumnya dari botolnya langsung.

"Hahaha... betapa bodohnya aku... hiks... kehilangan seorang kekasih dan juga sahabat... hiks..." racaunya dengan mood tak teratur, kadang senang tertawa kadang juga sedih sembari menangis sumbang.

Sebenarnya Savana sangat payah dalam hal minum, tapi karena fikirannya yang sedang kalut ia minum tanpa henti. Biasanya akan ada Arka kekasihnya yang menjemputnya atau Jenni sahabatnya, tapi sekarang....? Tak ada lagi.

Jika memikirkan masalah itu kadang Savana ingin sekali tertawa geli, sungguh sebercanda itukah takdir? Apa dia juga tak boleh bahagia? Dari pertemanan, hingga percintaanya semuanya hancur... bahkan keluarganya.

Semuanya seperti senang melihat dirinya sangat menyedihkan.

Dengan kesadaran yang minim, Savana meraih botol minumannya lagi, membukanya menggunakan alat pembuka, setelah itu dia menenggaknya hingga tandas dalam satu tegukan.

Tlak!

Suara gesekan meja kaca dan botol minuman nyaring begitu keras, beruntung tidak pecah juga. Wajahnya sekarang benar-benar merah, perpaduan efek alkohol dan marah serta kekecewaan. Mata gadis itu menatap kosong ke arah dance floor yang banyak sekali orang-orang yang menari tanpa beban, tapi... dia sama sekali tidak tertarik.

Sekarang dia berfikir, tujuan dia hidup sekarang untuk apa? Dia seperti anak burung yang baru saja lahir dan di tinggalkan di kandang ayam. Merasa berbeda dengan kehidupan orang lain, dan sangat kesepian.

Untuk Arka... pria-nya dulu itu, membuat Savana mengerti caranya memahami dan berbaur dengan orang lain, pelukannya yang hangat selalu menenangkannya saat dia sedang banyak masalah, jangan lupakan setiap kata yang keluar dari mulut pria itu selalu membuatnya tenang dan percaya semuanya akan baik-baik saja. 

Tapi sekarang.... dia yang menghancurkan dirinya dengan segala-nya, bukan hanya ucapan saja, tapi semunya. 

"Arka...." lirih Savana tiba-tiba, matanya menyipit seperti melihat sosok pria bertubuh tinggi sedang melangkah ke arahnya dengan jas hitam dan tatanan rambut yang rapih. Apakah Arka-nya kembali, pria-nya akan menikahinya bukan?

Dengan senyuman cerah Savana bangkit dari duduknya dan melangkah tergesa-gesa ke arah pria-nya itu, bahkan ia tak sadar beberapa botol di mejanya terjatuh karenanga bahkan remahan beling itu mengenai kakinya. Tanpa memperdulikan itu semua, Savana berlari dan langsung memeluk Arka-nya.

"Kau akan menikahi ku bukan? Kau tak mungkin menikahi sahabat ku! Kau bilang mencintai ku dan akan seterusnya begitu...." Savana memejamkan matanya dengan mulut yang terus berceloteh, meskipun rasanya sedikit berbeda tapi ia merasa nyaman berada di dekapannya.

"Lepaskan pelukanmu!!" Samar-samar Savana mendengar penolakam pria yang tengah ia peluk, tapi ia tak memperdulikan itu. 

Dengan kesadaran yang sangat minim, Savana mendongak dan menatap wajah pria itu, ia sedikit mengernyit karena kerutan dahi pria itu dan matanya yang berkilat marah. "Kau tak mau memeluk ku lagi? Kau sudah tak mencintai ku hah? JAWAB BRENGSEK!!?" Savana memberontak di dalam dekapan pria itu. Dengan emosi yang ber api-api.

Pria itu menjadi panik seketika saat semua orang menatap-nya seolah dia penyebab wanita di dekapannya mengamuk. 

"Diamlah wanita pemabuk!" Geram pria itu, ia menarik lengan wanita yang tiba-tiba memeluknya bahkan setengah menyeretnya.

Pria itu membawanya ke lorong sepi dan gelap hanya terdapat cahaya dari satu arah, dengan pandangan yang mulai kabur Savana menatap kearah sekitar.... benar-benar kosong dan tidak ada orang.

"Kenapa? Kau takut? Mana ocehan mu yang sangat berisik itu wanita mabuk?" Sinis pria itu dengan langkah mendekat dan memojokan Savana, wajahnya tidak begitu jelas hanya saja dari suaranya ia dapat mendengar senyum meremehkan.

"A-arka..." lirih Savana dengan nafas tercekat, entahlah ia masih menganggap bahwa pria di depannya itu Arka.

"Sayang sekali aku sangat membenci nama orang lain ketika kita sedang berdua nona," Pria itu menyentuh bahu polos Savana mengitarinya ke leher hingga berhenti di bibir merah tipisnya.

Mata mereka bertemu, pria itu menatapnya dengan dalam seolah tengah memperhatikan garis wajah milik Savana, mata coklatnya yang terang dan kulitnya yang seputih susu.... 

'wanita ini sangat sempurna' batin pria itu.

"Aku Aiden... tolong ingat nama ku." Savana mengerjap beberapa kali seolah mencari kesadaran dan mengerti apa yang pria itu ucapkan.

Entah dorongan darimana bibir mereka sudah menyatu entah siapa yang memulai, pria yang bernama Aiden itu terkekeh kecil di sela-sela ciuman mereka, sadar karena wanita di hadapnnya itu sangat amatir.

Savana begitu kewalahan menerima pangutan dari pria itu... tanngannya sudah berada di leher Aiden, ia meraup rambut belakang Aiden yang sangat halus, seperti ada gelayaran aneh dari perutnya saat ciumannya semakin dalam. 

Merasa nafas wanita di hadapnnya yang menipis, Aiden melepaskan pangutannya, ia mengusap bibir wanitanya yang basah karena dirinya. Ia tersenyum melihat wajah menggemaskan wanita di hadapannya yang terlihat kebingungan dengan mata membulat.

"It's your first kiss?" Tanya Aiden penasaran.

*****

Bab terkait

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 2 -berita terpanas

    Aiden membawa wanita yang tiba-tiba memeluknya itu ke apartemennya. Entahlah... itu sebuah keajaiban jika orang-orang mengetahuinya.Seorang Aiden Faeyza yang terkenal dengan wanitanya akan tunduk terhadapnya tanpa melakukan apapun, dan sekarang ia seolah mengemis duluan dan memperlakukannya dengan sangat baik, itu sungguh langka karena Aiden biasanya sangat dingin terhadap mahluk yang bernama perempuan, mau itu pacarnya sekalipun.Tolong diingat, bahwa wanita yang sekarang berada di gendongannya itu wanita pertama yang dia bawa ke apartemennya.Bahkan sekarang sudah berada di kamarnya, berbaring di atas tempat tidurnya. Sebrengsek-brengseknya Aiden, dia belum pernah membawa wanita ke apartemennya atau pun Mansionnya. Karena wanita yang selalu datang kepadanya, hanya mainananya sajaㅡ karena merekapun sama sepertinya, hanya ingin status yang tinggi atau paling parahnya menjadikannya ATM berjalan.Ting! Nong! Ting! Nong!Aiden segera beranjak untuk membuka pintu apartnya, dia mengunda

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Kamar Dingin CEO   Chapter 3 -breakfeast

    Rasa pening luar biasa menghampiri Savana saat ia membuka matanya. Jelas ia tau apa penyebabnya. Matanya sedikit buram dengan pencahayaan minim, harusnya dia berada di kamarnya... tapi,"Aku dimana?" Savana tersadar bahwa ia sedang tidak di kamarnya, dan dia juga bukan hanya pening tapi badannya remuk juga, tapi itu hal biasa karena dia sering jatuh ke lantai jika tidur di kasur yang tinggi, terlebih saat mabuk. Saat menoleh ke arah ranjang Savana melihat punggung seseorang yang sudah di pastikan pria.Tunggu! Tunggu! Dia tidak melakukan hal bodoh kan saat mabuk? Savana melihat ke seluruh badannya yang masih terpasang dress hitam semalam, itu sedikit membuatnya tenang. Dia tidak bodoh dengan berteriak dan langsung menyalahkan pria yang tengah tidur itu seperti di flm-flm. Mungkin pria itu menolongnya, sebagai ucapan terimakasih.... apakah Savana harus membuatkannya sarapan?"Okey.... mari kita bergelut dengan dapur!" Serunya tanpa ragu dan bersemangat, entahlah Savana juga tidak t

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Kamar Dingin CEO   Chapter 4 -kebiasaan buruk

    Savana membelokan matanya terkejut. Bahkan topik utamanya, tentang dia yang di campakan gara-gara Arka lebih memilih Jenni pun belum selesai. Dan sekarang bertambah lagi.Ternyata orang yang membantunya itu bukan orang biasa. Dia cukup terkenal di public.Savana mengacak rambutnya frustasi dan beteriak di kamarnya, "Arghhh!!! Menyebalkan! Kenapa harus pria itu? Ck!" Bukannya apa, ia terlalu malas untuk bertemu pak Penolong yang sok cool itu.Meskipun kesal tangan Savana terus men-scroll kebawah mencari tahu beritanya sampai mana. Ia menajamkan tatapannya saat melihat poto dirinya saat di gendong oleh pria itu, juga ada poto saat dirinya memeluk pria itu di Club."What!? Kenapa aku tidak mengingatnya!!" Pekik Savana sembari memukul-mukul kepalanya.Drrrttttt....Dengan kesal Savana menekan icon hijau."Hmm..."'Dimana kau sekarang hah?! Perusahaan membutuhkan mu bodoh!' Teriak seorang pria di sebrang sana.Savana sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga, teriakannya tak main-main. "Ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Kamar Dingin CEO   Chapter 5 -prasangka suka

    Aiden menarik tengkuk Savana pelan. Bibir mereka bertemu. Tanpa memperdulikan pekikan sekitar Savana sibuk menetralisir degup jantungnya. Ini terlalu tiba-tiba, dan sedikit mengagetkan. Dan ingat, selama berpacaran dengan siapapun ia tak pernah berciuman. Paling jauh ya hanya pegangan tangan. Bukan masalah pemikiran kolot, hanya tak ingin saja. Buktinya ia tak menolak saat Aiden menciumnnya.Benar, Aiden mengambil first kiss-nya. Tapi di dalam dirinya sama sekali tidak ada rasa marah. Aneh."Umhh... begitu ya? Ternyata hanya aku yang terus berharap. Maaf dan terimakasih sudah melupakan ku." Suara Arka menyadarkannya, bahkan ia sempat ingin menoleh. Tapi Aiden menahannya."Kau ingin melupakannya bukan?" Bisik Aiden. Savana hanya mengangguk ragu. Benar, ia ingin melupakan pria itu, tapi kenapa saat Arka mengatakan itu, rasanya berat sekali. Rasanya ia ingin berbalik dan mengatakan hal sebaliknya.Setelah kepergian Arka, Aiden melepaskan pangutannya. Ia memberi jarak dianataranya. Dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Kamar Dingin CEO   Chapter 6 -tamu di malam hari

    "Bagaimana rasanya bibir milik seorang Aiden Faeyza huh? Kau tau, kau adalah satu-satunya wanita yang di perlakukan oleh Aiden istimewa." Savana yang tadinya menghiraukan ucapan Megan- sepupunya, memfokuskan sebentar saat mendengar kata istimewa.Benarkah?Isi kepalanya semakin penuh dengan dukungan bahwa pria itu menyukainya. "Aku tak peduli." Bohong, jelas Savana berbohong.Mega berdecak kesal, "kau ingin melupakan Arka bukan?" Savana mengangguk kecil. "Mulai dari Aiden, lihat pria itu. Buat dia sejatuh mungkin ke dalam pesonama mu." Megan sangat mengebu menghasut Savana."Tidak, aku tak ingin memanfaatkan orang lain demi kepuasan ku." Benar ia tak akan melakukan itu, tapi ia ingin mencobanya. Tapi bukan memanfaatkannya. Melainkan mencoba untuk menerimannya.Mungkin ia akan melupakan Arka, si mantan yang berhasil mengobrak-abrik hidupnya... juga hatinya."Dasar wanita bodoh! Pantas saja sahabat mu dengan mudah menikung tunangan mu!" Megan kesal karena Savana mengabaikan sarannya."B

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Kamar Dingin CEO   Chapter 7 -susah untuk di terima

    "Kau tak mau menurutinya huh? Ini permintaan anak mu kalo kau lupa!" Sentak Jenni, merenggut kesal ke arah Arka.Pria yang berstatus suaminya itu menghela nafas kasar, kepalanya rasanya ingin pecah seharian di rumah meladeni wanita hamil ini. Niat ingin menghindari wartawan, eh... ternyata di rumah lebih membuatnya pusing."Mau apa?" Tanya Arka pada akhirnya ia akan menuruti wanita hamil ini agar diam.Jenni mendengus kecil, pria di depannya ini tetap tidak bisa bersikap sewajarnya. Irit bicara dan bermuka datar. "Ck! Aku tadi melihat di televisi anak kecil tengah memakan ice cream." Meskipun masih kesal tapi Jenni tetap mengutarakan keinginannya."Lalu?" Ucapan Jenni terlalu berbelit Arka kurang menangkap maksudnya."Aku ingin menyentuh pipi gembul anak itu!!" Pekik Jenni dengan rengekan. Arka melongo di tempat."K-kau tak ingin ice creamnya saja?" Tawar Arka. Ayolah... anak kecil yang Jenni maksud itu seorang artis cilik yang sekarang tengah berlibur di Jepang. Kenapa ia tau? Jela

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-05
  • Kamar Dingin CEO   Chapter 8 -Dokumen biru

    Setelah menerima telfon dari Aiden yang bertanya tentang ia bekerja, lalu setelah Savana menjawab 'iya' pria itu langsung mematikkan sambungannya. Awalnya Savana menggerutu kesal karena Aiden hanya berbasa-basi dan tak bertanya banyak hal seperti biasa.Tepat setelah Savana selesai mengatai Aiden Ben masuk dengan senyum menggodanya."Ekhem! Perjanjian dengan klien kali ini termasuk strategi si pria untuk bisa terus dekat dengan si wanita ya." Ucap Ben seolah dia tengah bercerita.Savana mengernyit mendengar itu. "Maksud mu apa? Jika tidak penting kau tau pintu keluar dimana kan?" Sungguh mood Savana sedang kesal gara-gara telfon sialan dari Aiden.Pria itu telah membawanya terbang dengan harapan tinggi, dan menjatuhkannya dengan harapan palsu.Menyebalkan.Bukannya takut mendengar usiran penuh penekanan dari Savana, Ben malah terus berjalan mendekat dengan senyum mengejek. Setelah itu ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan ponselnya tepat di wajah Savana.Di ponsel Ben Savana melih

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-05
  • Kamar Dingin CEO   Chapter 9 -katanya cemburu?

    Savana duduk di sofa yang ada di ruangan Aiden. Badannya bersandar di sandaran sofa. Emosinya masih belum stabil, nafas Savana masih memburu. Ia kesal, ia ingin marah. "Maafkan Diana, dia memang aku suruh untuk tidak membiarkan orang sembarangan masuk ke ruangan ku." Ujar Aiden. Ia tau wanita di depannya ini tengah kesal. Emosi Savana perlahan luruh. Kenapa barusan ia marah seperti layaknya seorang kekasih yang ingin di bujuk. Apa yang dia lakukan barusan! Savana menegakkan badannya. Dan duduk dengan benar, "Tidak. Itu salah ku. Ah ya, aku kesini membawa ini." Savana menyodorkan dokumen biru yang memerlukan tanda tangan pria itu. "Sebentar," sebelum mengambil dokumen yang Savana sodorkan, Aiden beranjak ke arah mejanya. Mungkin saja membawa pulpen. Ternyata bukan. Aiden kembali dengan Jas pria itu. "Pakai ini untuk menutupi paha mu nona." Savana menerima Jas milik Aiden. Ia sedikit salah tingkah dengan perhatian kecil Aiden. Ia kira pria itu akan mengatakan yang tidak-tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06

Bab terbaru

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 60 -Rencana Prita

    Prita menatap layar monitor yang menampilkan seluruh ruangan pesta yang di datangi oleh Aiden. Matanya menajam- berkilat marah saat Aiden dengan mesra mengajak Savana berdansa.Tangannya mengepal. Puk!Dengan kasar Prita menutup laptopnya. Ini tak bisa di biarkan. Ia harus bergerak cepat. Sebelum benar-benar pergi dari kamar hotelnya. Prita membawa buku catatannya.Sembari berjalan, Prita membuka bukunya. Membaca deretan nama dan juga profile yang di sertakan.Telunjuknya mengarah ke salah satu foto, sekertaris ya?? Menarik. Prita menutup bukunya dengan seringaian di wajahnya. Tangan yang satunya merogoh ponselnya dan mendial nomor seseorang."Diego Dwinarta. Cari apapun yang berkaitan dengannya. Secepatnya!"'Laksanakan!' Balas seseorang di sebrang sana.Setelah masuk lift, Prita menatap pantulannya di cermin yang menjadi salah satu tembok lift. Penampilannya agak berantakan. Untuk kali ini-- ia akan menjadi seorang pelayan cantik, sexy dan mempesona. Jelas itu untuk menarik perhat

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 59 -party

    Pesta mewah di gelar untuk merayakan ulang tahun Tuan Willson-- salah satu rekan kerja Aiden. Ia di undang langsung oleh Tuan Willson. Jelas ia harus datang.Tapi--Harus bersama Savana. Jika tidak Aiden tak mau datang. Terserah orang lain mengatakannya kekanakan dan semcamnya. Aiden tak peduli. Yang ia pedulikan hanya Savana seorang."Sudah ku bilang! Kau ini sudah dalam kategori pembodohan yang kau namakan CINTA itu!" Digo terus mengomeli teman satu-satunya ini. "Ayolah.... Tuan Willson itu penting dalam perusahaan mu Aiden!!" Digo nyaris memohon agar Aiden menghadiri pesta itu.Sang pelaku tak bergeming. Tetap santai dengan wajah datarnya. Jangan lupakan piyama tidur dan sebuah buku melekat di tangannya. Ingin rasanya Digo melempar temannya ini ke bulan, tapi ia urungkan karena masih membutuhkannya. Otaknya tak sepintar milik Aiden.Jelas alasannya sang pujaan hati yang tengah merajuk dan tak ingin ikut kepada pesta malam ini. Bagi yang tahu-tahu saja, Savana merajuk karena kejadi

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 58- Di ruang gantu

    Savana menatap pantulan dirinya di cermin, dress yang ia kenakan saat ini bergaya sabrina. Memamerkan pundak mulusnya dan leher jenjangnya. Savana menyatukan seluruh rambutnya yang menjuntai dan menggelungnya ke atas."Perfact." Savana tersenyum puas saat melihat hasil pilihannya.Dress bergaya sabrina berwarna biru dongker yang panjangnya di atas lutut. Savana memilih ini.Dari lima dress pilihannya yang ini paling memikat dan cocok dengan seleranya.Persetan Aiden menunggunya lama. Sengaja Savana ingin membuat pria itu kesal. "Apa kau tertidur An?" Savana berdecak kesal, pasalnya Aiden menggunakan nama panggilan orang-orang terdekatnya."IYA!" Kesalnya.Sebenarnya hal yang membuat Savana malas jika membeli baju itu adalah berganti baju. Baiklah... karena malas Savana memilih memakai dress yang ia kenakan.Sret!Savana menarik tirai itu. Ia mendapati Aiden yang tengah bersandar di samping pintu masuk menuju ruang ganti."Bayar yang ini." Seru Savana membuat badan Aiden menegak.Ia t

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 57- Stalker

    Di balik pintu keluar itu, seorang wanita dengan tubuh tinggi dan badan ramping bak seorang model, menggeram kesal dengan kedua tangan mengepal."Kali ini tidak berhasil... tapi tidak untuk lain kali." Desis wanita itu. Memilih pergi dari pemandangan yang menyesakan itu.Kesialan begitu setia kepadanya hari ini. Rencana dari jauh-jauh hari harus gagal seketika. Harusnnya-- ia tetap menjadi bagian penting disini, lalu menjebak Savana dan mendapatkan Aiden!Itu tujuannya!Dan malah sebaliknya. Itu semua bertolak belakang dengan kenyataannya.Wanita tadi-- Prita Adisson sudah sampai di apartemennya beberapa menit yang lalau. Ia melempar semua barang bawaannya asal, dengan segera ia melangkah menuju kamarnya."Aku pulang sayang!" Pekiknya seolah ada orang lain di apartemennya selain dirinya. Aslinya ia tinggal sendiri.Prita menatap kagum semua foto-- bahkan poster besar di setiap inci ding-ding kamarnya. Dari Aiden di nobatkan menjadi CEO Faeyza hingga Aiden yang baru keluar dari bandar

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 56 -strunggle

    Sejak pagi tadi Savana sudah di sibukan dengan berbagai macam rangkaian shooting sebuah iklan. Usai dengan berbagai macam foto beberapa BA- nya, di karenakan sukses besar... kali ini ia mengambil project besar yang di tuangkan di sebuah iklan.Tentu main utamanya tak lain Kalea Faeyza, awalnya hanya dia seorang yang mengiklankan dengan sebuah foto dan di pajang di berbgai macam bentuk. Majalah, papan reklame, poster dan lain sebagainya. Setelah Kalea, tim pemasaran membuka luas Talent untuk di jadikan BA. Dari artis yang sedang naik daun hingga selebgram.Dan sekarang... ia akan mengambil project iklan yang resmi. Iklan ini di kontrak sekitar 3 tahun di berbagai macam stasiun televisi.Hari ini, kami semua sudah berjalan setengah jalan. Dan sekarang, semua orang sedang istirahat. Tapi tidak bagi Savana.Ia sibuk memeriksa semua vidio yang baru di ambil beberapa saat yang lalu."Talent C ini menurut ku kurang bersemangat, tak sesuai dengan skrip yang kita buat." Savana menunjuk salah s

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 55 -Megan's

    Semua orang itu hidup dengan rencananya masing-masing, dengan kesulitan dan kebahagiaan yang sudah di atur oleh tuhan. Entah itu turunan atau sebagainya, ibunya Megan menikahi ayahnya karena di jodohkan-- lalu datanglah ia ke dunia yang rumit ini. Setelah itu tepat saat dirinya lahir, ayahnya juga datang dengan seorang wanita yang membawa seorang bayi. Benar sekali, ayahnya main belakang dari ibunya. Bahkan ayahnya jarang sekali pulang ke rumah dan lebih sering pulang kepada selingkuhannya. Alasannya-- karena tidak mencintai ibunya.Brengsek! Bajingan! Segala umpatan Megan arahkan hanya untuk pria yang katanya menyandang status sebagai ayah itu. Ia mengetahui kenyataan itu saat dia memasuki Sekolah Menengah Pertama.Dan saat ia mendengar Ben-- pria yang berhasil meluluhkan hatinya, ada wanita dan seorang bayi yang mencari pria itu, jelas Megan langsung marah. Ia tak menerima apapun alasan untuk kata Perselingkuhan!"Maafkan aku... ku mohon jangan menangis seperti ini lagi... aku tak

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 54- rumor Ben

    Seluruh karyawan Val's Corp tengah ramai membicarakan Ben yang sudah memiliki seorang anak. Mereka semua merasa kasihan terhadap Megan yang telah di khianati."Waktu itu Nona Savana, sekarang sepupunya! Apakah semua keluarga Valerie akan di khianati!! Oh tuhan!! Takdir mcam apa ini." Mita sang promotor yang paling heboh membicarakan tentang rumor Ben itu."Kasihan sekali!""Ku kira menjadi keluarga Valerie mimpi indah... ternyata... semengerikan itu ya!" "Benar. Aku selalu iri terhadap Nona Savana, tapi setelah tau takdirnya.... ternyata lebih baik hidup hidup kita di banding mereka.""EKHEM!!"Semua karyawan wanita yang tengah bergosip bubar seketika. Mereka tak ingin terkena amuk Nona Megan yang siap melahap siapa saja. Merea tau tabiat Nona Megan jika sedang marah. Melebihi bos mereka Nona Valerie.Wajah Megan mengetat marah, ia tengah merancang sebuah baju, tiba-tiba saja seseorang mengirim pesan kepadanya dan mengatakan bahwa ada wanita dan juga seorang bayi yang mengaku sebagai

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 53 -Pulang

    Negri yang sering di sebut Negri sakura ini tengah berganti musim menjadi musim gugur. Sayangnya Jenni harus melewatkan pergantian musim kali ini, ia mendorong strolernya."Neyy siap ketemu Aunty Vana??" Seru sang ibu menatap hangat kepada putrinya yang tengah tersenyum lebar."Nanana... nanan blweeee." Balas Zuney dengan bahasanya. Memang di usianya sekarang 6 bulan ini, sedang senang-senangnya mengoceh. Dan itu sudah seperti hiburan gratis bagi Jenni setelah kehadirannya. Ia jadi tak kesepian dengan ocehan sang putri.Jenni tertawa gemas mendengarnya, "baiklah... mari kita temui Aunty sombong itu!!" Jenni sedikit kesal karena Savana sudah sangat jarang menghubunginya. Padahalkan menelfonnya tak akan membutuhkan waktu yang lama. Bahkan mengerimi pesan pun tidak!Awas saja! Nanti Jenni eksekusi saat sudah sampai Indonesia."Berjanjilah... Neya tak boleh rewel selama di peswat... okey!" Zunay mengerjap bingung mengenai perkataan sang ibu.Karena kasihan melihat sang putri kebingungan,

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 52 -Pemilik K' Entertaiment

    "Maaf kami datang terlambat..." semua atensi di ruang VVIP itu menoleh ke sumber suara."Senang menunggu mu Tuan Melvino. Silahkan duduk." Dengan sopan Savana mempersilahkahkan Kei duduk.Savana melihat ada bayangan lain di belakang Kei. Seakan mengerti ia menarik wanita di belakangnya agar terlihat jelas. "Perkenalkan diri mu." Bisik Kei sembari sedikit mendorong punggung Clarissa."Saya Clarissa, sekertaris Keeno." Dengan wajah seramah mungkin Clarissa memperkenalkan dirinya.Savana menatap Clarissa sedikit terkejut, ia jadi teringat saat kematian ayahnya dan juga saat Clarissa yang mencium Aiden... Savana ingin melupakan itu. Sekarang... kenapa dia menjadi sekertaris Tuan Melvino. Seingatnya Clarissa juga mempunyai perusahaan."Baiklah... karena semua sudah berkumpul, mari kita mulai rapatnya." Savana yang memulai rapatnya.Ia mengambil beberapa dokumen dari tasnya, Ben membantunya untuk membagikan dokumen itu. Mereka semua menerimanya dengan baik, "silahkan baca baik-baik." Sava

DMCA.com Protection Status